Beberapa bulan ini kita mengadakan kampanye, untuk memilih  pemimpin dan wakil kita yg baru.
Dan gonjang-ganjing pilpres menggelora merebak diseantero Jamrut Kathulistiwa ini.
Semua membicarakan, ditelaah, diteliti, disas-sus sampai nyinyir melintir, tak lupa aneka hoax simpang-siur, yang mirang-miring, sampai mabok kepayang, pusing, puyeng, dan lupa daratan.
Pria wanita, besar kecil, oom tante, emak bapak, oma opa semua nimbrung.
Juga dari propesor sampai yang gak jelas pendidikan dan ilmu pengetahuannya, Â ikut ambil bagian, angkat bicara, umyek gayeng sampai berbusa.
Semua ikut mencerna, meneliti, menyanjung, menjunjung, mencela, mendamprat, memaki, melecehkan, membicarakan, membully, membisikkan, kasak-kusuk, nggerundel gak karuan.
Kemudian didiskusikan sampai njlimet, disorot dengan segala bidang ilmu yang ada diotak dan esmosinya.
Segala pengetahuan hasil dari berburu ilmu sepanjang pendengarannya, disetiap langkah dan semua pernak-pernik dengan apa yang pernah dibacanya di media, semua tumplek-bleg, dikeluarkan tanpa sensor, lepas kendali.
Sering mereka sampai nyolot, ngotot gontok2-an, kebanyakan di media dengan seru bin saru, tidak jarang sampai kebablas-bablas, kelewatan.
Tentang benar salahnya, urusan nanti,  alasannya apik  " lah itu saya baca di Google kok", ... kambing hitam yang manis sempurna.
Sebetulnya proses demokrasi, dengan kampanye sehat itu mutlak kita perlukan.