Mohon tunggu...
Siti Sanisah Rasyid
Siti Sanisah Rasyid Mohon Tunggu... Guru - Penulis jalanan

Fabiayyi Ala Irobbikuma Tukadziban

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sulit Membedakan Salah dan Benar: Dilema Moral dalam Etika Pengambilan Keputusan

20 April 2022   16:46 Diperbarui: 20 April 2022   16:48 1763
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mataram - Membahas etika dan moral tidak akan pernah usai sepanjang manusia itu ada, karena bagaimana pun juga masalah etika dan moral melekat pada diri manusia itu sendiri. 

Padanannya, etika dan moral tidak akan dibahas ketika sudah tidak ada yang membahasnya dan tidak ada wadah (manusia) yang ditempati oleh etika dan moral tersebut. Terdapat perbedaan yang mendasar antara etika dan moral, meski pada banyak sempat dan ruang, kedua diksi ini disepadankan maknanya. 

Secara umum etika dipahami sebagai aturan perilaku yang diakui bersama dan berkaitan dengan kelas tertentu dari tindakan yang dilakukan manusia atau kelompok, maupun budaya tertentu yang ada di masyarakat. Sementara itu, moral lebih fokus dipahami sebagai suatu prinsip atau kebiasaan yang berhubungan dengan perilaku benar atau salah. 

Dalam konteks yang lebih luas, membahas masalah etika tidak sekedar membahas putih  atau hitamnya sesuatu, akan tetapi membahas perbedaan antara tindakan yang sesungguhnya dan yang tidak. Area inilah yang kemudian berpotensi menimbulkan permasalahan moral atau godaan moral ataupun dilema moral. 

Etika sebagai filsafat moral merupakan refleksi kritis untuk memungkinkan seseorang dalam menentukan pilihan, menentukan sikap dan bertindak benar sebagai manusia dalam situasi konkrit dan kritis. 

Sehingga objek etika yang kita kenal dapat berupa pernyataan moral. Oleh karena itu, etika dapat juga dikatakan sebagai filsafat tentang bidang moral. Sepanjang ini, etika tidak mempersoalkan keadaan manusia melainkan bagaimana manusia itu harus bertindak.

Contoh kasus yang dapat dijadikan sebagai gambaran adalah : sebagai seorang kepala keluarga, Dollah lebih memilih untuk membelanjakan gaji bulanannya terlebih dahulu untuk keperluan hobinya (membeli onderdil mobil, games atau bahkan untuk berjudi dan bersenang-senang dengan temannya) dan jika ada sisanya baru diserahkan Dollah kepada istrinya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. 

Dalam perspektif moral, tentu perbuatan Dollah tersebut sangat tidak pantas, tidak etis atau immoral. Sebagai kepala keluarga, Dollah memiliki kewajiban mendasar untuk mengutamakan istri dan anak-anak di atas kebutuhan pribadi.

Sikap immoral Dollah menyadarkan kita bahwa sejatinya, etika yang memiliki nilai moral memang harus dilaksanakan dalam situasi konkrit sebagaimana yang dihadapi seseorang jika ingin dikatakan sebagai sosok bermotal yang melakukan tindakan etis. Untuk bertindak etis pada situasi konkrit yang dihadapi, tidak ditentukan oleh norma dan nilai moral saja, tetapi juga diperlukan suatu critical evaluation terhadap semua situasi yang terkait. 

Oleh karena itu, etika sebagai filsafat moral yang bersifat situasional memerlukan informasi tambahan tentang sesuatu yang telah terjadi (situasi empiris) sehingga memungkinkan seseorang dapat menentukan sikap dan perilaku tepat untuk dilakukan atau mengambil keputusan yang tepat terhadap tindakan yang telah dilakukan. 

Dengan kata lain, etika sebagai filsafat moral menuntut individu agar bersikap dan berperilaku secara kritis dan rasional. Individu tersebut harus tahu dan sadar bahwa sikap dan perilakunya, akan berdampak baik bagi dirinya sendiri maupun baik bagi orang lain.

Ketidakmampuan Dollah dalam mengatasi kehendak dan hasrat pemenuhan kebutuhan pribadi baru memikirkan keluarga merupakan godaan immoral, merupakan salah satu ciri dari dilema moral atau dilema etika dalam perspektif tersebut dan ini merupakan kelemahan masing-masing pribadi yang pastinya dimiliki oleh setiap idividu dengan beragam bentuk, manisfestasi dan kadarnya. Bahkan seorang Kidder (2005) menjelaskan bahwa godaan  immoral juga dapat meliputi pelanggaran hukum dan mengabaikan kebenaran. 

Hukum dapat dikatakan sebagai pemandu moral, menjadi batasan terhadap sikap dan perilaku masyarakat. Posisi hukum, sebagai pemandu moral dapat berbahaya sekaligus dapat menjadi penolong. Akan menjadi penolong jika hukum masih memegang teguh prinsip tindakan moral. Hukum hanya digunakan untuk mempertimbangkan mana yang benar dan mana yang salah secara adil. 

Macam hukum ini adalah sumber dari dilema moral khas. Bahaya dalam menggunakan hukum sebagai pemandu moral adalah meragukan tentang sah atau adanya ketidak  konsistenan dalam pengambilan keputusan yang tidak sesuai dengan standar hukum yang berlaku. 

Fenomena seperti itu saat ini sudah banyak terjadi, menjadikan hukum hanya sebagai payung bocor terhadap para pihak yang dikehendaki, sedangkan pada pihak lain hukum tak ubahnya guillotine yang dapat memenggal siapa dan kapan saja. Hal penting untuk meminimalisir hal ini adalah mengupayakan ada dan aktifnya pemandu tindakan moral sebagai instrumen penting dalam menjalankan hukum dan undang-undang.

Perlakuan itu memberi gambaran nyata bahwa mengabaikan kebenaran merupakan dilema moral yang sangat krusial. Padahal mengungkap kebenaran merupakan prinsip etika yang berlaku umum dan kegagalan melakukannya sangat disayangkan. 

Kebanyakan orang mengalami kesukaran dalam menerima hal yang ideal seperti ini dengan pertimbangan pantas, tidak pantas atau relativisme sehingga mengabaikan kebenaran yang sesungguhnya. 

Pada sebagian pihak, meski pun memahami suatu fenomena dengan baik, berada dan terlibat aktif dalam lingkaran fenomena tersebut masih tetap tidak menyurutkan sikapnya untuk menolak kebenaran. Hal utama yang dikedepankan adalah kepentingan pribadi dan golongan (egoisme etis). Sebagian lainnya, mungkin memahami kebenaran tetapi berada dalam kondisi takut untuk mengakui karena berbagai sebab dan alasan.

Untuk mendapatkan ketegasan tentang  kebenaran maka yang berlaku adalah  "hukum yang kebal dari perpecahan" dimana kejujuran harus dijunjung tinggi, dan inilah yang sangat sulit dalam menegakkan hukum karena pertimbangan tertentu "kebenaran harus diabaikan" dan ironisnya, kadang kala dalam pandangan hukum hal tersebut sah-sah saja. 

Contoh di atas menunjukkan bahwa kadang-kadang kita memerlukan lebih dari sekedar hukum atau bahkan hal lain yang lebih baku seperti kebenaran mutlak yang dapat memberi bimbingan agar dapat terus berperilaku etis. Masalahnya, tidak jarang penggunaan bahasa dalam retorika dapat mengaburkan permasalahan atau kebenaran yang sesungguhnya.

Dalam negara kita, mempertimbangkan penyimpangan terhadap kejujuran moral dalam pengambilan keputusan penting untuk dilakukan agar keputusan yang dihasilkan tidak bertentangan dengan kebutuhan masyarakat. 

Tidak menjadi keputusan yang hanya mengakomodir kepentingan sepihak dari orang dan golongan yang dikehendaki, tidak juga merupakan keputusan "pesanan" dari para pembisik yang senantiasa berada di samping para pembuat kebijakan. 

Tidak mudah memang untuk melakukan hal tersebut, apalagi di terima oleh mereka yang merasa dirugikan, tetapi itulah hal yang ideal menjadikan etika dan moral dalam pengambilan keputusan. Jika tidak, dapat diyakini bahwa keputusan yang dihasilkan tidak dapat berjalan dengan baik, tidak menyelesaikan masalah yang sedang terjadi dan mungkin akan membidani lahirnya penolakan dan pergolakan di tengah masyarakat.

 So, menjadi pemimpin yang bijak, beretika dan bermoral tidak hanya dibutuhkan dalam tindakan dan sikap sehari-hari sebagai individu tetapi juga dalam pengambilan keputusan untuk kepentingan masyarakat yang lebih luas lagi. 

Baca juga .... 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun