Hallo semua! Namaku Siti Zakiatul Qisti, dan nama kecilku adalah Kia. Dari lahir sampai zaman MTs aku dipanggil Kia, namun sejak kelas 9 MTs nama panggilanku berubah menjadi Ciya, kenapa bisa berubah? Akupun lupa karena apa, tetapi aku tidak keberatan nama panggilanku berubah. Karena setiap aku bertemu dengan orang baru atau berada dilingkungan baru aku selalu memberitahu "kalian bisa panggil aku Kia atau Ciya".
Aku anak ke-3 dari 3 bersaudara, kakak pertamaku laki-laki dan kakak keduaku perempuan. Saya dan kakak perempuanku berbeda 2 tahun, kami seperti orang kembar. karena sejak kecil kami selalu bersama dan mamaku selalu membelikan barang-barang yang sama sehingga, secara tidak langsung kami seperti orang kembar.Â
Kini aku dan kakak perempuanku LDR, dan ini sangat berat sekali untuk dilalui, saya harus berjauhan dengan kakak dan keluargaku. Alhamdulillah nya, saya berada di perantauan tidak benar-benar sendiri, karena kakak laki-lakiku bekerja didaerah Ciputat juga. Walaupun tidak setiap hari bertemu, setidaknya ada waktu untuk bertatap muka dengan kakakku. Biasanya seminggu 2 kali aku bertemu dengan kakakku.
Ketika membicarakan tentang diri sendiri, saya selalu bingung ketika ditanya "apa hobimu?" karena saya sendiri juga tidak tahu apa hobiku. Karena saya tipe orang yang random dan juga mudah bosan. Tetapi, sejak SD saya sangat gemar dengan olahraga, seperti bulu tangkis, tenis meja, dan voli. Dan saya pernah mendapat juara 3 tenis meja tingkat Kecamatan. Menginjak ke MTs saya hanya melanjutkan voli saja, dan itupun saya belum bisa mendapat juara tingkat manapun.Â
Ketika MTs kegemaranku bertambah, saya sangat menyukai Pramuka. Dan saya banyak sekali mengikuti kegiatan dan perlombaan dalam Pramuka, walau tidak banyak mendapat juara dalam Pramuka tapi saya sangat menikmati itu, karena banyak sekali pelajaran yang bisa diambil dari kegiatan Pramuka.Â
Ketika SMA saya benar-benar tidak memiliki kegiatan yang mengesankan karena corona virus. Jadi, saya tidak bisa menjamin jika itu adalah hobiku, tetapi saya sangat senang sekali ketika melakukan nya. Mungkin ini termasuk salah satu hobiku, membaca hal yang belum aku tahu dan menonton film.
Saya adalah tipe orang tidak enakkan terhadap siapapun, tidak mudah untuk membuka diri, butuh waktu yang lumayan panjang agar bisa akrab dengan orang lain, dan ketika aku memiliki masalah saya sangat sulit untuk menceritakan kepada orang lain atau biasa orang menyebutnya adalah curhat. Saya lebih sering memendamnya sendiri, pusing sendiri, capek sendiri. Dan ini adalah salah satu alasanku ingin menggapai cita-citaku.
Dari TK sampai MTs aku mempunyai cita-cita yang sama, saya ingin menjadi Dokter. Menjadi seorang Dokter adalah hal yang paling sering saya bicarakan ke keluargaku "kalau sudah besar nanti Ade mau jadi Dokter". Pada saat itu, di pikiranku menjadi Dokter sangat penting, karena sangat dibutuhkan oleh banyak orang.Â
Namun, setelah menginjak SMA dan saya mengambil jurusan IPS dan mempelajarinya lebih dalam cita-citaku berubah. Saya ingin menjadi Psikologi dan Pebisnis. Karena saya merasa lebih tertarik dengan Psikologi dan menjadi Pebisnis. Ketika saya mengambil jurusan IPS dan melihat semua hal dari segala sisi saya merasa "wah, IPS ini adalah aku banget". Hingga akhirnya saya memasuki jenjang Universitas.
Pada awal pengisian akun LTMPT jalur SNMPTN saya benar -- benar antusias sekali karena ingin masuk PTN, khusus nya PTN UIN JAKARTA. Saya ingin mengambil prodi psikologi, namun karena bukan rezekinya, pihak sekolah mengalami kendala yaitu tidak bisa di input karena server nya bermasalah.Â
Dengan berat hati saya harus tertinggal jalur SNMPTN. Kemudian, guru saya menyarankan untuk mengikuti jalur SPAN-PTKIN yang dimana saya bisa masuk ke UIN JAKARTA, setelah saya setuju dengan mengikuti jalur SPAN-PTKIN ada hal lain yang baru saya ketahui, bahwa jalur ini hanya untuk prodi yang berbau Islam.Â
Karena orang tua saya hanya mengizinkan untuk kuliah paling jauh jarak nya di UIN JAKARTA saja maka saya hanya bisa mengikuti jalur SPAN-PTKIN ini saja. Mengapa saya tidak mengikuti jalur yang lain? Ini adalah hal yang paling berat untuk saya, karena bapak saya sedang sakit parah dan tidak bisa ditinggal, khusus nya saya yang tidak ingin meninggalkan bapak saya, karena berat bagi saya untuk meninggalkannya.
Kemudian saya memutuskan untuk fokus saja dengan jalur SPAN-PTKIN di UIN JAKARTA dan jalur SBMPTN di salah satu Universitas di kota kelahiranku. Kenapa saya mengambil jalur SBMPTN di kota kelahiranku? Karena harapanku sudah pupus, bahwasanya prodi Psikologi tidak bisa aku gapai, dan selain itu saya sangat memikirkan kondisi bapakku yang semakin memburuk. Dan akhirnya, saya tidak lolos jalur SBMPTN, yang dimana saya sangat berharap diterima karena saya sudah bimbang dan dilema sekali dengan kondisi bapakku dan melanjutkan perkuliahanku ini.Â
Akhirnya, saya fokuskan ke jalur SPAN-PTKIN ini, saya memilih prodi Bimbingan dan Penyuluhan Islam, karena saya rasa prodi ini hampir mirip dengan prodi Psikologi. Kemudian hari pengumuman jalur SPAN-PTKIN pun tiba, dan alhamdulillah saya diterima dalam jalur ini. Namun ketika saya dinyatakan lulus jalur ini, saya tidak merasa senang dan juga tidak merasa sedih.Â
Kenapa? Karena bapak saya tak kunjung sehat, justru semakin memburuk, ketika saya diterima PTN yang ada dipikiran saya adalah "saya harus merantau dan jauh dari bapak dan mama saya, bagaimana saya bisa?". Ternyata Allah lebih sayang bapak saya, pada tanggal 29 April 2022 bapak saya telah dipanggil yang mahakuasa lebih dulu, dan kejadian ini semakin membuat saya bingung, apakah saya harus lanjutkan perkuliahan ini dan merantau, jauh dari mama saya atau tidak?
Namun saya bersyukur sekali, karena mempunyai keluarga yang selalu mendukung dan memberi semangat untuk saya, terutama mama saya. Beliau selalu memberi saya semangat dan tidak boleh menyerah dengan kuliah saya, justru harus lebih semangat dan membuat bahagia ayah saya walau tidak bersama lagi. Walau berat bagi saya, saya harus bisa melewati ini dan harus tetap semangat.
Hingga akhirnya, saya menginjakkan kaki di UIN JAKARTA, saya semakin kuat untuk bersemangat lagi dan bersungguh -- sungguh untuk mengemban ilmu di UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA. Dan saya bangga menjadi mahasiswi prodi Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H