Mohon tunggu...
Sitti Rabiah
Sitti Rabiah Mohon Tunggu... Dosen - Kepala TK & Paud

Dosen S1 PAUD, Senior Childcare Teacher, Kepala TK/PAUD, Penyuluh Pembimbing Kurikulum TK/PAUD, ibu rumah tangga yang mencoba menulis. Email: sittirabiah2011@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Belanja ke Pasar Jokowi di Purwakarta

24 Maret 2015   09:45 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:09 718
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_357141" align="aligncenter" width="400" caption="Memilih celengan hias sebagai oleh2 dari Plered yang terbuat dari tanah liat di Desa Anjun, Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat (foto: Nur Terbit)"][/caption]

Purwakarta adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Selama ini Purwakarta identik dengan keramik. Nyaris di sudut kota dan desa terlihat patung keramik. Bahkan di Plered, wilayah kecamatan di Kabupaten Purwakarta, bahkan dikenal sebagai daerah yang memproduksi keramik melalui home industri setempat. Keramik buatan masyarakat Plered sudah ada sejak zaman Belanda yaitu pada tahun 1795.

Selain produk keramik, Purkawarta juga memiliki kuliner khas yang cukup terkenal yaitu sate Maranggi. Sate Maranggi mempunyai rasa dan bumbu yang lain dengan sate biasa. Terbuat dari daging sapi atau daging kambing. Yang membedakan dengan sate biasa karena bumbunya paduan antara asam dan cabe yang pedas.

Sambel hijau yang digunakan, ditambah dengan cuka dan kecap manis yang terbuat dari tebu. Saat disajikan ditambah dengan irisan bawang merah dan buah tomat yang segar. Bahkan biasanya disajikan dengan ketan bakar atau nasi timbel. Wah....sangat membuat perut semakin lapar saat mencium aromanya.

Selain sate Maranggi juga masih ada kuliner yang lain seperti ayam goreng, ayam bakar bakakak, dan panganan yang lain seperti simping, peuyeum bendul, gula cikeris, manisan pala, teh hijau, opak dan colenak alias dicolek enak.

Di tengah ibukota kecamatan Plered ini, terdapat sebuah pasar yang tidak kalah populernya. Namanya Pasar Plered. Namun karena dianggap sudah tidak layak lagi, bahkan sering dituding sebagai sumber penyebab kemacetan maka sejak September 2013 silam pasar Plered dipindahkan ke daerah Citeko hingga berganti nama dengan Pasar Modern Citeko Plered. Sementara lahan bekas pasar lama, kini berdiri gedung kantor Camat Plered.

Meski pasar sudah dipindahkan ke Citeko, masih banyak pedagang maupun pembeli yang merasa enggan ke sana karena pertimbangan nambah ongkos bagi pembeli. Sedang bagi pedagang merasa di lokasi pasar baru Citeko, sekalipun sudah meningkat statusnya menjadi pasar modern tapi pembeli sepi.

Menurut Kepala Pasar Citeko Plered, Riyan Pramudiya, R, S.Hut bahwa pasar Citeko ini dari SK pendiriannya sebenarnya adalah status pasar modern. Pasar ini juga dilengkapi dengan sub terminal angkutan umum dengan areal halaman parkir yang luas. Tapi tetap saja seperti pasar tradisional karena pengunjung baru ramai hanya pada hari Kamis dan Minggu. Kebanyakan barang yang dijual adalah bahan sembako dan pakaian.

Nah masih ada lagi tempat yang unik di Plered ini, yaitu Pasar Jokowi yang mirip nama presiden RI kita. Lokasinya memang tidak terlalu jauh dari pasar Plered lama. Letaknya persis di samping pasar Plered lama. Kenapa disebut Pasar Jokowi? Apakah karena pasar ini pernah diresmikan oleh Jokowi?

Ternyata pasar ini tidak ada hubungannya dengan Presidan Jokowi. Masyarakat setempat menyebutnya sebagai pasar Jokowi alias “Jongkok” dan “Owi”. Itu karena pedagang maupun pembeli dalam transaksi dilakukan sambil jongkok dan memakai awi (bambu dalam bahasa Sunda).

“Para pembeli dan penjualnya jongkok dan memakai awi atau bale bambu, makanya dinamakan Pasar Jokowi atuh, Neng hahaha.....” kata Mang Asep, salah seorang pedagang di Pasar Jokowi sambil tertawa. Aduh.....Purwakarta ini mah aya-aya wae ......hehehe...

[caption id="attachment_357144" align="aligncenter" width="400" caption="Pasar Jokowi (jongkok dengan owi) siang hari. Transaksi di pasar ini berlangsung dari pagi dan berakhir siang hari. Sayangnya pasar Jokowi sudah sepi saat mampir di sini (foto: Nur Terbit)"]

1427164982624086001
1427164982624086001
[/caption]

Sejarah Purwakarta

Purwakarta merupakan daerah yang terhormat atau beribawa, ramai dan hidup serta makmur atau sejahtera. Ini sesuai dengan mottonya bahwa Purwakarta “Wibawa Karta Raharja” yang artinya Wibawa adalah penuh kehormatan, Karta adalah ramai dan hidup sedangkan Raharja berarti keadaan sejahtera atau makmur.

Dari upaya saya googling di internet, saya menemukan sejarah Purwakarta melalui website purwakartakab.go.id. Disebutkan bahwa Purwakarta adalah salah satu daerah di wilayah Jawa Barat yang luas wilayahnya sekitar 97.127 Ha, dan terkenal dengan home industrinya dengan gerabah keramik. Daerah ini dipimpin oleh seorang bupati bernama H. Dedi Mulyadi, SH. Sedangkan wakilnya yaitu Drs. Dadan Koswara.

Plered adalah nama salah satu kecamatan di Kabupaten Purwakarta yang terkenal dengan hasil home industrinya yaitu keramik. Keramik sebagai bentuk kerajinan yang sudah ada sejak jaman Belanda yaitu pada tahun 1795. Sudah lama sekali kan ya?

Plered, Cirata dan Citalang adalah kota tertua di Purwakarta. Nama Plered asalnya dari jaman tanam paksa, ketika itu dijadikan tempat menanam kopi yang hasilnya diangkut dengan menggunakan pedati kecil yang ditarik oleh kerbau yang disebut “Palered”.

Menurut data Wikipedia, pembuatan keramik Plered berlangsung turun-temurun dan diperkirakan sejak tahun 1904. Keramik Plered ini diekspor ke berbagai negara diantaranya Jepang, Belanda, Singapura, Taiwan, Korea, Australia, New Zealand, Kanada, Saudia Arabia, Amerika Serikat dan Amerika Latin, Inggris, Spanyol, Italia.

Nah di Desa Anjun, Kecamatan Plered inilah merupakan sentra penjualan keramik. Ketika saya melintas di Desa Anjun, sempat mampir membeli celengan hias berbentuk boneka Doraemon, Marsha, oleh-oleh khas Plered yang terbuat dari tanah liat. Di sepanjang pinggir jalan, terdapat sekitar 80-an unit usaha di Desa Anjun yang berlokasi 13 km dari kota Purwakarta.

Keramik hiasan yang dijual di Desa Anjun ini, mulai dari perlengkapan rumah tangga sampai dengan hiasan dan kerajinan keramik lainnya. Berbagai macam corak, bentuk, ragam dan warna. Antara lain berbentuk hewan, buah-buahan, bola dan aneka guci hias dan air mancur. Juga aneka pot bunga dan vas bunga. Mulai vas bunga yang duduk ataupun yang digantung. Begitu pula dengan berbagai macam mebel. Semua lengkap di Desa Anjun. *

(Tulisan ini diikutkan Lomba Blog Guru Blogger, bagian ketiga)

Sumber:

http://purwakartakab.go.id/sejarah-dan-perkembangan-keramik-plered

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun