Mohon tunggu...
Sitta Taqwim
Sitta Taqwim Mohon Tunggu... profesional -

Pejalan, pemintal kata, tukang potret, pecinta Bangunan kuno, gunung dan matahari.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Toraja: Ziarah ke Negeri Raja-Raja

12 Maret 2015   10:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:46 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_402193" align="aligncenter" width="420" caption="Lemo "]

1426129408147293750
1426129408147293750
[/caption]

[caption id="attachment_402195" align="aligncenter" width="420" caption="Tau-tau di Lemo"]

1426129448799201303
1426129448799201303
[/caption]

Saya senang sekali menemukan buku tentang Toraja di perpustakaan Institut Français d’Indonésie tempat saya les bahasa Prancis. Di buku “Toraja, sous le regard des ancêtres” (kurang lebih artinya.. “di bawah tatapan para leluhur”) terbitan 1996 itu, foto-foto lanskap Toraja sepintas tak berubah. Namun membalik lembar dimana ada foto tau-tau, saya tahu ada bedanya dulu dan kini. Di foto yang saya ambil, tau-taunya mengenakan pakaian cerah, namun di foto dalam buku Olivier Lelièvre, tau-taunya berkostum putih. Dalam adat Toraja, ada upacara Ma’Nenek untuk mengganti pakaian tau-tau. Ritual ini dilakukan sesuai dengan kemampuan finansial keluarga yang memiliki tau-tau.

[caption id="attachment_402196" align="aligncenter" width="420" caption="Potret tautau di buku ini mengenakan kostum putih"]

1426129520898339224
1426129520898339224
[/caption]

[caption id="attachment_402197" align="aligncenter" width="420" caption="Tautau di Lemo dalam buku edisi 1996 masih berkostum putih"]

1426129555788378339
1426129555788378339
[/caption]

[caption id="attachment_402198" align="aligncenter" width="420" caption="Buku "Toraja, sous le regard des ancetres" karya Olivier Lelievre "]

1426129579568187960
1426129579568187960
[/caption]

Salib di puncak Toraja Utara



[caption id="attachment_402200" align="aligncenter" width="305" caption="Foto buram di bawah salib"]

1426129643467204388
1426129643467204388
[/caption]

Konon kita harus mendaki seribu anak tangga demi mencapai salib di bukit Toraja Utara. Tapi menurut hitungan saya yang agak ngaco, tampaknya hanya sekitar 350 anak tangga saya yang saya lalui. Maklum, saya mendaki ke salib di tengah gerimis dan agak kuatir terpeleset di tangga yang licin karena hujan. Tampaknya hitungan saya salah. Saat turun, matahari sudah terbenam dan kami tak membawa senter. Di perjalanan turun saya berpapasan dengan seorang bapak yang bertanya, “Kenapa baru turun jam segini?”.

Sebenarnya kami sudah berniat mendaki sejak pukul tiga sore. Apa daya hujan deras sekali. Kami pun berteduh di kafe di area bawah bukit salib. Hingga pukul empat, hujan tak jua reda. Kami pun menuju desa tenun Galugu Dua dan baru mulai mendaki pukul setengah 6 saat gerimis dan langit masih cukup terang.

Di puncak bukit, di belakang tulisan Toraja Utara yang berpendar, ratusan kupu-kupu laron menari di bawah hujan. Saya sedih tak ada DSLR, kamera ponsel sia-sia saja untuk memotret pergerakan sayap mereka yang cepat. Selain kopi, hal yang saya suka di tanah ini adalah kupu-kupu.

Lanskap Toraja dan sekitarnya



Empat hari tidak cukup untuk mengabadikan lanskap di sekitar Toraja. Favorit saya adalah Gunung Nona di Enrekang. Saya ingin sekali suatu hari nanti bisa trekking di gunung itu. Gunung yang sungguh feminis dan menyimpan legenda. Anak-anak di area Toraja begitu tenang dan pemalu. Mereka malu-malu saat difoto dan beberapa kabur sambil menjerit pelan. Saya menyesal tak membawa permen untuk mereka. Tampaknya makhluk-makhluk di Toraja relatif tenang. Bahkan kerbau dan anjing yang berseliweran pun terlihat sungguh cool! Kucing termasuk hewan yang jarang ada, hanya seekor yang saya temukan di kedai kopi di ketinggian Batutumonga.

Toraja kaya akan batu-batu besar. Tak hanya menhir, di tengah sawah dan ladang jamak saya temui batu-batu raksasa. Selain untuk makam, batu-batu itu bisa juga untuk tempat menjemur baju! Dari jendela mobil, suatu siang saya dapati seorang perempuan memanjat batu dan menggelar cucian di atasnya. Sayang tak keburu saya potret. Kata teman saya, itu salah satu wujud kearifan lokal. Hahaha!

[caption id="attachment_402201" align="aligncenter" width="420" caption="Langit biru di Pare-Pare"]

1426129695971592779
1426129695971592779
[/caption]

[caption id="attachment_402202" align="aligncenter" width="420" caption="Gunung Nona di Enrekang"]

14261297301035318244
14261297301035318244
[/caption]

[caption id="attachment_402203" align="aligncenter" width="420" caption="Sawah di Sesean"]

14261297541658086701
14261297541658086701
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun