Ketiga. Metode Muqarran (Analogi/Komparatif), metode ini berupaya menafsirkan Al-Qur'an dengan cara membandingkan antara ayat dengan ayat, hadist dengan hadist, baik dari segi isi maupun redaksi atau bisa juga antara pendapat dengan pendapat ulama tafsir. Jadi, penafsiran menggunakan metode ini sangat berguna bagi mereka yang ingin mengetahui berbagai pendapat tentang suatu ayat dan metode ini juga membarikan wawasan penafsiran yang relatif lebih luas dibandingkan dengan metode-metode yang lain. Namun, metode ini kurang pas digunakan oleh kalangan pemula. Kerena, metode ini pembahasannya terlalu luas dan bahkan kadang-kadang ekstrim.
Keempat. Metode Maudhu'i (Tematik). Metode ini ialah metode yang membahas ayat-ayat Al-Qur'an sesuai dengan tema atau judul yang telah ditetapkan. dan seluruh aspek yang terkandung dilamnya itu dikaji secara rinci dan tuntas dengan didukung oleh dalil-dalil atau fakta-fakta yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Jadi, mufassir mencari tema-tema atau topik yang ada ditengah-tengah masyarakat atau berasal dari Al-Qur'an itu sendiri.
Kemudian, tema tersebut dikaji secara tuntas dengan kapasitas atau petunjuk yang termuat didalam ayat-ayat yang ditafsirkan tersebut. Oleh karena itu, metode Al-Qur'an tematik ini selalu dinamis sesuai dengan tuntutan zaman sehingga menimbulkan image didalam pikiran pembaca dan pendengarnya bahwa Al-Qur'an senantiasa mengayomi dan membimbing kehidupan dimuka bumi ini pada semua lapisan dan stara sosial. Namun, kekurangan dari metode ini yakni dapat membatasi pemahaman ayat. Karena, dengan diterapkannya judul penafsiran, maka pemahaman suatu ayat menjadi terbatas pada pembahasan yang dibahas tersebut.
Metode yang relevan untuk penafsiran masa kini
Dari berbagai penjelasan mengenai 4 metode-metode penafsiran Al-Qur'an di atas, penulis ingin menarik kesimpulan bahwa metode yang relevan untuk penafsiran pada masa kini atau zaman moderen ini adalah metode Maudhu'i karena metode ini mempunyai peran yang sangat besar dalam penyelesaian suatu tema dengan berdasarkan ayat-ayat Al-Qur'an.
Dengan demikian, metode maudhi'i dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi umat dewasa ini. Selain itu juga dalam metode maudhi'i, mufassir berusaha berdialog aktif dengan Al-Qur'an untuk menjawab tema yang dimaksud secara utuh. Sementara kalau kita perhatikan penafsiran Al-Qur'an dengan metode Tahlili, mufassir justru bersikap pasif sebab hanya mengikuti urutan ayat dan surat dalam Al-Qur'an.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H