“Kiss the Ground” adalah film dokumenter yang menceritakan tentang begitu banyak keberhasilan orang-orang dalam menyerap karbon yang saat ini dianggap sebagai penyebab perubahan iklim. Film yang disutradarai oleh Josh Tickel & Rebecca Harrell yang merupakan suami istri ini ditayangkan pertama kali tahun 2020.
Berkisah tentang seorang ahli agronomi konservasi, Ray Archuleta dari Natural Resorces Conservation Service yang telah mengunjungi tiap negara bagian Alaska, Puerto Riko, Hawaii bahkan diundang berpidato di Eropa dan Australia menjelaskan bahwa dimanapun dia bekerja masalahnya sama, erosi besar-besaran (dia pernah tinggal di 4 negara bagian). Erosi adalah saat tanah menjadi pasir.
Tahun 1930, Amerika mengalami bencana ekologi buatan manusia terbesar dalam sejarah. Badai debu. Penyebab utamanya yakni para petani membajak padang-padang di utara yang tadinya subur dan membiarkan tanahnya terekspos. Pada akhir 1934, lahan sekitar 809 km2 telah rusak permanen (200 juta acres). Franklin D. Roosevelt mendirikan Dinas Perlindungan Tanah (sekarang NRCS) untuk menyelamatkan tanah negara, untuk bersinergi dengan alam.
Sejak tahun 1750 saat Revolusi Industri dimulai, kita telah melepas sekitar 1.000 miliar ton (gigaton) karbondioksia yang disebut dengan legacy load/ beban warisan kita). Bahkan meskipun saat ini kita bisa hentikan semua emisi, beban warisan karbon akan tetap ada.
Karbon adalah basis semua kehidupan di bumi menurut John Wick (co-founder marine carbon project). Tanaman menyerap karbon dari atmosfer, mengubahnya jadi bahan bakar karbon. Sebesar 40% bahan bakar karbon tumbuhan disalurkan ke akar. Tumbuhan menyalurkan secara strategis ke berbagai mikroorganisme tanah. Mikroorganisme tanah memberi nutrisi mineral ke tumbuhan. Mikroorganisme tanah membuat lem karbon dari bahan bakar karbon (glomalin/ carbon glue). Mikroorganisme tanah membuat kantung kecil di tanah untuk kendalikan udara dan air menurut Kristin Ohlson.
Tanah yang sehat organismenya bisa lebih banyak daripada penduduk dunia saat ini, sebagaimana dijelaskan Dr. Kristine Nichols (Chief Scientist, Rodale Institute). Dia mengungkapkan bahwa ekosistem tanah bisa menyimpan lebih banyak karbon (tanaman – 1.100 GT karbon; atmosfer – 600 GT karbon; dan tanah – 4.000 lebih GT karbon). Damage soil melepaskan karbon ke atmosfer, sedangkan tanah sehat menyerap karbon. Desertifikasi adalah istilah untuk lahan yang berubah menjadi gurun. Tanpa tumbuhan hidup, penguapan akan sering terjadi.
USDA menggunakan sistem yang disebut Perusahaan Kredit Komoditas guna memberi petani jaminan harga untuk menanam tanaman tertentu. Dalam sistem saat ini, para wajib pajak menyubsidi petani menanam tanaman untuk pakan hewan di tempat penggemukan yang menghasilkan gas rumah kaca. Hasilnya adalah tanah-tanah berubah menjadi debu dan petani-petani akan bangkrut. Jika pemerintah tidak menyubsidi petani, mereka tak akan untung.
Glifosat spraying yang sejak awal dianggap berbahaya –bisa memicu kanker- meningkat dalam jumlah yang tak terbayangkan hingga 2020. Sama seperti ekosistem tanah, jika terus-terusan diberi fungisida, herbisida, insektisida, diolah tanpa henti (pupuk kimia) maka akan timbul penyakit kronis, bukan lagi akut. Tanah akan berhenti berfungsi.
Di sisi lain, peternakan Gabe Brown (regenerative rancher) dengan lahan seluas 5.000 ekar, menghasilkan profit lebih dari $100 per ekarnya per tahun. Sangat jauh profitnya dibandingkan petani Amerika pada umumnya. Jika membangun ekosistem pertanian yang sehat, ekosistemnya lebih tahan banting. Risikonya akan teratasi. Dia tanam jagung, alih-alih kedelai, dia tanam kacang polong. Dia juga punya gandum, jelai, havermut, vetch, triticale, alfalfa, daging sapi, domba, babi yang merumput, madu, sayuran, dan produk-produk lain. Contoh lain di California, seorang petani memilih untuk menanam 40 jenis tanaman pangan.
Jika para pemilik tanah memahami manfaat jangka panjang menjaga kesehatan tanah, itu akan mendorong petani memprioritaskan kesehatan tanah. Begitu seorang petani mengelola kesehatan tanah, dan melihat manfaat ekonominya, mereka akan beralih. Sebesar 70% dari tanaman cropland AS hanyalah jagung, soy, dan hay. Tetumbuhan ini dan tempat penggemukan yang bergantung padanya hanya terus ada karena disubsidi dengan uang pajak warga sebanyak $25 billion per tahun (sekitar 375 triliun rupiah per tahun). Wow, luar biasa banyak ya!
Gabe Brown menjelaskan ke para petani jagung dan kedelai dari Missouri. Lalu ada yang berdiri dan berkata, untuk apa dia tanam selain jagung dan kacang-kacangan jika sudah dapat jaminan profit sebelum berladang. Padahal, dengan beralih ke pertanian regeneratif, petani Amerika bisa tingkatkan keuntungan hingga lebih dari 100 miliar dolar per tahun dan menghilangkan subsidi mereka.
Gabe Brown membeli lahannya pada tahun 1991 dimana pada 2 tahun awal bertani secara konvensional. Pengolahan besar-besaran, penyemprotan zat sintetik. Hasilnya empat tahun berturut-turut mengalami gagal panen akibat bencana alam. Dia memutuskan untuk bangkit dan fokus bagaimana membuat pertanian dan peternakan bertanah bagus agar bisa panen tanpa tambahan input. Jadi dia mulai mempelajari ekosistem tanah. Dia lihat sejarah dan dibacanya jurnal lama Thomas Jefferson karena berusaha mencari tahu cara mereka bertani sebelum penggunaan segala bahan sintetik.
Tanah yang tak diolah menyimpan lebih banyak air sehingga meningkatkan pertumbuhan mikroba. Hal itu menambah pertumbuhan tanaman, bahkan menambah curah hujan lokal. Tanah Gabe menarik lebih banyak karbon dari atmosfer. Harus selalu ada akar hidup. Jangan sampai ada masa dimana tanah kosong tanpa tanaman.
Jika hanya menanam satu jenis tanaman, kita hanya memberi makan organisme tanah satu jenis eksudat akar. Gabe menanam 19 jenis sehingga mempercepat waktu biologis. Memberi makan organisme tanah yang di pertanian konvensional butuh waktu 19 tahun dengan usaha cukup satu tahun.
Ternak merumput selama musim dingin dan mempercepat proses regenerasi tanah. Hewan yang memakan tumbuhan hidup adalah bagian dari siklus karbon. Di dataran utara, tanah terbentuk oleh kawanan besar bison dan elk yang berpindah karena predator, merumput di tanahnya, menginjak karbon dan tetumbuhan ke permukaan tanah. Belum lama ini ada lebih dari 60juta bison berkeliaran di Amerika. Dulu hanya tersisa ribuan bison disebabkan gerakan pemusnahan bison oleh militer AS dan perusahaan kereta api. Wilayah yang tadinya habitat bison, menjadi pertanian industri. Ratusan juta ekar tanaman yang hanya khusus untuk pakan ternak.
Ternak-ternak terkonsentrasi di tempat penggemukan sehingga mengeluarkan banyak sekali gas rumah kaca. Masalahnya bukan pada hewan, masalahnya adalah pada lokasi hewan berada. Regeneration adalah memperbaiki kerusakan yang kita akibatkan dan membenahi keadaan.
Tanah yang dikelola secara holistik melalui penggembalaan ternak terkendali, bisa menjadi solusi. Sebagai contoh, lahan yang dikelola oleh Allan Savory secara holistik selama 9 tahun seperti surga bagi hewan. Penggunaan ternak untuk menghentikan desertifikasi bisa diterapkan secara berskala pada dua pertiga lahan dunia. Dan jelas itu bisa dijalankan dengan biaya yang sangat rendah. Dari tempat yang tadinya hampir seperti gurun, lalu memanfaatkan herbivora penggembala. Kotoran, air seni, dan kuku binatanglah yang menyebabkan rumput tumbuh.
Monsieur Le Foll, Menteri Pertanian Prancis, mengajukan ide yang mungkin bisa mengubah dunia. Untuk bisa menjadikan tanah menyerap karbon, harus mengubah cara bertani. Harus mengurangi banyak sekali pestisida beracun, tanaman transgenik, dan bahan kimia sintetik.
Film ini sangat bagus untuk ditonton oleh semua umur, bisa dilihat di Netflix. Selain itu produsernya telah diwawancarai oleh Factual America dan dapat disaksikan pada link berikut
Sungguh menarik melihat bagaimana sutradara dan produsernya menjelaskan bagaimana mereka sebagai environmentalist berusaha untuk mewujudkan film ini dalam waktu kurang lebih 7 tahun dan menggali ilmu dari sekitar 200 ilmuwan, PhD, orang-orang dari IPCC, yang berasal dari latar belakang ilmu yang berbeda.
Film ini sangat berguna tidak hanya bagi mahasiswa, dosen, aparatur negara dan para pembuat kebijakan, tetapi juga bagi guru-guru sekolah dan murid-murid tingkat SD, SMP, SMA. Luar biasa menggambarkan banyak sekali hal yang tidak terpikirkan oleh kita. Cukup rugi jika tidak melihatnya secara langsung. Film ini juga memiliki website khusus di https://kissthegroundmovie.com/
Ayo, sempatkan menonton ya! ^_^
Tulisan berikutnya bisa dibaca di sini ya https://www.kompasiana.com/sittikinasih/64f5aeb54addee27f030dfb2/film-inspiratif-solutif-mengatasi-perubahan-iklim-kiss-the-ground-bagian-2?page=1&page_images=1
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H