Mohon tunggu...
Siti Shofia Latifah Azzahra
Siti Shofia Latifah Azzahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Communication Science

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga (20107030013)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

"Catcalling" Musuh bagi Semua Perempuan

9 Maret 2021   18:35 Diperbarui: 9 Maret 2021   19:07 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: youngisthan.in

Kemarin, tepatnya tanggal 8 Maret 2021 seluruh dunia memperingati Hari Perempuan Internasional atau International Women's Day.

Dilansir dari Kompas.Com, International Women's Day (IWD) diperingati untuk merayakan pencapaian sosial, ekonomi, budaya, dan politik perempuan. IWD juga dirayakan sebagai kampanye untuk mempercepat tercapainya kesetaraan gender.

Lalu apa hubungannya dengan judul di atas?

Ya, karena kemarin adalah hari bagi perempuan, saya akan mengangkat tema tentang fenomena "catcalling" yang masih dianggap lumrah atau suatu hal yang bersifat normal, dan paling sering tertuju kepada kaum wanita. Bagaimana bisa kita hanya menutup mata tentang fenomena ini? Alangkah sedihnya jika fenomena ini dianggap sebagai sesuatu yang harus kita terima begitu saja.

Mungkin ini merupakan langkah kecil saya untuk speak up akan hal ini. Karena makin beranjak dewasa, makin saya rasakan ketidaknyamanan yang saya dapat hanya karena saya perempuan. Catcalling di jalan misalnya.

Sebelumnya kamu tau ga sih, apa catcalling itu?

Catcalling atau cat calls adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seorang laki-laki ataupun sebuah gerombolan terhadap perempuan yang berupa siulan, sapaan, atau bahkan komentar yang sifatnya menggoda dan menurunkan harkat martabat perempuan. Tindakan ini bisa dikategorikan dalam pelecehan seksual(kekerasan) secara verbal. Kekerasan tidak melulu pada kekerasan fisik, namun juga kekerasan psikis.

Disclaimer : saya mengerti bahwa tidak semua laki-laki seperti ini, oke?

Biasanya catcalling berbunyi seperti ini,

"Suit suit, sendirian aja neng"

"Neng, kok cemberut aja sih? Senyum dong"

"Neng cantik, kok jutek banget sih"

"Senyum dikit dong, biar cantik"

Atau biasanya ada yang lewat dengan berkedok salam

"Assalamu'alaikum"

"Ih jutek banget, ga dijawab dosa lo"

Tulisan-tulisan di atas bisa kamu dengar, kan? Eww, terdengar cringe sekali. And, it's so creepy, guys. Dan pasti terdengar sangat annoying bukan?

Rasanya hampir semua perempuan pernah mendapatkan cuitan seperti di atas. Mungkin contoh di atas masih belum seberapa dan bisa dibilang biasa aja. Tapi menurut saya sudah cukup meresahkan dan membuat gumoh.

Contoh di atas adalah suatu objektifikasi terhadap perempuan. Mengapa disebut objektifikasi? Karena secara otomatis mereka menganggap bahwa perempuan adalah objek untuk digunakan, bukan manusia. Dengan contoh di atas, menyuruh perempuan untuk tersenyum, memberi arti bahwa tugas perempuan itu untuk selalu terlihat cantik, dan memberi pleasure (kesenangan) terhadap laki-laki serta menghibur dan membuat nyaman laki-laki.

Menyuruh perempuan tersenyum memperlihatkan kontrol dan power yang laki-laki punya terhadap perempuan, sampai mereka bisa lho menyuruh kita untuk terlihat ramah kepada mereka.

So, please^^ Terserahlah perempuan tuh mau senyum, atau mau jutek. Suka-suka dia. Woman have their own body autonomy.

Memang betul, senyum adalah ibadah. Senyum juga salah satu kebaikan. Tapi, kalo senyumnya itu karena disuruh, udah beda lagi. Apalagi semisal di jalan ada abang-abang ngucapin salam, apakah betul mereka secara sungguh-sungguh ingin mengucapkan salam? Not, really!

Kemudian, banyak laki-laki di luar sana menganggap jika perempuan kebanyakan tersenyum, diartikan bahwa perempuan tersebut sedang berusaha menggodanya.

Contohnya, ada kasus sexual harassment di New Zealand. Ada seorang laki-laki berasal dari Malaysia membuntuti seorang wanita dari minimarket sampai ke rumahnya hanya karena laki-laki tersebut mengira bahwa perempuan itu tersenyum kepadanya. Laki-laki tersebut mengatakan bahwa di Malaysia jika ada perempuan tersenyum maka tandanya perempuan tersebut sedang berusaha meng-invite (menggoda).

Perasaan yang dapat dirasakan oleh perempuan ketika sedang berjalan di tempat umum apalagi jika ia sendirian adalah rasa takut, was-was, merasa risih, ataupun ada saja yang cuek dalam menanggapi catcalling ini.

Tapi memang sebenarnya semua ini terjadi karena selama ini keberadaan perempuan dalam masyarakat sangat tergantung dengan sudut pandang laki-laki. Contohnya dalam hal berpakaian.

Dari dulu sampai sekarang, perempuan dituntut harus berpakaian yang sopan, dan menutup aurat supaya tidak mengundang nafsu birahi laki-laki.

Ada benang merah yang dapat kita tarik disini. Bahwa sering kali perempuan sendirilah yang disalahkan. Dianggap memakai pakaian yang terlalu terbuka atau yang mengundang syahwat. Padahal, masih banyak pula perempuan yang cara berpakaiannya sudah tertutup rapi, berjilbab, dan sebagainya namun masih mendapatkan perlakuan "catcalling".

Mengutip dari suara.com, kita perlu menanamkan bahwa "no matter what they choose to wear, they are not asking to be raped!". Artinya, tidak peduli apapun yang mereka pilih untuk mereka pakai, mereka tidak minta untuk disetubuhi.

Perlu ditekankan lagi, bahwa catcalling bukanlah sebuah pujian kalau kamu itu menarik ataupun dianggap candaan belaka. Melainkan pelecehan. Jadi tidak bisa dianggap sebagai hal yang sepele.

Teruntuk para pelaku catcalling, bahwa korban dari catcalling ketika di jalan ataupun di tempat umum pasti akan merasa kurang percaya diri karena akibat dari perkataannya dan merasa sangat terintimidasi. Dari rasa terintimidasi itu, berkembanglah menjadi rasa takut. Bukankan semua orang berhak mendapatkan rasa aman apabila berjalan di jalanan atau berada di tempat umum? Tentu saja.

Lalu dari rasa takut itu, bisa saja menimbulkan pikiran-pikiran yang tidak baik kemudian mengarah pada stres atau sampai depresi.

Kalau sudah begitu, bagaimana cara kita mengatasinya?

Jika kamu dalam situasi maca mini, menjadi hal yang sah bagimu untuk memberikan tatapan sesinis mungkin kepada pelaku, memberikan gestur tidak suka, menatap mereka sampai akhirnya membuat mereka tidak nyaman sendiri, bahkan sampai menghardik mereka.

Seperti gadis 20 tahun berkebangsaan Belanda yang bernama Noa Jansma, melakukan cara yang berlian terhadap pelaku catcalling. Jansma memutuskan untuk berswafoto dengan pelaku catcalling yang ia temui. Saat ini Jansma sudah membuat akun Instagram dengan nama akunnya @dearcatcallers yang saat ini followers akunnya sudah mencapai 289ribu. Upaya yang dilakukan oleh Jansma ini merupakan sebuah bentuk "girl support girl".

Remember girls, you deserve to walk in public space without being bothered or harassed. Kamu layak berjalan di ruang publik (tempat umum) tanpa merasa terganggu atau dilecehkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun