Mohon tunggu...
Siti SofiaRanti
Siti SofiaRanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Diponegoro

Mahasiswa semester 3 pada program studi Teknologi Pangan di Universitas Diponegoro. Memiliki minat di bidang pangan, pertanian, perkembangan teknologi, dan lain-lain.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Krisis Pangan Bisa Terjadi di Indonesia? Bagaimana Peran Pemerintah dan Mahasiswa?

3 Juni 2023   17:22 Diperbarui: 7 Juni 2023   08:13 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Mendukung Upaya Pemerintah Mengatasi Krisis Pangan Global. suaradewata.com

Penulis: Siti Sofia Ranti dan Wamayana Istiqomah

KRISIS PANGAN BISA TERJADI DI INDONESIA? BAGAIMANA PERAN PEMERINTAH DAN MAHASISWA?

Krisis pangan merupakan keadaan kelangkaan pangan yang dialami oleh sebagian besar masyarakat di suatu wilayah yang disebabkan oleh kesulitan distribusi pangan, dampak perubahan iklim, bencana alam dan lingkungan, serta konflik sosial. Krisis pangan sangat berdampak bagi kehidupan keberlanjutan ekosistem karena semua sumber daya alam baik dari tumbuh-tumbuhan maupun hewan akan semakin menurun. Hal ini dikarenakan semua ekosistem di bumi berhubungan antara satu sama lain. Selain itu, krisis pangan juga disebabkan meningkatnya populasi manusia yang kemudian juga menyebabkan pergeseran lahan pertanian ke non pertanian. 

Di era menuju krisis pangan ini, pemerintah mengingatkan masyarakat agar selalu menjaga lingkungan alam demi bertahannya bahan pangan, diharapkan juga adanya para petani muda yang bekerja dalam bidang pertanian serta menciptakan sebuah sistem pertanian yang berkelanjutan. 

Indonesia diharapkan dapat mengatasi masalah krisis pangan ini karena Indonesia memiliki berbagai sumber daya alam yang melimpah serta sering mengekspor bahan pangan seperti beras, kopi, udang, dan lain-lain ke negara luar. Walaupun Indonesia sudah mengekspor bahan pangan ke luar negeri, ternyata masih menerima bahan pangan impor, salah satunya beras.

Kebijakan impor beras untuk mengatasi krisis pangan dapat merugikan bagi Indonesia. Hal ini menyebabkan daya saing produk pangan Indonesia kalah jauh dibandingkan negara-negara lain seperti Malaysia, Thailand, dan Filipina. Jika terus menerus terjadi impor beras, Indonesia akan mengalami ketergantungan terhadap negara-negara lain, akibatnya sektor pertanian semakin terpuruk. 

Pemerintah memiliki tanggung jawab utama dalam menjamin ketersediaan pangan yang cukup bagi seluruh penduduk. Melalui Kementerian Pertanian, pemerintah Indonesia berupaya meningkatkan produksi pangan dengan memperbaiki infrastruktur pertanian, memberikan bantuan teknis kepada petani, dan mengembangkan program-program pengembangan pertanian. Selain itu, pemerintah juga melakukan langkah-langkah kebijakan untuk meningkatkan stabilitas harga pangan, seperti intervensi pasar dan distribusi bantuan pangan kepada kelompok masyarakat yang membutuhkan. 

Walaupun krisis pangan ini sangat memprihatinkan justru tak sedikit orang yang membuang-buang makanan atau food waste dan food loss. Bahkan food waste dan food loss menjadi salah satu hal yang dapat mengancam ketahanan pangan dunia. Food waste dan  food loss tak hanya berasal dari makanan yang sudah dimasak yang tidak habis dimakan tetapi juga berasal dari produk pertanian yang belum diolah. Beberapa produk hasil pertanian yang mengalami food loss  yaitu akibat dari penyimpanan yang tidak efektif dan efisien, produk hasil pertanian yang tidak sesuai dengan klasifikasi pasar, tingginya minat konsumen yang memilih produk berkualitas tinggi, dan lain-lain. 

Dengan adanya masalah ini perlunya meningkatkan kesadaran para petani untuk meningkatkan kualitas sistem pertanian yang mereka terapkan seperti Good Handling Practice (GHP). Hal ini dapat diatasi dengan adanya peran pemerintah dan kalangan masyarakat lain untuk meningkatkan kesadaran untuk mengurangi Food Waste dan Food loss demi mempertahankan ketahanan pangan dunia serta lebih bersyukur untuk menikmati sumber daya alam dengan tidak mencemari lingkungan, mempertahankan lahan pertanian, tidak membuang-buang makanan, lebih bijak dalam belanja kebutuhan pangan, dan lain-lain.

Sumber: Hadapi Krisi Pangan Global, ISMPI Gelar Seminar Nasional dan LKMPN 2023. Jurnalpos media.
Sumber: Hadapi Krisi Pangan Global, ISMPI Gelar Seminar Nasional dan LKMPN 2023. Jurnalpos media.

Kontribusi penting juga datang dari mahasiswa. Sebagai agen perubahan sosial, mahasiswa memiliki peran yang besar dalam menciptakan kesadaran dan menciptakan solusi inovatif untuk mengatasi krisis pangan. 

Mahasiswa bidang pertanian berkontribusi melalui riset dan pengembangan teknologi pertanian yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi usaha tani. Mereka juga terlibat dalam pelatihan dan penyuluhan kepada petani untuk menerapkan praktik pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Selain itu, mahasiswa juga berperan dalam mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga keberlanjutan sistem pangan. 

Mereka mengorganisir kampanye, seminar, dan kegiatan sosial lainnya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pola konsumsi yang berkelanjutan, pentingnya mendukung produk lokal, dan pentingnya meminimalkan pemborosan pangan. Selain kontribusi langsung dalam bidang pertanian, mahasiswa juga memiliki peran dalam mengadvokasi kebijakan pangan yang lebih baik. Mereka dapat mengadvokasi pemerintah untuk mengalokasikan lebih banyak anggaran untuk sektor pertanian, mendorong kebijakan yang mendukung pertanian berkelanjutan, dan mendorong program-program bantuan yang tepat sasaran bagi petani kecil dan masyarakat pedesaan. Dalam era teknologi dan informasi seperti saat ini, mahasiswa juga dapat memanfaatkan platform digital untuk memperluas dampaknya dalam pencegahan krisis pangan. Mereka dapat mengembangkan aplikasi mobile atau situs web yang memberikan informasi tentang harga komoditas, teknik pertanian terbaru, dan sumber daya pertanian lainnya kepada petani serta masyarakat. Pemanfaatan teknologi ini dapat membantu petani mengoptimalkan produksi dan akses ke pasar.

 

Berikut beberapa program mahasiswa Universitas Diponegoro untuk mengatasi krisis pangan di Indonesia:

1. Program KKN Tim II Undip pada tanggal 28 Juli 2020 kepada Karang Taruna RW 03 Kelurahan Mangunharjo

Sumber: Ini Cara Mahasiswa Undip mengatasi Masalah Pangan dan Keterbatasan Lahan. Kumparan.com.
Sumber: Ini Cara Mahasiswa Undip mengatasi Masalah Pangan dan Keterbatasan Lahan. Kumparan.com.

Berbagai program KKN Undip mengangkat tema krisis pangan. Tim dalam program KKN ini diadakan di kelurahan Mangunharjo dengan memberikan penjelasan tentang teknik budidaya tanaman secara vertikultur untuk mengatasi permasalahan keterbatasan lahan yang merupakan salah satu pemicu krisis pangan. Tim mahasiswa KKN ini mengharapkan terwujudnya kemandirian pangan yang berkelanjutan di rumah tangga kelurahan Mangunharjo di era pandemi lalu.

2. Tim mahasiswa KKN Undip membantu turunkan angka food waste warga sekitar.

Sumber: Bantu Turunkan Angka Food Waste! Mahasiswa KKN UNDIP Ajak Warga Cek KLIK Sebelum Belanja. Kompasiana.com
Sumber: Bantu Turunkan Angka Food Waste! Mahasiswa KKN UNDIP Ajak Warga Cek KLIK Sebelum Belanja. Kompasiana.com
Food waste merupakan salah satu pemicu permasalahan krisis pangan. Tim mahasiswa KKN TIM II UNDIP Kecamatan Jatiwarna Kota Bekasi ini menggerakkan “Cek KLIK Sebelum Belanja” dengan mengumpulkan ibu-ibu rumah tangga sekitar serta memaparkan materi dan mengimplementasikan cara mengecek label dan kemasan dengan cermat. Dengan begitu, warga dapat mengetahui produk yang mendekati tidak layak dikonsumsi atau kadaluarsa.

Mahasiswa merupakan salah satu penggerak masyarakat agar menjadi warga masyarakat lebih baik dan memanfaatkan sumber daya alam dengan cermat agar berkelanjutan. Termasuk mahasiswa teknologi pangan yang sangat berhubungan dengan pangan merupaakan mahasiswa yang bisa berpengaruh mengenai keberlanjutan pangan di dunia.  Mahasiswa Teknologi pangan dapat mengembangkan dan menerapkan kemampuan mereka ke masyarakat dengan berbagai inovasi , ide, dan kreativitas yang mereka  miliki sehingga perkembangan pangan di dunia dapat berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun