Implikasi Pendidikan
Tujuan pendidikan harus menciptakan pembelajar yang mandiri, bukan hanya untuk memberikan pengetahuan melainkan untuk memfasilitasi pemikiran anak dan keterampilan pemecahan masalah yang kemudian dapat ditransfer ke berbagai situasi. Secara khusus, pendidikan juga harus mengembangkan pemikiran simbolik pada anak.
Kurikulum Spiral
Bruner, mengadopsi pandangan yang berbeda dan percaya bahwa seorang anak (dari segala usia) mampu memahami informasi yang kompleks. Bruner pun menjelaskan bagaimana hal ini dimungkinkan melalui konsep kurikulum spiral. Ini melibatkan informasi yang terstruktur sehingga ide-ide kompleks dapat diajarkan pada tingkat yang disederhanakan terlebih dahulu, dan kemudian dikunjungi kembali pada tingkat yang lebih kompleks di kemudian hari.
Oleh karena itu, mata pelajaran akan diajarkan pada tingkat kesulitan yang meningkat secara bertahap (karenanya analogi spiral). Idealnya, cara mengajarnya harus mengarahkan anak agar mampu memecahkan masalah sendiri.
Pada pendekatan ini ditinjau dari segi metode, tujuan dan peran guru dalam dunia pendidikan. Tujuan belajar bukan hanya untuk memperoleh pengetahuan saja, yakni pemperoleh pengetahuan dengan cara melatih kemampuan intelektual siswa dan merangsang rasa ingin tahu juga motivasi kemampuan mereka. Peran guru sebagai fasilitator dalam belajar adalah:Â
- Merencanakan pelajaran sedemikian rupa sehingga pelajaran itu terpusat pada masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki para siswa.
- Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa untuk memecahkan masalah. Kemudian guru mengemukakan sesuatau yang berlawanan sampai terjadi konflik dengan pengalaman siswa sehingga timbulah masalah.
- Guru harus menyajikan dengan cara enaktif, ikonik dan simbolik. Enaktif adalah melaui tindakan atau dengan kata lain belajar sambil melakukan (learning by doing). Ikonik adalah didasarkan atas pikiran internal. Pengetahuan disajikan melalui gambar-gambar yang mewakili suatu konsep. Simbolik adalah menggunakan kata-kata atau bahasa-bahasa.
- Bila siswa memecahkan masalah secara teoritis atau praktik, guru hendaknya berperan sebagai seorang pendamping. Guru hendaknya jangan mengungkapkan terlebih dahulu prinsip atau aturan yang akan dipelajari, tetapi hendaknya memberikan saran-saran bila diperlukan.
- Menilai hasil belajar siswa. Penilaian ini meliputi pemahaman tentang konsep dasar, dan kemampuan untuk menerapkan konsep itu ke dalam situsi baru dan situasi kehidupan nyata sehari-hari pada siswa.
Contoh teori bruner di sekolah
Misalnya siswa tingkat SD pada mata pelajaran SAINS mengenai pengertian hewan mamalia.
- Tahap pertama (enaktif) -- siswa diberikan contoh mengenai konsep-konsep yang diajarkan misalnya kucing, sapi, kambing, paus dan lainnya. Kemudian diberikan contoh kembali mengenai hewan yang tidak termasuk mamalia seperti ayam, ikan, buaya, katak dan lainnya sebagai tujuan memanipulasi.
- Tahap kedua (ikonik) -- siswa diberikan pertanyaan yang mengarahkan agar siswa dapat memahami perbedaan hewan mamalia dan bukan mamalia. Misalnya menanyakan bagaimana dari masing-masing hewan baik contoh yang sesuai dengan konsep yang diajarkan maupun non contoh saat merawat anaknya yang baru lahir, lalu tanyakan apakah ada persamaan dari masing-masing contoh yang diberikan.
- Tahap ketiga (simbolik) -- siswa membuat kesimpulan mengenai pengertian hewan mamalia dan memberikan contohnya.
Belajar menggunakan pendekatan ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa melalui pemahaman yang tinggi, sehingga siswa dapat berpikir kritis terhadap informasi yang diterima, memahami informasi dengan baik, mengingat informasi, dan mampu memecahkan masalah dengan baik terhadap pembelajaran yang disampaikan oleh guru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H