Mohon tunggu...
Sitti Nurhasana
Sitti Nurhasana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Politeknik Statistika STIS

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengangguran Terdidik: Potensi Terbuang yang Menjadi Tantangan Besar Bagi Indonesia

13 Januari 2025   11:26 Diperbarui: 13 Januari 2025   11:49 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pengangguran merupakan momok yang paling menakutkan yang dialami oleh para pencari kerja. Penyebab pengangguran dipengaruhi oleh ketidakseimbangan antara laju pertumbuhan penduduk dan ketersediaan lapangan pekerjaan di era modernisasi dan globalisasi. Banyak tantangan yang harus dihadapi oleh para pencari kerja di antaranya kualifikasi lowongan kerja yang semakin tinggi hingga upah yang ditawarkan perusahaan yang tidak sesuai dengan harapan.

Kondisi ini menjadi semakin kompleks di Indonesia, sebagai salah satu negara dengan populasi terbesar di dunia, yang menghadapi tantangan besar dalam dunia ketenagakerjaan. Pada tahun 2024, jumlah angkatan kerja terus meningkat, didukung oleh bonus demografi yang diprediksi membawa peluang sekaligus tantangan bagi perekonomian. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa kesempatan kerja yang tersedia belum mampu mengakomodasi seluruh angkatan kerja, terutama kelompok dengan pendidikan tinggi.

Hal ini tercermin dalam Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia pada tahun 2024 tercatat berada pada angka 4,91%. Nilai ini masih di atas target RPJMN 2019-2024 yang menargetkan TPT berada pada kisaran 3,6% hingga 4,3%. Meskipun terdapat upaya untuk menurunkan angka pengangguran, target tersebut belum tercapai. Bahkan jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya, Indonesia masih memiliki pekerjaan rumah besar dalam menciptakan lapangan kerja, karena menurut International Monetary Fund (IMF) atau Dana Moneter Internasional dalam laporan World Economic Outlook, negara Indonesia memiliki Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tertinggi di ASEAN.

Tingkat pengangguran di Indonesia semakin memprihatinkan karena didominasi oleh generasi muda berusia 16-30 tahun dan juga mayoritas telah menempuh pendidikan hingga jenjang SMA ke atas. Di sisi lain, kelompok usia dewasa di atas 30 tahun juga menghadapi risiko pengangguran, meskipun jumlahnya relatif lebih kecil. Tingginya angka pengangguran di kalangan generasi muda terdidik mencerminkan besarnya potensi tenaga kerja yang belum sepenuhnya dimanfaatkan. Hal ini menjadi sinyal bahwa sumber daya manusia berkualitas masih menghadapi tantangan untuk berkontribusi secara optimal dalam pembangunan ekonomi.

Fenomena ini semakin sering terjadi di banyak negara, dan didorong oleh berbagai faktor yang kompleks. Salah satu penyebab utama pengangguran terdidik dapat terjadi karena mismatch kebutuhan, yaitu kesenjangan antara tingkat pendidikan dan kebutuhan pasar kerja. Individu dengan tingkat pendidikan terdidik terkadang tidak sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. Sehingga kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kualifikasi pendidikan. Selain itu, kurangnya pengalaman kerja masih menjadi faktor penyebab terjadinya pengangguran terdidik. Karena banyak perusahaan lebih mengutamakan tenaga kerja yang berpengalaman, sehingga lulusan yang baru sering kalah bersaing di pasar kerja.

Pengangguran terdidik dapat berdampak bagi finansial dan psikologis individu. Secara finansial pengangguran terdidik tidak memiliki penghasilan tetap sehingga sulit memenuhi kebutuhan hidupnya. Secara psikologis, pengangguran terdidik dapat mengalami kecemasan, stress hingga depresi. Ketidakpastian akan masa depan seringkali menggerus kepercayaan diri dan melemahkan semangat mereka dalam mencari pekerjaan.

Pengangguran terdidik seringkali diliputi rasa frustasi dan merasa tidak dihargai. Setelah menghabiskan bertahun-tahun menempuh pendidikan tinggi, dan mendapati gelar yang diraih ternyata tidak memberikan hasil nyata dalam mencari pekerjaan. Hal ini dapat memicu ketidakpuasan terhadap sistem pendidikan sekaligus mempertanyakan nilai investasi dalam pendidikan tinggi. 

Kondisi ini menjadi tantangan besar, terutama bagi pemerintah pusat dan daerah. Jika pengangguran terdidik ini terus dibiarkan, dampaknya tidak hanya dirasakan oleh individu, tetapi juga akan berpengaruh pada berbagai sektor, terutama perekonomian. Oleh karena itu, pemerintah harus melakukan upaya yang efektif untuk menekan jumlah pengangguran di Indonesia, agar potensi besar dari generasi terdidik tidak terbuang dengan sia-sia.

Artikel ini disusun oleh:

  1. Abednego Silaban

  2. Hamida

  3. Sitti Nurhasana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun