Sudah cukup telah banyak air mata yang kubiarkan berlinang.
Dan kucukupkan karena kamu yang kujadikan harapan.
Kala itu..
Air mata yang menyelimutiku.
Desah sesak napasku..
Isak tangisku..
Dan hatiku yang berontak inginkan teriak.
Lirih demi lirih yang kuuntai menjadi kalimat menyakitkan nan pilu.
Pura-pura merelakan dan pura-pura tidak peduli adalah demam tertinggi bagiku.
Entah pada lembar mana lagi aku harus melupakan kenangan itu.
Dan kuputuskan, itu dulu.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!