Dalam catatan sejarah, istilah nusantara, sebagai sebutan lain Indonesia, mulai dikenalkan pada masa pemerintahan Majapahit yang tertuang dalam beberapa Pupuh dalam kitab Negarakertagama istilah nusantara yang berarti kepulauan antar benua ini lebih merupakan konsep geo-politik dan geo-kultural sekaligus. Istilah tersebut merupakan konsep yang luas dan besar yang selalu menjadi cita-cita para raja Nusantara saat itu.
Konsep tersebut memberi inspirasi tokoh-tokoh besar seperti raja Sanjaya Mataram kuno raja Kertanegara Singosari, raja Hayam Wuruk dan Mahapatih gajah Mada di Majapahit, Raden Fatah di Kerajaan Demak dan Sultan agung di Mataram Islam konsep itu juga yang menginspirasi gerakan Diponegoro (Zaman Rintisan), Wahidin Sudirohusodo, Cipto Mangunkusumo (Zaman Kebangkitan),dan Soekarno(Masa Perjuangan Kemerdekaan).
Konsep ini muncul kembali justru ketika negeri ini dihempas berbagai krisis seperti krisis ekonomi, sosial, dan kemudian memuncak pada krisis kebudayaan.
Ketika liberalisme yang ditawarkan oleh modernisme tidak menunjukkan kemanfaatan, banyak orang kembali menengok warisan budaya Nusantara dengan harapan bisa menemukan landasan berpikir yang berakar pada tradisi sendiri titik kesadaran semacam itu sebenarnya telah muncul sejak pra kemerdekaan.
Penggalian khazanah nusantaraan ini kurang mendapat perhatian dan diganti dengan modernisme yang mengadopsi sepenuhnya budaya luar titik modernisme membawa kemajuan dengan meninggalkan warisan tradisi karena budaya bangsa sendiri dianggap sebagai bentuk konservativisme dan dipandang jauh dari nilai dinamisme dan progresivitas.
Penggalian khazanah nusantaraan ini kurang mendapat perhatian dan diganti dengan modernisme yang mengadopsi sepenuhnya budaya luar.modernisme membawa kemajuan dengan meninggalkan warisan tradisi karena budaya bangsa sendiri dianggap sebagai bentuk konservativisme dan dipandang jauh dari nilai dinamisme dan progresivitas.
Suasana krisis yang sedang melanda ini sangat memungkinkan menjadi warisan Nusantara baik yang pra Islam maupun yang Islam untuk dipertimbangkan kembali, digali, dan dikaji secara lebih komprehensif sebagai alternatif jalan keluar dari krisis tersebut.
Apa yang dimaksud konsep Islam nusantara adalah sebuah pemahaman keislaman yang bergumul, berdialog, dan menyatu dengan kebudayaan nusantara melalui proses seleksi akulturasi dan adaptasi. Dalam perkembangan sejarah Islam, munculnya istilah Nusantara atau Islam nusantara ini relatif baru.Â
Istilah yang pada mulanya lebih dikenal adalah Islam Jawi atau disebut juga Islam Melayu. Belakangan baru kemudian disebut sebagai Islam nusantara. Sebutan Jawi sendiri tidak terbatas wilayah pulau Jawa, tetapi wilayah Jawi meliputi seluruh Nusantara, sehingga para ulama dari Ternate, lo, Makassar, bugi, Banjar, Palembang, Aceh , Johor, Patani, Siam juga disebut sebagai ulama Jawi. Bentuk keagamaannya juga disebut sebagai Islam Jawi. Islam ini belakangan disebut secara lebih luas sebagai Islam nusantara (Azra,1998, Mun'im,2010)
Mereka disebut demikian karena Islam yang mereka pahami dan kembangkan diintegrasikan dengan kebudayaan setempat (Nusantara). Walaupun mereka memiliki bentuk keagamaan yang lekat dengan warna lokal, tetapi tidak sedikit mereka yang mendapatkan tempat terhormat di pusat peradaban Islam yaitu di Haramain, Mekah dan Madinah (Raphael Israely and Anthony (ed),19984). Di tempat suci ini, mereka menjadi syekh atau guru besar dan menjadi panutan para ulama lain. Keberadaan mereka sangat dihormati banyak kalangan di seluruh wilayah Arab dan seluruh dunia, tidak terkecuali para raja. Murid mereka bertebaran hingga ke Eropa ,Turki, Afrika, India dan persia (Mun'im,2010)
Sistem keilmuan yang dikembangkan masyarakat Jawi atau Nusantara ini memiliki kekhasan tersendiri. Bahkan kemudian juga menciptakan aksara sendiri yang merupakan paduan antara aksara lokal dengan abjad Arab yang disebut dengan tulisan Jawi (Arab Pegon) yang hingga sekarang masih dipergunakan di berbagai pesantren di seluruh Indonesia.Â