Mohon tunggu...
Siti WardatulJannah
Siti WardatulJannah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menyelami Ruang Lingkup Dakwah: Pendekatan, Metode, dan Sasaran Dakwah

14 Juni 2024   05:16 Diperbarui: 14 Juni 2024   06:36 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Syamsul Yakin dan Siti Wardatul Jannah (Dosen dan Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Ruang lingkup adalah cakupan materi yang dibahas atau diteliti, seperti fokus, lokus, dan aspek-aspek lainnya. Jadi, ruang lingkup dakwah mencakup materi utama dan sub-materi yang meliputi definisi, bentuk-bentuk dakwah, serta unsur-unsur dakwah seperti dai, madhu, maddah (materi dakwah), dan media dakwah. Selain itu, ruang lingkup dakwah juga mencakup target dakwah, faktor-faktor keberhasilan dakwah, serta hubungannya dengan ilmu-ilmu terkait lainnya.

Dakwah secara Bahasa berasal dari kata bahasa Arab dalam bentuk Masdar, yang berarti memanggil dan menyeru. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa dakwah melibatkan manusia, baik yang berdakwah (da'i) maupun yang menjadi sasaran dakwah (mad'u).  Jadi, dapat disimpulkan bahwa dakwah merupakan kerja dan karya besar dari manusia.

Secara ontologis, dakwah memiliki makna tertinggi sebagai bentuk komunikasi yang distingtif (khas), di mana seorang mubaligh (komunikator) menyampaikan pesan-pesan yang berasal dari atau sesuai dengan ajaran al-Qur'an dan al-Sunah. Tujuannya adalah agar orang lain (mad'u) atau penerima pesan dapat melakukan amal saleh sesuai dengan pesan yang disampaikan.

Secara epistemologis, dalil tentang dakwah dapat ditemukan dalam al-Qur'an dan al-Hadits. Ini berarti bahwa sumber-sumber pengetahuan yang digunakan untuk melakukan dakwah mengadopsi metode bayani. Metode ini menjelaskan persoalan dakwah dengan menggunakan  ayat-ayat al-Qur'an yang diperjelas oleh ayat-ayat lain, atau ayat al-Qur'an yang diterangkan oleh hadits Nabi, atau hadits Nabi yang diterangkan oleh hadits lainnya.

Secara aksiologis, dakwah memiliki banyak manfaat. Jika dilihat dari ayat dan hadits tentang dakwah, manfaatnya bisa dibagi menjadi tiga bagian. Pertama, manfaat bagi da'i, berupa gugurnya kewajiban berdakwah dan mendapat kebaikan di dunia dan di akhirat.

Dalam ruang lingkup dakwah juga mencakup bentuk-bentuk dakwah. Ada tiga bentuk utama dakwah. Pertama dakwah bil lisan, berarti dakwah yang dilakukan secara lisan atau melalui ucapan. Dakwah ini bersifat verbal dan membahas tentang tiga utama ajaran Islam: akidah, ibadah, dan akhlak. Yang kedua adalah dakwah bilhal, yang menekankan pada tindakan nyata. Kedua dakwah bil hal, yang menekankan pada tindakan nyata. Ini meliputi berbagai aspek seperti sosial, pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan sebagainya.

Dibandingkan dengan dakwah bil lisan, dakwah bilhal memiliki dampak dakwah yang lebih signifikan karena dapat langsung dirasakan oleh mad'u. Metode dakwah bilhal tidak hanya melibatkan ceramah atau diskusi, tetapi juga melalui tindakan nyata di lapangan. Ketiga, dakwah bil qalam, yang berarti melakukan dakwah melalui tulisan atau menulis. Hal ini sering disebut sebagai dakwah literasi atau literasi dakwah.

Ruang lingkup dakwah juga mencakup unsur-unsur dakwah yang terdiri dari enam elemen. Keenam unsur ini tidak berdiri sendiri, namun saling berhubungan satu sama lain. Unsur pertama adalah dai. Seorang dai diharapkan memiliki kebijaksanaan baik secara intelektual maupun spiritual. Tidak hanya mahir dalam berbicara, tetapi juga harus menjadi contoh yang baik bagi mad'u. Dai memiliki peran yang berbeda dengan orator atau motivator, karena membawa misi suci untuk mengajak manusia berperilaku baik dan menjauhi dosa.

Unsur kedua adalah mad'u atau objek dakwah, juga dikenal sebagai mitra dakwah bagi dai. Dalam konteks sosial, mad'u berasal dari berbagai lapisan masyarakat, termasuk kelas atas, menengah, dan bawah. Unsur ketiga adalah materi dakwah, yang sering disebut sebagai maddah. Materi dakwah umumnya mencakup akidah, syariah, dan akhlak, yang didasarkan pada penafsiran al-Qur'an, hadits Nabi, serta karya ulama dari berbagai periode sejarah.

Unsur keempat adalah media dakwah, yang terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Awalnya terdapat media dakwah tradisional, kemudian diikuti oleh media konvensional, dan saat ini terdapat media baru yang semakin berkembang.

Unsur kelima dalam dakwah adalah metode dakwah, yang digunakan untuk memilih pendekatan atau cara yang sesuai agar pesan dakwah dapat mencapai berbagai macam mad'u. Terdapat tiga metode dakwah yang terkenal, yaitu bilhikmah, ceramah, dan diskusi. Unsur keenam adalah efek atau pengaruh dari dakwah. Secara mudah, efek dakwah merupakan hasil dari pesan yang disampaikan melalui teknik, metode, strategi, dan pendekatan tertentu.

Ruang lingkup dakwah juga meliputi pendekatan, strategi, metode, dan teknik dakwah. Pendekatan dakwah merupakan cara pandang terhadap berbagai permasalahan dakwah, seperti masalah sosial, budaya, dan keagamaan.

Strategi dakwah melibatkan perencanaan yang terstruktur, seperti pendekatan personal, rasional, dan spiritual. Metode dakwah adalah pemilihan pendekatan yang sesuai, seperti yang disebutkan dalam an-Nahl 125: dengan hikmah dan pelajaran yang baik. Sedangkan teknik dakwah adalah penerapan praktis dari metode dakwah dari awal hingga akhir.

Sasaran dakwah adalah seluruh umat manusia. Nabi Adam, sebagai manusia pertama dianggap sebagai seorang muslim. Bahkan, semua nabi memiliki agama yang sama. Nabi bersabda, "Para nabi bagaikan saudara seayah, agama mereka satu yakni agama Islam, dan ibu-ibu (syariat-syariat) mereka berbeda-beda" (HR. Bukhari dan Muslim). Syariat mereka berbeda, namun agama para nabi sama.

Faktor-faktor keberhasilan dakwah meliputi berbagai aspek. Salah satunya adalah pemanfaatan teknologi dan keberhasilan dalam memilih pendekatan, strategi, dan metode dakwah yang tepat. Namun, dalam konteks praktis, pengembangan kemampuan retorika dakwah juga memiliki peran yang tak kalah penting. Oleh karena itu, dalam meningkatkan kemampuan retorika dakwah, baik secara lisan maupun tulisan, minimal perlu memperhatikan tiga hal, yaitu penggunaan bahasa standar, berbasis data, dan berbasis riset.

Dalam cakupan dakwah, juga terdapat keterkaitan dengan disiplin ilmu lain yang serupa, seperti sosiologi, antropologi, psikologi, politik, dan tidak terkecuali ilmu retorika.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun