Mohon tunggu...
sitti sarifa kartika kinasih
sitti sarifa kartika kinasih Mohon Tunggu... Freelancer - freelancer

ibu rumah tangga yang ingin belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menginternalkan Biaya Eksternalitas Negatif Sampah Plastik Melalui Kolaborasi Perusahaan

28 September 2023   17:17 Diperbarui: 28 September 2023   17:37 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: cimahikota.go.id

Dari detik.com, diberitakan bahwa terdapat 25 ribu ton sampah di Bandung Raya yang masih berserakan, seperti yang terjadi di TPS Cibeunying, Kota Bandung. Sejak sebulan terakhir sampah yang dibuang ke TPS ini tidak diangkut karena terkendala kebakaran TPA Sarimukti. Akibatnya sampah yang sudah menumpuk di dalam tempat pembuangan meluber bahkan hingga ke pinggir jalan. Aroma tak sedap pun menyebar sampai ke pemukiman hingga rumah ibadah.

Sumber: cimahikota.go.id
Sumber: cimahikota.go.id

Perbaikan manajemen sampah pasti membutuhkan dana yang banyak. Hal ini disebabkan oleh prosesnya yang banyak, meliputi pemilahan awal, pemilahan lanjutan, sampah plastik dihancurkan, dan mencampurnya menjadi formula lalu berlanjut ke eskstruder. 

Ekstruder memanaskan sampah remah plastik sampai meleleh, kemudian masuk mesin pendingin, lalu dicincang menjadi pelet kecil. Setelah itu baru bisa dijual ke pasar. Adapun untuk sampah plastik campuran, bisa dimanfaatkan untuk menjadi bahan holzewig. Bahan ini bisa dibaca pada tulisan sebelumnya di sini https://www.kompasiana.com/sittikinasih/6511078aae1f0726a84aed16/holzewig-kayu-abadi-material-pengganti-kayu-dan-besi

Pendanaan untuk kebutuhan tersebut boleh jadi sulit jika hanya mengandalkan dana pemerintah. Kerumitan daur ulang plastik saat ini sebaiknya diatasi dengan kolaborasi antara pemasok bahan baku plastik, perusahaan plastik, perusahaan yang menjadi pengguna plastik dalam memasarkan produk-produknya bersama perusahaan daur ulang. Melalui dorongan dari pemerintah dan masyarakat setempat dan kolaborasi saling membantu untuk kebaikan masa depan bersama, diharapkan dapat tercipta solusi yang diharapkan oleh semua pihak. Bahkan justru dapat mengurangi biaya ekternalitas negatif di masa depan yang lebih besar.

Eksternalitas adalah biaya atau manfaat yang muncul dari proses produksi tetapi berakibat pada orang selain produsennya sendiri, atau biaya/manfaat yang muncul dari proses konsumsi tetapi diterima oleh orang lain selain konsumennya itu sendiri. Ada banyak keputusan atau tindakan ekonomi yang dapat menyebabkan efek negatif atau positif terhadap orang lain atau stakeholders lain.

Eksternalitas negatif yakni kegiatan produksi atau konsumsi yang menciptakan biaya eksternal. Contohnya diantaranya yaitu: kerusakan lingkungan hidup, kemacetan jalan, perubahan daya dukung di area resapan air, polusi udara, kriminalitas dan lain-lain. Eksternalitas positif yakni kegiatan produksi atau konsumsi, yang menciptakan manfaat eksternal. Contohnya diantaranya yaitu: penelitian, pengajian, pelatihan, pendidikan, dan gerakan lingkungan hidup.

Industri plastik di AS pernah menyatakan bahwa mereka telah berinvestasi lebih dari 1,2 miliar dolar dalam daur ulang plastik, seperti ditunjukkan dalam film “Broken”. Hal ini merupakan bentuk tanggungjawab yang bagus, walaupun mungkin bagi direktur penanganan sampah di salah satu kota di AS, hal itu belum cukup untuk bisa menangani sampah di AS yang terlalu banyak, jika dibandingkan dengan sampah di negara berkembang.

Investasi dalam kolaborasi antar perusahaan tersebut sebaiknya tidak dipandang sebagai beban pengeluaran oleh perusahaan-perusahaan besar, tetapi alangkah baiknya bila dimasukkan sebagai investasi modal/tabungan masa depan. Sebagaimana disebutkan oleh Merza Gamal, dengan mengambil inspirasi dari perubahan industri petrokimia yang mengagumkan dan kolaborasi yang berhasil, kita dapat menciptakan transformasi yang sama dalam mengatasi masalah sampah plastik.

Kolaborasi seperti ini sangat membutuhkan dorongan dari pemerintah. Selain itu, pemerintah juga perlu memberikan edukasi publik terkait reward and punishment untuk memacu masyarakat melakukan pemilahan dan daur ulang. Pendanaan yang besar sangat diperlukan selain untuk infrastruktur daur ulang sampah non organik, juga untuk infrastruktur persampahan ideal di perkotaan/pedesaan (termasuk komposter komunal, mobil sampah bersekat dan bangunan bank sampah tiap RW atau tiap kelurahan seperti tercantum di aturan SNI 3242:2008), dan tentunya tidak kalah penting adalah pembiayaan untuk para pekerja terkait, dan edukasi masyarakat.

Schenck dan Blaauw (2011) telah menunjukkan bahwa jika pemerintah lokal, perusahaan daur ulang, dan LSM menyadari pemulung sebagai penghubung yang bernilai dalam rantai manajemen sampah, mereka dapat berkontribusi pada solusi dengan kolaborasi untuk memperbaiki kondisi orang-orang ini, demi kebaikan para pemulung itu dan juga masyarakat umum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun