Mohon tunggu...
Siti Swandari
Siti Swandari Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

terbuka, ingin bersahabat dengan siapapun dan dimana saja,with heartfelt wishes. gemini, universitair, suka baca, nulis , pemerhati masalah sosial dan ingin bumi ini tetap nyaman dan indah.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel: Darah Biru yang Terluka ( 20 )

4 Oktober 2014   01:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:28 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: zulaikhamohdnor.blogspot.com

[caption id="" align="aligncenter" width="232" caption="Sumber Gambar: zulaikhamohdnor.blogspot.com"][/caption] Lanjutan Langkah dari *Menyongsong Petir * … apa yang terjadi setelah Puspita Puteri “ kembali “ dari petualangannya di Majapahit Galih Jati Kusuma, sayatan sembilu yang pedih . terperangkap kemelut di negara Galuga, yang mentakjubkan, gemerlap tapi mencekam, ,… sebuah thriller, misteri, romantis yang menyentuh serta menyapa lembut setiap nurani, …. Bagian Dua Puluh : Bincang Jelang Lamaran Aku menggelengkan kepala, menolong kita semua ?, tidak seperti itu, dahulu waktu aku berada di Majapahit memang banyak yang diajarkan jawara-jawara Majapahit kepadaku. Terus terang saja ilmuku masih jauh dibawah yang disebut jawara waktu itu disana, dan disini ? Di Galuga Pura yang mentakjubkan ini, aku malah tidak pernah mengerti ilmu-ilmu mereka, terlebih ilmu dari jawara-jawara kerajaan Kemayang yang konon dahsyat :”Nini, saya bukan seorang yang terlalu bisa di harapkan, biasa saja, tidak ada keistimewaannya. Pangeran Biru, putri Kuning , Nini sendiri dan beberapa ksatria Galuga Pura  pasti punya ilmu yang lebih dari saya Nini” aku berkata Nini Sedah hanya tersenyum, kemudian beliau mengatakan mau ikut ke keraton menjelang ada acara pinangan resmi dari Kemayang. :”Dahulu aku punya teman di sana, setua aku dan setara dengan aku, kita belajar di padepokan yang sama waktu masih muda, aku harap dia juga datang” Kemudian Nini bercerita jika Nini Rumping temanya itu sekarang yang mengajari putra dan putri kerajaan Kemayang Dan di sana ada pula seorang begawan yang amat ditakuti, punya ilmu linuwih yang menyeramkan, kalau didalam air dia bisa berubah menjadi mahluk raksasa yang menyeramkan. Ki Haruna ini yang mengajar jawara terpilih untuk bertempur didalam air yang mengerikan, belum ada yang punya ilmu seperti itu di kerajaan Galuga Aku mendengarkan semua, jadi di Kemayang banyak jawara yang mumpuni, aku tertunduk :”Puteri, di sini dahulu juga ada Yogi puteri, ilmunya amat tinggi, itu yang paling ditakuti oleh kerajaan Kemayang, sayangnya beliau sekarang sedang bepergian mencari tambahan ilmu di tempat jauh” Nini Sedah menghela nafas, kemudian memandang padaku :”Puteri, kamu ingat beberapa hari yang lalu sewaktu kalian berada di taman mawar sang Ratu ?”, aku mengangguk :”Kamu ingat kupu-kupu emas yang menyapa kamu ditaman itu ?”kupandang Nini dengan heran, iya aku ingat dengan sahabat mungil yang menyapaku waktu itu, kupu-kupu emas yang amat cantik :”Pangeran Biru dan putri Kuning yang cerita pada Nini ?”aku bertanya :”Kupu-kupu emas itu kepunyaan Yogi Putri, aku sering melihat beliau sering bermain dengan kupu emasnya jika sedang beristirahat” kupandang Nini dan entah kenapa aku jadi merinding :”Ada satu lagi peninggalannya, sebuah tongkat belah rotan yang di tinggalkan di sini oleh beliau” Nini Sedah memandangku :”Dan tidak ada satupun yang bisa menggunakannya di sini”aku kurang mengerti apa yang di ceriterakan Nini Sedah terakhir :”Maksud Nini ?” aku tanya :”Hanya orang yang diijinkan oleh beliau yang bisa menggunakan tongkat itu” kemudian Nini masuk kedalam kamarnya dan mengeluarkan sebuah kotak persegi panjang yang bagus Ada sebuah tongkat berwarna kuning muda didalamnya, kelihatannya kokoh sekali, aku memandang putri Kuning, aku tidak pernah memakai senjata seperti itu, melihat juga baru sekali ini “Nini, saya tidak pernah menggunakan senjata seperti ini, tidak mengerti cara menggunakannya pula” aku pandangi senjata aneh itu, bagaimana cara menggunakannya ya ? :”Coba kamu pegang senjata ini” aku pandangi Nini, beliau mengangguk Ketika kupegang, tongkat itu terasa berat, bahkan lebih berat dari pedang kurasa, seperti tombak tapi lebih pendek :”Mungkin putri Kuning lebih pandai menggunakan ini Nini” aku ingat putri Kuning amat piawai menggunakan senjata pendek :’Di keraton juga ada satu, itu yang nanti dipegang putri Kuning, ini kamu yang pegang Putri” aku taruh lagi senjata aneh dikotaknya kemudian di berikan padaku oleh Nini Sedah Tampak ada beberapa kuda memasuki halaman rumah Nini :”Simpan dikamarmu Putri” aku dan Kuning masuk kekamar, kutaruh kotak senjata itu :”Kamu pernah menggunakan senjata itu, yang ada di istana maksudku” dia mengangguk “Seperti kita menggunakan tombak pendek” kata Kuning. :”Itu keahlianmu, aku kesulitan dengan tombak pendek” Kuning tertawa :”Kamu akan cepat belajar Puteri”, pintu di ketok dari luar Ketika keluar ternyata salah satu Catur Manggala, ayahanda dari puteri Intan, yang mengatakan bahwa Nini Sedah amat di harapkan datang ke istama karena ada lamaran dari Kemayang kepada putri Kuning untuk di ajak berunding dengan ayahanda baginda Sesudah merundingkan segalanya putri Intan dan ayahandanya pulang kembali kekota raja. Nini Sedah, pangeran Biru, puteri Kuning dan aku akan menyusul esok pagi Malam hari, aku lihat putri Kuning gelisah, :”Aku sedih kamu ikut dalam urusan kerajaan kami Puteri” katanya padaku, aku lirik dia, sepertinya pikirannya menerawang jauh :”Tapi Yogi Putri sudah meramalkan sebelumnya, kerajaan Galuga akan berperang dengan Kemayang, nanti di situ akan ada penolong yang datang, tanpa sengaja datang ke kerajaan kita dan bisa menyelamatkan kita semua, mudah-mudahan orang itu kamu Puteri” aku pandangi Putri Kuning :”Rasanya bukan aku orangnya, mungkin ada yang lain yang lebih mumpuni dari aku, kita lihat saja nanti” putri Kuning mengangguk :”Aku tidak pernah belajar menggunakan senjata seperti itu” aku bangkit, kubuka tutup kotak itu, kuambil senjata itu :”Coba bagaimana cara menggunakan senjata ini” aku berikan pada Kuning, aneh, kelihatan Kuning hampir tidak kuat memegang senjata itu :”Berat sekali Putri” dikembalikan padaku yang kemudian kuterima , memang agak berat tetapi seperti hanya seberat tombak pendek saja, aku masukkan ditempatnya lagi :”Apa yang di istana seberat itu juga ?” dia menggeleng, :”Biasa saja, seberat tombak pendek biasa, ini lain kurasakan” aku dan putri Kuning saling berpandangan, kita sama-sama memandang kearah kotak persegi panjang itu. Tiba-tiba dia memeluk aku :"Tolong aku Puteri" bisiknya, aku mengangguk, ada sedu lembut kudengar, :"Aku akan berusaha Kuning" aku menghela nafas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun