Mohon tunggu...
Siti Setiawati
Siti Setiawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Indraprasta PGRI

Saya suka menonton film dan film seri.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

YOLO sebagai Perspektif Kehidupan dan Keimanan di Kalangan Anak Muda

2 Desember 2024   20:40 Diperbarui: 2 Desember 2024   23:49 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ini adalah dokumentasi pribadi yang mendukung artikel ini.

Hidup di zaman modern memberikan banyak tantangan bagi anak muda. Banyak tekanan yang datang, mulai dari pendidikan, karier, hingga pencarian jati diri. Dalam situasi ini, prinsip hidup You Only Live Once (YOLO) sering menjadi pedoman bagi sebagian orang. Namun, pemaknaan YOLO bisa beragam. Ada yang memahami YOLO sebagai alasan untuk melakukan apa pun yang diinginkan tanpa memikirkan dampaknya. Namun, sebagai seorang Muslim, YOLO memiliki makna yang lebih dalam: hidup hanya sekali, maka manfaatkanlah untuk hal-hal baik sesuai ajaran agama, karena kehidupan ini menjadi bekal untuk akhirat.

Makna YOLO dalam Perspektif Islam

Dalam budaya populer, YOLO sering diartikan sebagai ajakan untuk menikmati hidup tanpa batas. Prinsip ini terkadang mendorong seseorang untuk melakukan apa saja yang membuatnya bahagia, tanpa memikirkan apakah hal tersebut merugikan diri sendiri atau orang lain. Sebaliknya, dalam Islam, prinsip ini dapat dimaknai lebih bijak. Hidup hanya sekali adalah alasan untuk menjalani kehidupan sesuai dengan ajaran Allah, menghindari kemaksiatan, dan memaksimalkan amal kebaikan.

Sebagai seorang Muslim, kita percaya bahwa kehidupan di dunia adalah ujian dan persiapan untuk kehidupan yang abadi di akhirat. Setiap perbuatan yang kita lakukan di dunia ini akan menentukan nasib kita kelak. Maka, prinsip YOLO yang Islami adalah menjalani hidup dengan iman, melakukan kebaikan, dan tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain.

Menemukan Ketenangan dengan Beriman kepada Allah

Beriman kepada Allah adalah kunci untuk menjalani hidup yang lebih tenang dan bermakna. Beriman berarti percaya sepenuhnya kepada Allah, yakin akan kekuasaan-Nya, dan berserah diri kepada-Nya. Dalam kehidupan sehari-hari, iman mengajarkan kita untuk tidak terlalu stres menghadapi masalah. Ketika menghadapi tugas sekolah atau pekerjaan, misalnya, iman membantu kita untuk fokus pada usaha. Kita bekerja keras dan menyerahkan hasilnya kepada Allah melalui konsep tawakal.

Sebagai contoh, banyak anak muda yang sering stres berlebihan saat menghadapi ujian atau tugas sekolah. Mereka takut hasilnya tidak memuaskan, sehingga malah enggan memulai pekerjaan tersebut. Padahal, jika kita percaya dan yakin kepada Allah, tugas yang terasa berat dapat dijalani dengan tenang. Iman mengajarkan bahwa hasil akhirnya adalah kehendak Allah, dan tugas kita hanyalah berusaha sebaik mungkin.

Belajar dari Pengalaman Hidup

Kehidupan selalu dipenuhi oleh tantangan, tetapi setiap tantangan yang dihadapi pasti akan berlalu. Anak muda sering khawatir tentang masa depan, karier, atau kemampuan mereka untuk mencapai sesuatu. Kekhawatiran ini kadang membuat mereka merasa ingin menyerah. Namun, penting untuk diingat bahwa Allah tidak akan membebani hamba-Nya di luar batas kemampuannya. Setiap masalah pasti memiliki jalan keluar, asalkan kita terus berusaha dan berdoa.

Pengalaman pribadi dapat menjadi pelajaran berharga. Misalnya, seseorang yang harus bekerja setelah lulus SMA karena tidak langsung diterima di perguruan tinggi. Meskipun awalnya berat, pengalaman bekerja justru memberikan bekal mental untuk menghadapi tantangan kuliah. Pada akhirnya, rencana Allah selalu lebih baik daripada rencana manusia.

Bersyukur dan Meromantisasi Hidup

Bersyukur adalah bentuk lain dari beriman kepada Allah. Dengan bersyukur, kita belajar untuk menghargai hal-hal kecil yang sering dianggap remeh. Misalnya, memiliki kesempatan untuk belajar, bekerja, atau berkumpul bersama keluarga adalah nikmat besar yang patut disyukuri. Ketika kita bersyukur, hidup terasa lebih indah, dan kebahagiaan menjadi lebih mudah diraih.

Konsep bersyukur juga terkait dengan "meromantisasi hidup" Banyak orang berpikir bahwa kebahagiaan hanya bisa diraih ketika mereka memiliki harta melimpah atau kesuksesan besar. Padahal, meromantisasi hidup berarti menikmati hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari. Menikmati secangkir teh hangat di pagi hari, mensyukuri udara segar, atau bersyukur atas kesehatan yang dimiliki adalah contoh sederhana dari meromantisasi hidup.

Mengendalikan Emosi dan Menjaga Perkataan

Iman kepada Allah juga mengajarkan pentingnya mengendalikan emosi dan menjaga perkataan. Dalam menghadapi masalah atau stres, sering kali emosi kita menguasai diri dan membuat kita bertindak impulsif. Kita bisa saja marah, kecewa, atau bahkan berkata-kata kasar yang bisa merusak hubungan dengan orang lain. Namun, Islam mengajarkan kita untuk mengendalikan emosi dan selalu berbicara dengan kata-kata yang baik dan bijak.

Misalnya, ketika menghadapi konflik atau kesulitan dalam hidup, seorang Muslim diajarkan untuk tetap tenang, bersabar, dan berdoa kepada Allah. Mengendalikan emosi dan menjaga perkataan adalah bentuk pengamalan akhlak mulia yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Dengan bersikap sabar dan menjaga tutur kata, kita tidak hanya menjaga hubungan dengan orang lain, tetapi juga menenangkan hati kita sendiri.

Sebagai anak muda, kita memang sering dihadapkan dengan berbagai tantangan yang kadang membuat kita merasa cemas atau putus asa. Namun, dengan beriman kepada Allah, kita dapat menghadapi setiap tantangan hidup dengan lebih tenang dan yakin bahwa segala sesuatu ada dalam kendali-Nya. Prinsip YOLO yang benar adalah menjalaninya dengan iman, berusaha sebaik mungkin, dan memanfaatkan waktu untuk melakukan kebaikan serta beribadah.

Hidup hanya sekali, tetapi jika kita menjalani hidup dengan iman, usaha, dan rasa syukur, kita akan menemukan kedamaian dan makna yang lebih dalam dalam setiap langkah hidup kita. Jangan pernah menyerah ketika menghadapi masalah, karena Allah selalu memberikan jalan keluar bagi hamba-Nya yang terus berusaha dan berserah diri. Beriman kepada Allah, nikmati setiap momen, dan jadilah pribadi yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun