Di Andalusia, Spanyol Selatan, terdapat seorang pemikir inkonvensional yang justru sengaja mendorong terbentuknya alga. Frank Rogalla (Director of Innovation and Technology Aqualia). Dia memanen sumber daya yang sederhana namun terabaikan. Alga menurutnya adalah organisme tertua di bumi karena bertahan hidup dengan 3 hal kecil, sinar matahari, nutrisi, dan air. Mereka memiliki basin besar bernama “saluran air” dan itu merupakan tempat tumbuh alga. Mereka simpan disana selama 3 hari. Mereka memberinya air limbah. Dengan flotasi, mereka memisahkan alga dari air dan memompanya kembali ke dalam pencerna, yang akan diubah menjadi biogas atau metana setelah ditambahkan langkah pemurnian gas. Tak ada yang percaya berapa banyak oksigen yang bisa dihasilkan alga. Oksigen dari alga membantu mereka membersihkan air limbah sehingga akhirnya ada air bersih dan cukup alga yang bisa dipanen serta dijadikan bahan bakar hayati.
Mereka bahkan membuat upaya yang disebut “toilet ke tangki”. Frank pengguna mobil dan sangat menggemari mobil. Dia memakai bahan bakar air limbah dan berkendara di bawah sinar matahari. Mereka bisa membuat peternakan alga ini di seluruh Andalusia. Proyek itu menurutnya cukup untuk menenagai 30 juta mobil di Spanyol dengan biometana.
Bagian berikutnya dalam film ini menunjukkan bahwa di Denmark seorang ilmuwan telah menemukan protein dalam tubuh yang bisa diadaptasikan ke teknologi untuk memurnikan air. Peter Holme Jensen (CEO akuaporin) mewujudkan hal itu dengan botol kecilnya, botol protein akuaporin. Manusia rata rata memiliki 40 sampai 50 variasi protein akuaporin didalam tubuhnya. Mereka melakukan fungsi sangat penting, mengatur aliran berbagai material. Tubuh kita telah mengembangkan cara mengatur berbagai aliran molekul. Bagian penting dari itu adalah protein akuaporin.
Memakai bioteknologi, mereka ambil sedikit protein akuaporin yang menyaring air di semua sel hidup dengan sangat efisien. Satu gram protein akuaporin dapat menyaring beberapa ratus liter air setiap detik. Lapisi permukaan membran dengan protein akuaporin ini, lalu hasilnya adalah air lebih murni. Mereka juga dapat mengekstrak air dengan osmosis maju. Manusia telah bisa membuka peluang untuk produk penyaringan model baru dengan komponen yang diberikan alam.
Teknologi membran, seperti protein akuaporin, juga sedang dipakai untuk membuat langkah dramatis, dalam kemampuan manusia mengekstrak air tawar dari lautan. Untuk memisahkan garam dari air laut membutuhkan banyak energi. Air laut adalah salah satu air termahal yang bisa didapat.
Dalam hal pengolahan air laut, dulu berada pada angka 40kWh per meter kubik untuk air yang diolah pada tahun 1960-an, 1970-an. Kini berada pada angka kurang dari 4 KWh per meter kubik, yang berarti 90% pengurangan energi untuk pengolahan air limbah serupa (Vinod Ramachandran - Global Open Innovation Leader Suez). Teknologinya telah meningkat luar biasa efektif saat ini.
Banyak sekali inovasi yang belum ada 20 atau 30 tahun lalu dan ditampilkan dalam film dokumenter ini. Manusia saat ini dapat membuat biomaterial dari air limbah. Manusia bisa mengubah air limbah menjadi energi. Bahkan bisa memurnikan air pada tingkat molekul. Sebuah catatan manis dari film ini adalah bahwa sesungguhnya alam telah mendaur ulang setiap tetesan air di planet ini selama miliaran tahun, kita mempelajarinya dan kemudian menirunya.
Seperti kata Matt Damon, memang benar betapa beruntung diri kita bisa memecahkan masalah air ini. Sebab boleh jadi di masa depan kita akan lebih bersyukur lagi bahwa kita telah memecahkannya saat ini, bukan lagi menunggu ketika semuanya telah terlambat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya