Pemerintah berusaha untuk melarang bahan yang lebih mudah dilarang. Konsumen ingin gunakan lebih sedikit plastik dari yang mereka pakai sebelumnya. Akan tetapi tak satupun dari semua itu cukup menurut Ted Siegler.
Sains dan pasar juga berperan penting. Kita harus merancang plastik yang secara inheren lebih aman, untuk menciptakan bahan kimia baru tanpa EDC, seperti yang saat ini sudah banyak dilakukan, yakni botol bebas BPA. Perusahaan yang sadar lingkungan mencoba menemukan cara inovatif untuk menggunakan kembali plastik atau memberikan investasi dalam bioplastik.
Batang gandum sama efektifnya seperti sedotan plastik dan bisa terurai secara alami. Ada juga tas bioplastik, tidak terbuat dari plastik, tapi dari ketela pohon, akar tropis yang ditemukan berlimpah di Indonesia.
Saat ini ada sebuah tim ilmuwan yang membuat plastik film yang terbuat dari kulit kepiting dan pohon. Mereka percaya itu bisa menjadi alternatif untuk kemasan plastik.
Namun, pada akhirnya, sumber dalam film ini menyimpulkan bahwa kecuali perusahaan petrokimia mengambil tindakan drastis untuk mengurangi jumlah plastik yang mereka hasilkan atau berinvestasi lebih dari hanya sekedar bersih-bersih, krisis ini tak akan hilang dalam waktu dekat. Mereka punya uang lebih banyak dari pemerintah. Banyak pemerintah di seluruh dunia berkata, "Hei, kau yang buat plastik itu. Kau harus ambil dan mengelolanya."
Hal tersebut hanya dapat terjadi apabila konsumen menuntutnya. Konsumen seharusnya memberi tekanan pada pemerintah untuk menciptakan lingkungan peraturan yang nyata dimana bisnis berkembang, tapi tidak merusak planet pada saat yang sama. Kita pernah melakukan perubahan. Jadi hal itu bukan sesuatu yang mustahil.
Film yang menarik dan lengkap menggali isu tentang plastik ini bisa disaksikan di Netflix ya ^_^
Terima kasih telah membaca, semoga bermanfaat.
Tulisan lain tentang solusi kecil yang mungkin dilakukan untuk sampah plastik bisa dibaca di sini https://www.kompasiana.com/sittikinasih/6515507008a8b546fc55fa22/menginternalkan-biaya-eksternalitas-negatif-sampah-plastik-melalui-kolaborasi-perusahaan