Mohon tunggu...
Siti Zumaroh
Siti Zumaroh Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Hidup bahagia dan bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Budaya Positif Sekolah |Koneksi Antar Materi Modul 1.4

18 Oktober 2023   22:45 Diperbarui: 18 Oktober 2023   22:50 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://shorturl.at/afQR8

Untuk menciptakan lingkungan sekolah yang positif, perlu adanya budaya positif. Budaya positif dapat dilakukan dengan adanya penerapan disiplin positif.

Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline, menyatakan ada 3 motivasi perilaku manusia yaitu :

  • Untuk menghindari hukuman atau ketidaknyamanan
  • Mendapatkan imbalan atau penghargaan, dan 
  • Menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya.

Tujuan adanya disiplin positif yaitu membangun siswa memiliki motivasi yang ketiga, yaitu motivasi intrinsik. Guru dapat mengambil peran mewujudkan kepemimpinan murid, dengan cara murid sanggup memimpin dirinya sendiri. Pendidik perlu menciptakan anak-anak yang memiliki disiplin diri sehingga mereka bisa berperilaku dengan mengacu pada nilai-nilai kebajikan universal dan memiliki motivasi intrinsik, bukan ekstrinsik.

Konsep-konsep inti dalam modul 1.4 Budaya Positif memiliki keterkaitan yang erat dengan materi sebelumnya, yakni:

  • Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara menekankan pentingnya pendidikan yang berpusat pada murid. Budaya positif dapat membantu menciptakan lingkungan belajar yang berpusat pada murid, di mana murid merasa dihargai dan diberdayakan.
  • Nilai dan Peran Guru Penggerak menekankan pentingnya guru sebagai pemimpin pembelajaran. Budaya positif dapat membantu guru untuk menjadi pemimpin pembelajaran yang efektif. Guru dapat membangun hubungan yang positif dengan murid dan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
  • Visi Guru Penggerak adalah mewujudkan profil Pelajar Pancasila. Budaya positif dapat membantu mewujudkan profil Pelajar Pancasila. Murid dapat mengembangkan potensinya secara optimal dan menjadi warga negara yang baik.

Dalam penerapan budaya positif, guru perlu mengambil peran untuk melakukan restitusi, dari pada memberi hukuman atau konsekuensi. Restitusi mendorong terciptanya disiplin positif pada siswa. Siswa menyelesaikan permasalahannya sendiri sehingga menimbulkan motivasi intrinsik. Gossen menyatakan bahwa restitusi mengembalikan anak kepada kelompoknya dengan karakter yang lebih kuat.

Dalam melakukan restitusi, guru dapat melakukan 5 posisi kontrol yaitu : pemberi hukuman, pembuat rasa bersalah, teman, pemantau dan manajer. Diantara kelima posisi tersebut, guru diharapkan mengambil posisi manajer. Posisi manajer adalah posisi dimana guru berbuat sesuatu bersama dengan murid, mempersilakan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri. Manajer tidak mengatur perilaku seseorang, namun membimbing siswa mengatur dirinya sendiri. Posisi manajer sesuai dengan visi guru penggerak yang sejalan dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara yaitu untuk menuntun segala kekuatan kodrat anak untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya demi terciptanya student wellbeing. Peran manajer juga memunculkan nilai-nilai guru seperti kemandirian, inovasi, kolaborasi, kreativitas, dan berpihak pada siswa. Guru dengan kualitas manajerial berarti dapat menerapkan nilai-nilai dan peran guru yang baik di kelas, sekolah, dan masyarakat.

Proses restitusi dapat dilakukan dengan segitiga restitusi yaitu: menstabilkan identitas, validasi tindakan yang salah, dan menanyakan keyakinan. Keyakinan yang dimaksud adalah keyakinan kelas. Guru dan siswa menyusun dan menyepakati keyakinan kelas. Guru memainkan peran pendorong kolaborasi untuk menyusunnya. Keyakinan kelas dibentuk dengan kesepakatan bersamaan anggota kelas yang di dasarkan atas nilai-nilai Kebajikan universal dan menekankan pada keyakinan diri serta memotivasi dari dalam. Seseorang akan lebih tergerak dan bersemangat untuk menjalankan keyakinannya, daripada hanya sekedar mengikuti serangkaian peraturan tertulis tanpa makna.

Dalam mewujudkan budaya positif di sekolah, tentu saja tidak dapat dilakukan seorang diri. Pelu ada keterlibatan seluruh anggota sekolah. Untuk itu peran guru untuk menggerakkan komunitas praktisi, pendorong kolaborasi, serta coach bagi guru lain dapat mewujudkannya.

Refleksi

Setelah mempelajari modul 1.4 Budaya Positif, saya melakukan refleksi dengan melakukan pemahaman tentang konsep-konsep inti yang telah saya pelajari dalam modul 1.4. Saat saya merefleksikan diri saya sendiri, sejauh ini saya masih cenderung pada level teman atau pemantau. Saya perlu berlatih dan berusaha untuk belajar menerapkan peran manajer.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun