"Kalau dilihat kan masyarakat enggak bisa makan infrastruktur? Makannya nasi, nah sembako dan kebutuhan-kebutuhannya semakin mahal, sementara daya beli turun," kata Fadli (tempo).
Sepenggal pendapat dari seorang yang terpilih menjadi wakil rakyat dulunya pada tahun 2014. Pernyataan yang benar namun sangat disayangkan harus keluar dari seorang wakil rakyat di waktu yang salah.
Anak TK juga tahu sebenarnya kalau kita tidak mungkin memakan infrastruktur, tentunya yang dimakan adalah makanan (nasi, singkong, sayur,buah,dll) dan yang diminum adalah minuman. Pernyataan yang sangat politis tersebut didasari oleh pembangunan infrastruktur secara massive pada periode pemerintahan sekarang dibawah kepemimpinan Bapak Jokowi-JK. Pernyataan yang dikatakan sebagai kritik namun bukan kritik.
Mungkin beliau terlalu cerdas sehingga metode yang dipakai untuk menilai suatu pekerjaan fisik pada saat ini disandingkan dengan kondisi ekonomi pada saat yang bersamaan. Metode yang dipakai dengan konsep NILAI SEKARANG, dimana keuntungan dari pembangunan fisik sekarang dipandang/dinilai dengan kondisi masyarakat sekarang dan bukan dampak secara jangka Panjang dan berkesinambungan. Dibeberapa wilayah pembangunan infrastruktur memiliki dampak langsung seperti akses ke daerah-daerah terpencil, tol yang memangkas waktu tempuh dari suatu daerah ke daerah lainnya, pelabuhan yang semakin ditata, dan masih banyak lagi.
Pembangunan infrastruktur yang dilakukan saat ini adalah sebagai dampak dari pembangunan yang sangat lambat di pemerintahan sebelumnya, dimana negara-negara tetangga lainnya sudah jauh pesat perkembangannya secara infrastruktur. Bisa dikatakan pembangunan infrastruktur saat ini adalah HUTANG masa lalu yang harus dibayar sekarang. Pemerintahan lalu memang melakukan pembangunan infrastruktur, namun infrastruktur tidak dijadikan sebagai KEY POINT dari program kerja pemerintah.
 Dampak dari pembangunan infrastruktur ini akan mengena ke berbagai aspek kehidupan masyarakat seperti distribusi barang dan jasa yang semakin lancar (Supply chain), akses terhadap Pendidikan, Akses informasi ke berbagai pelosok serta memunculkan pusat-pusat ekonomi baru. Dampak tersebut tidak serta merta langsung dapat kita rasakan atau memberikan sebuah nilai yang fantastis secara ekonomi dalam waktu yang singkat. Semua membutuhkan proses dan proses itu berjalan seiring waktu, membentuk embrio-embrio usaha, jasa, Pendidikan, dan lainnya.
Tidak adil rasanya ketika dikatakan bahwa harga sembako dan kebutuhan lainnya mahal. Statement yang men-generalisasi suatu keadaan harga pasar. Tidak tertutup kemungkinan memang ada harga yang naik, namun tidak melambung tinggi, tentunya pemerintah tetap memperhatikan harga-harga di pasar sehingga masyarakat dapat tetap memenuhi kebutuhan rumah tangga terkhusus urusan makanan dan minuman bagi anggota keluarga.
Agak membingungkan juga sebenarnya apabila pada suatu kesempatan yang lain, dimana cawapres tertentu berjanji untuk menaikkan harga dari petani, disisi lain menurunkan harga jual di pedagang ke harga yang lebih terjangkau.Â
Dua janji kepada dua bagian yang berbeda, dimana satu adalah produsen dan yang satu adalah pebisnis/pedagang, tentunya harga pasti terbentuk dari penghasil atau produsen berdasarkan biaya-biaya yang sudah dikeluarkan dan berapa persen keuntungan yang sebelumnya sudah diperhitungkan
selanjutnya pebisnis/pedagang akan mengeluarkan nilai barang-jasa disesuaikan dengan harga beli dari produsen ditambahkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan, ditambahkan lagi batas keuntungan. Secara garis besar itulah yang mendasari harga-harga dipasaran ditambah faktor-faktor lainnya.
Sehingga apabila kita cermati dengan seksama, infrastruktur (jalan,dsb) memegang peranan penting dalam rantai distribusi barang/jasa. Apabila infrastruktur tersebut tidak ada atau rusak atau malah tidak bisa dipakai, bisa dibayangkan kah kita yang hidup dikota mau makan apa? Ketika beras, sayur, buah tidak bisa didistribusikan dari desa ke kota.