"Ade...Adek juga mau kado dari kak Dini! Seru Buyung tiba-tiba sambil melepaskan pelukan di kakaknya dan menadahkan tangannya yang mungil. "Coklat...!" dengan polosnya.
Dini tertawa melihat Buyung berlaku seperti itu. Hilang rengutan di bibirnya. "Kak Dini, nggak punya coklat." sahutnya sambil mencolek pipi adiknya, dan kembali menatapku. "Siap, Yah! Besok Dini akan baikan dengan Amel. Belum 3 harikan?" tanyanya dengan khawatir. "Dini nggak mau di cuekin Allah, Dini akan berusaha menjadi kado yang bagus buat Amel."
"Belumlah, inikan masih malam yg pertama Dini ngambekkan sama Amel, besok masih belum terhitung 3 hari. Bagus! Dini mau baikan. Jadi syetannya kabur dan malaikat senang, Allah pun akan ikut senang, karena Dini sudah mengalahkan syetan di hati Dini."
Aku berdiri dan mengacak rambutnya dan tersenyum melihat Dini nggak sedih lagi. "Ayo, semuanya ke ruang makan. Ayah bawa martabak. Kita makan bareng. Lagian ini sudah hampir Isya, Ayah mau siap-siap shalat berjama'ah di mesjid."
"Ayo...ayo....kalahkan syetan, ciat...ciat!" Bayu keluar kamar berlari sambil mengacungkan tinjunya seperti sedang memukul sesuatu, diikuti Buyung, yang tertawa-tawa disampingnya.
Aku merangkul bahu Dini dan melangkah bersama menuju ruang makan. Terdengar suara ngaji di mesjid, melantunkan surat Ar-Rahman dengan Indahnya. Maka Nikmat Mana Lagi Yang kau Dustakan! Aku tersenyum bersyukur. Sebentar lagi azan Isya akan berkumandang.
NOTED
Tulisan pernah dimuat di KBM app
***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI