Mohon tunggu...
sitti sarifa kartika kinasih
sitti sarifa kartika kinasih Mohon Tunggu... Freelancer - freelancer

ibu rumah tangga yang ingin belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Ubah Jelantah untuk Energi Hijau

14 November 2024   18:56 Diperbarui: 15 November 2024   12:48 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 2. Skema bisnis jelantah (TNP2K dan Traction Energy Asia, 2023)

PT Pertamina baru-baru ini memberikan pernyataan bahwa pihaknya saat ini melakukan pengembangan penggunaan energi yang lebih bersih melalui bioenergi, sebagai pengganti BBM. SVP Technology Innovation Pertamina, Oki Muriza menyebutkan, untuk mendorong terciptanya sentra ekonomi baru, salah satunya dengan memanfaatkan bahan bakar rendah sulfur seperti bioetanol dan biodiesel. Indonesia sudah menerapkan biodiesel berbasis minyak sawit (FAME/fatty acid methyl ester) yang saat ini implementasinya telah mencapai 35% untuk dicampur dengan BBM (Muliawati, 2024).

Selain itu, Pertamina juga mengembangkan pemanfaatan jelantah untuk bisa dijadikan BBM yang berkelanjutan dan memiliki emisi rendah. Minyak goreng bekas yang potentially menyebabkan penyumbatan di selokan air dan seterusnya, tidak hanya dibuang. Itu bisa dikumpulkan untuk produksi sustainable efficient fuel menurut SVP TI Pertamina dan sedang dikejar Pertamina saat ini (Muliawati, 2024).

Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan juga mengungkap rencana besar untuk 'menyulap' minyak jelantah menjadi bahan bakar pesawat atau avtur. Hal itu dijelaskan saat beliau memimpin Rapat Rancangan Peta Jalan dan Rencana Aksi Nasional Pengembangan Industri Sustainable Aviation Fuel (SAF) . Menurutnya, Indonesia sudah bisa melakukan produksi bahan bakar pesawat ramah lingkungan tersebut. Bahan bakar SAF sudah menjadi tren global. Negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia juga sudah memulai produksi bahan bakar tersebut (Afriyadi, 2024).

Luhut menyebutkan bahwa Indonesia memiliki potensi pasokan 1 juta liter minyak jelantah tiap tahunnya. Sekitar 95% pasokan minyak jelantah itu selama ini diekspor, pasokan besar ini menjadi modal bagi Indonesia untuk memproduksi SAF. Luhut juga menerangkan bahwa Pertamina sebagai pemimpin di bidang transisi energi sudah melakukan uji coba statis yang sukses dari SAF. Produksi avtur ramah lingkungan itu telah diuji coba untuk digunakan pada mesin jet CFM56-7B. Hal tersebut menurut beliau, membuktikan bahwa produk Pertamina layak digunakan pada pesawat komersil (Afriyadi, 2024).

Dosen Teknologi Rekayasa Kimia Industri (TRKI) Universitas Diponegoro, Anggun Puspitarini Siswanto, ST PhD bersama rekan-rekannya juga telah membuat terobosan bahan bakar pesawat dari minyak jelantah. Hal itu sebagai upaya untuk mereduksi emisi gas pemanasan global sekitar 15% di sektor penerbangan, dengan penggunaan bioavtur. Konversi metil ester berbasis minyak goreng bekas menjadi bioavtur melalui proses ozonolisis nano gelembung menurutnya sangat berpotensi untuk dikembangkan. Anggun memakai Fine Bubble Technology (FBT) untuk memotong produk metil ester rantai sedang. Anggun yang telah memiliki 11 paten dan h-index scopus 6 melalui inovasinya ini mengharapkan pertumbuhan investasi terhadap industri-industri baru pengganti bahan bakar fosil (Yulianti, 2024).

Potensi Jelantah di Indonesia

Traction Energy Asia dalam risetnya bersama TNP2K Sekretariat Wakil Presiden Indonesia (2021) menunjukkan bahwa Indonesia punya potensi jelantah lebih besar lagi. Tahun 2019, konsumsi minyak goreng Indonesia menghasilkan 13 juta ton minyak jelantah atau 16,2 juta kiloliter jelantah, tetapi hanya 18,5% (sekitar 3 juta kiloliter) minyak jelantah yang dapat dikumpulkan. Data tersebut menunjukkan bahwa masih sangat banyak limbah minyak jelantah terbuang yang seharusnya dapat dimanfaatkan.

Apabila 16,2 juta kiloliter tersebut dapat dikumpulkan, kemudian dengan perkiraan konversi lima liter minyak jelantah menjadi satu liter biodiesel, maka ada potensi 3,24 juta kilo liter biodiesel dari jelantah yang dapat diproduksi. Dari 3 juta kilo liter minyak jelantah yang terkumpul pada 2019, sebagian besar untuk minyak goreng daur ulang (2,43 juta kiloliter) dan ekspor (184 ribu kiloliter). Hanya kurang dari 570 ribu kilo liter sebagai biodiesel maupun untuk kebutuhan lain. Menurut Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), minyak curah ini 15-20% dari total market share minyak goreng. Data BPS menunjukkan ekspor minyak jelantah Indonesia terus meningkat dari 55.587 ton pada 2014 jadi sekitar 148.383 ton pada 2019 (TNP2K dan Traction Energy Asia, 2021).

Berdasarkan kajian Pusat Studi Energi UGM, harga indeks produksi (HIP) minyak jelantah menjadi biodiesel berkisar antara Rp. 5.000 - Rp. 6.000/ liter. Kajian The International Council for Clean Transportation (ICCT) menghitung biaya produksi biodiesel minyak jelantah Rp. 5.301/ liter. Meskipun biaya konversi biodiesel dari minyak jelantah lebih besar dibanding biaya konversi biodiesel dari sawit, harga indeks produksi minyak jelantah lebih murah dibandingkan CPO (TNP2K dan Traction Energy Asia, 2021). Perbandingan biodiesel pakai sawit dengan HIP mengikuti harga pasar dengan biodiesel jelantah, terdapat potensi penghematan subsidi Rp. 4,2 triliun per tahun (mongabay, 2021).

Saat ini, sudah ada beberapa perusahaan memanfaatkan biodiesel dari minyak jelantah untuk konsumsi sendiri, seperti Cargill, Adaro, Aqua, dan Unilever. Jumlahnya disesuaikan dengan kemampuan perusahaan. PT. BGR (Persero) juga sudah bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan memiliki titik-titik lokasi pengumpulan minyak jelantah (TNP2K dan Traction Energy Asia, 2021).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun