Mohon tunggu...
Siti WardatulJannah
Siti WardatulJannah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Seni Berbicara: Memahami Ruang Lingkup dan Kekuatan Retorika dalam Komunikasi Manusia

12 Juni 2024   04:00 Diperbarui: 12 Juni 2024   04:06 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Syamsul Yakin dan Siti Wardatul Jannah (Dosen dan Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Ruang lingkup berarti batasan atau cakupan. Ruang lingkup retorika mencakup berbagai aspek yang dibahas dalam retorika, seperti definisi, materi, unsur, tujuan, komponen, serta hubungannya dengan bidang ilmu lain. Selain itu, ruang lingkup retorika juga melibatkan pembicara, pesan, dan pendengar.

Ruang lingkup retorika mencakup segala bentuk komunikasi antara pembicara dan pendengar, baik secara langsung maupun melalui media, baik verbal (lisan dan tulisan) maupun nonverbal (bahasa tubuh dan gerakan tubuh).

Retorika dapat didefinisikan secara sempit dan luas. Secara sempit, retorika merujuk pada kemampuan atau seni berbicara. Namun, secara luas, retorika mencakup aspek seni, keterampilan, pengetahuan, dan ilmu dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan, serta melibatkan pemahaman akan bahasa dan gerakan tubuh.

Dalam pengertian sempit, retorika terkait dengan penggunaan tata bahasa, logika, dan dialektika yang digunakan oleh pembicara untuk berkomunikasi kepada pendengar. Dalam pengertian yang lebih luas, retorika tidak hanya terbatas pada pidato atau ceramah, tetapi mencakup segala aspek komunikasi yang terus berkembang. Dalam konteks ini, retorika dianggap sebagai bagian dari warisan budaya.

Retorika memiliki sifat ilmiah yang meliputi pendekatan empiris, sistematik, analitis, objektif, verifikatif, kritis, dan logis. Tujuan utama retorika adalah mempengaruhi sikap, opini, dan tindakan pendengar secara efektif dan efisien yang dapat dicapai dengan menerapkan sifat ilmiah retorika tersebut.

Secara filosofis, retorika mencakup pertanyaan dasar. Pertama, scara ontologis, membahas esensi atau hakikat retorika itu sendiri. Kedua, dalam konteks epistemologis, ialah bagaimana individu memperoleh pemahaman terkait retorika. Dan ketiga, dalam perspektif aksiologis mengenai manfaat atau nilai dari retorika.

Pada mulanya, unsur-unsur retorika ada tiga, yakni.pembicara,dan pendengar pesan yang bersifat informatif, persuasif, dan rekreatif sebagai materi atau isi pidato. Namun, belakangan ini, media juga menjadi menjadi unsur yang sangat penting dalam retorika, termasuk media tradisional, konvensional, dan media sosial.

Ada tiga komponen utama dalam retorika. Pertama Pathos, yang berarti kemampuan untuk membujuk atau mempengaruhi hati dan pikiran. Seorang pembicara harus memiliki pathos agar dapat menarik emosi pendengar, membuat mereka terhanyut dalam kesedihan, merasa kasihan, dan bersimpati.

Kedua, logos. Logos berarti sesuatu yang sesuai dengan akal. Dalam berpidato, sebaiknya ide-ide yang disampaikan memperhatikan logika. Logika adalah kemampuan berpikir, intelektualitas, atau pemahaman yang mendalam.

Ketiga, ethos. Ethos secara harfiah berarti sikap, kepribadian, watak, atau karakter. Dalam konteks keberhasilan retorika, seorang pembicara perlu memiliki sikap, kepribadian, dan karakter yang baik agar pesan yang disampaikan dapat dipercaya oleh pendengar.

Retorika memiliki kaitan yang erat dengan ilmu komunikasi, karena keduanya membahas interaksi komunikatif antara manusia, termasuk proses pengiriman pesan oleh pembicara, penerimaan pesan oleh pendengar, dan pemrosesan pesan melalui media tertentu.

Retorika dan psikologi memiliki keterkaitan, terutama dalam memahami psikologi pembicara dan pendengar. Keduanya memiliki kesamaan dalam mempelajari perilaku dan pikiran manusia. Secara epistemologis, keduanya mencakup ilmu pengetahuan dan aplikasinya. Ketika seseorang berpito, tidak hanya terjadi proses retorika, tetapi juga proses psikologis.

Secara praktis, retorika dapat dilihat dari beberapa aspek. Pertama, ada retorika pidato atau yang sering disebut sebagai retorika penceramah yang umumnya bersifat informatif dan edukatif. Kedua, retorika politisi yang cenderung bersifat persuasif. Dan ketiga retorika pemerintahan, yang kombinasinya cenderung informatif dan persuasif.

Inilah ruang lingkup retorika yang meliputi definisi, karakteristik ilmiah, landasan filosofis dan praktis, unsur, komponen, dan hubungannya dengan disiplin ilmu lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun