Salah satu peninggalan Sejarah agama Islam yang ada dikota Batu yakni Masjid al-Muchlisin yang berada di Jalan Lahor, Dsn. Macari, Desa Pesanggrahan, Kota Batu, Jawa Timur.Â
Masjid ini merupakan masjid tertua di Kota Batu karena masjid ini dibangun pada masa Perang Diponegoro pada sekitar tahun 1831 M. Maka dari itu masyarakat meyakini bahwa Dusun Macari merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam di Kota Batu.Â
Sejarah berdirinya masjid al-MuchlisinÂ
Menurut ketua takmir masjid yakni Choirul Anam yang menceritakan bahwa dulunya masjid ini dibangun oleh seseorang yang Bernama Mbah Matsari atau yang sekarang dikenal dengan nama KH. Zakaria pada masa Perang Diponegoro sekitar tahun 1831 M. Mbah matsari ini merupakan murid Pangeran Diponegoro yang diutus untuk pergi menyebar kedaerah Jawa dengan tujuan untuk mensyiarkan agama Islam. Kemudian Mbah matsari memilih daerah Macari untuk mendirikan masjid.Â
Daerah ini memiliki lokasi yang strategis karena lokasinya tidak jauh dari sebuah kolam kuno yang disebut "Blumbang Macari". Ditempat inilah murid-murid dari Mbah Matsari melakukan kegiatan mensucikan diri sebelum mereka beribadah.Â
Setelah Mbah Matsari membangun masjid, beliau juga membangun pondok pesantren disekitar masjid. Mengingat bahwa disekitar masjid dulunya mayoritas masyarakat Macari memeluk agama Hindu. Hal ini dapat disimpulkan dari adanya Patung Bramancari yang lokasinya tidak jauh dari masjid.
Pengelolaan Masjid al-Muchlisin sampai saat ini
Masjid al-Muchlisin ini dulunya berbentuk seperti bangunan-bangunan masjid yang ada di Demak. Namun seiring berjalannya waktu masjid ini mengalami empat kali renovasi.Â
Renovasi yang pertama dilakukan pada tahun 1950, renovasi yanngn kedua pada tahun 1975, renovasi yang ketiga dilakukan pada tahun 1996, dan renovasi yang terakhir dilakukan pada tahun 2014 sampai sekarang.Â
Tetapi beberapa kali renovasi yang diatas tidak semuanya merubah bangunan masjid, bangunan masjid mengalami renovasi besar-besaran pada tahun 1996, terdapat beberapa bangunan yang masih dibiarkan utuh seperti pilar hingga mihrab.Â
Sedangkan untuk saat ini masjid ini masih aktif digunakan untuk kegiatan-kegiatan beribadah masyarakat setempat seperti kegiatan sholat berjamaah, sholat hari raya, mengaji dan lain sebagainya.
Di sebelah kanan pintu masuk masjid juga tersedia bangunan kantor sekretariat yang berfungsi untuk mengatur kegiatan-kegiatan masjid, mengelola urusan, kepentingan, perlengkapan, pengadaan barang dinas, dan lain sebagainya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H