Mohon tunggu...
siti umy asih
siti umy asih Mohon Tunggu... -

Never doubt the strength of your heart

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pentingnya Peran Ibu dalam Pendidikan Anak

14 November 2013   19:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:10 2644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Ibu adalah madrasah (sekolah) bagi anak-anaknya, begitu kata pepatah Arab. Tak dapat dipungkiri peran Ibu dalam mendidik anak-anaknya sangatlah penting. Karena sejak dalam kandungan seorang anak selalu bersama-sama ibunya. Awal ia mendengar dan merasakan semua berlangsung didalam rahim seorang Ibu. Kemudian pada awal-awal kehidupan anak merupakan saat yang paling efektif dalam pembelajaran anak dan sangat menentukan masa depannya, karena kapasitas intelektual anak berkembang dengan pesat pada masa-masa awal kehidupannya. Pada saat itu, otak seorang anak mampu menyimpan informasi dengan luar biasa kemudian seiring bertambahnya usia kemampuan itupun semakin berkurang.Disinilah peran seorang Ibu sangat dibutuhkan semenjak anak lahir hingga masa taman kanak-kanak yang merupakan masa keemasan baginya.

Namun, banyak orang yang tak menyadarinya. Para Ibu sibuk dengan karir mereka dan tak ada waktu untuk memperhatikan anaknya. Sehingga pendidikan mereka terabaikan.

Di sebuah Negara maju Jepang mungkin kita membayangkan para Ibu rumah tangganya adalah wanita yang sibuk dengan karir dan pekerjaan. Tapi nyatanya tidak, para Ibu di jepang mereka focus mendidik anaknya. Mereka baru akan mulai berkarir atau bekerja di luar rumah setelah anak-anak mereka telah dewasa.

Ada sebuah kisah tentang seorang bayi yang hilang di hutan rimba bersama orang tuanya. Kedua orang tuanya meninggal dan sang anak atas kehendak Tuhan ia hidup dan dirawat oleh seekor serigala. Alhasil,segala tingkah lakunya seperti seekor serigala. Ia menyantap daging mentah dan berjalan dengan kedua kaki dan tangannya, menangis dengan mengaum bagaikan lolongan serigala. Tidak sampai satu tahun dia hidup bersama manusia, akhirnya anak malang ini mati karena kerinduannya yang sangat terhadap dunia bebas dan liar bersama para serigala. Ia tak mampu menjadi manusia yang sesungguhnya. Kisah nyata ini memberikan gambaran kepada kita bahwa kualitas anak kita sangat tergantung kepada apa yang telah diberikan sejak dini oleh pengasuhnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun