Mohon tunggu...
Siti Sofiah
Siti Sofiah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Outside: Mahasiswi Inside: WayZenNi

Seeing the happiness of other is also happiness.

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

8 Kolaborasi Reinkarnasi Era Mati: Lakon '1974' oleh Teater Petrikor

3 Juli 2023   20:44 Diperbarui: 3 Juli 2023   20:49 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Drama sebagai bentuk imitation of life action dari yang awalnya berbentuk cerita lalu disusun untuk dilakonkan, merupakan bentuk pendefinisian dasar dari pementasan atau pertunjukan. Pada Jumat, 23 Juni 2023 lalu terdapat pementasan dari teater Petrikor dengan lakon '1974' berlangsung meriah di Amphitheater, Tangerang Selatan. 

Pementasan tersebut diusung oleh tim festival Drawata 4.0 (Drama Warisan Tahunan) yang mementaskan 8 lakon dari 8 teater selama 4 hari berturut-turut pada 22 Juni - 25 Juni 2023 dengan tema 8 Kolaborasi Reinkarnasi Era Mati. Festival Drama Warisan Tahunan tersebut diselenggarakan oleh Program Studi Sastra Indonesia, Universitas Pamulang. 

Pada hari pertama, dibuka oleh pementasan lakon 'Mahkota' dari teater Kala Anagata dan pementasan lakon 'Gosip Warung Kopi' oleh teater Bangsawan. Pada hari kedua dibuka oleh pementasan dari teater Petrikor dengan lakon '1974' dan teater Baswara dengan lakon 'Negeri Manipulasi'. 

Pada hari selanjutnya, pementasan lakon 'LOSM3N 78' oleh Pusat Drama Manusia, dan pementasan lakon 'Wangsit Lingsir Wengi' dari teater Padang Bulan. Pada hari terakhir Minggu, 25 Juni 2023 menjadi malam puncak penutupan dengan pementasan lakon 'Jeni & Joni' dari teater Tragedia Dell'arte, dan terakhir pementasan ditutup dengan lakon 'Pagebluk Masa Kini' oleh teater Sekarewa. 

Namun, pada kesempatan kali ini, saya hanya berfokus untuk membahas pementasan dari teater Petrikor dengan lakon '1974' saja. 

Pada hari pementasan saat itu teater Petrikor mendapat giliran pertama untuk menampilkan lakon. Walau Amphitheater sempat diguyur hujan hingga membuat pementasan diundur satu jam, namun hal tersebut tak meruntuhkan semangat dan mood penonton untuk menunggu pementasan berlangsung. 

Pementasan dibuka oleh aktor-aktris lakon yang menari bersama di atas panggung sebagai bentuk perayaan warga kampung Bojongsari atas dilantiknya kepala desa baru mereka. 

Hal tersebut tentunya seakan membangkitkan sekaligus meningkatkan atensi dan semangat para penonton setelah hanya diselimuti keheningan menunggu hujan usai. 

Pada dasarnya lakon 1974 ini mengisahkan tentang warga kampung Bojongsari yang mayoritas penghuninya berprofesi petani dan kuli panggul. 

Dokumentasi Pribadi: Lakon 1974
Dokumentasi Pribadi: Lakon 1974

Kehidupan warga Bojongsari yang awalnya adem-ayem, mulai terusik ketika kepala desa baru yakni Yandi sudah terpilih dan dilantik dan membuat warga Bojongsari mulai terpecah menjadi dua kubu yakni kubu yang berada di bawah pihak pemerintah yang kapitalis, dengan kubu masyarakat bawah yang menentang pihak kapitalisme tersebut sebagai bentuk aksi mempertahankan lahan mereka di Bojongsari dan perlawanan modernisasi yang diusung oleh Kades baru. 

Pementasan ini berpusat pada tokoh Gatra seakan memimpin untuk menentang kapitalisme yang diusung oleh kepala desa baru. Dalam pementasan tersebut juga disuguhkan adegan perkelahian antara warga kampung Bojongsari. Namun, yang saya soroti pada adegan tersebut adalah tokoh Gatra yang menunjukkan silatnya untuk melawan para ajudan dari Laura Direktur Perusahaan yang memang sudah bersekutu dengan kepala desa baru. 

Dokumentasi Pribadi: Lakon 1974
Dokumentasi Pribadi: Lakon 1974

Pergelutan itu berakhir oleh kekalahan Gatra yang berhasil dilumpuhkan sekaligus ditangkap oleh para ajudan. Pada adegan tersebut Gatra diikat di sebuah kursi, wajahnya sempat ditutupi oleh karung. Adegan epiknya terjadi ketika Gatra menyuarakan kegelisahannya dalam bentuk pembacaan puisi yang isinya sepenuhnya tidak saya ingat. 

Lalu adegan ditutup dengan kehadiran para aktor-aktris lainnya di atas panggung menemani Gatra yang masih duduk terikat di kursi. Para aktor-aktris lakon tersebut serentak menyairkan potongan lirik lagu 'Darah Juang'. 

Dokumentasi Pribadi: lakon 1974
Dokumentasi Pribadi: lakon 1974

Untuk keseluruhan lakon 1974 dipentaskan dengan ciamik. Walau mungkin ada bagian di mana akting aktor dari lakon tersebut masih cenderung terlihat kaku. Namun, untuk hitungan pementasan pertama kali, teater Petrikor sudah berhasil karena berani untuk tampil didepan ratusan mata yang menonton. 

Apresiasi besar untuk Muhammad Ibnu Shina sebagai sutradara, dengan ditemani Ahmad Fahmi Saputra sebagai pimpinan produksi sekaligus penulis naskah, beserta para jajaran tim yang terlibat dalam pementasan tersebut. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun