Menjadi orang tua di era modern ini, mengharuskan semua orang tua yang ada di dunia ini memiliki kemampuan dan pengetahuan akan pentingnya toilet training pada anak yang berusia dibawah 5 tahun. Mengapa? Karena pola asuh orang tua dapat membantu anak kecil untuk mengontrol urin dan feses saat menjalani toilet training. Orang tua berperan dalam perkembangan motorik anak. Kesiapan anak pada tingkat mental, fisik dan intelektual dapat berdampak pada keberhasilan toilet training. Model pola asuh orang tua ketika membesarkan anak-anak berperan penting terhadap keberhasilan toilet training.
      Pola asuh orang tua dapat berdampak kepada perkembangan anak,ada beberapa pola asuh yang diantaranya, Demokratif ( Cenderung mengutamakan komunikasi dua arah antara orang tua dan anak), otoriter ( Cenderung memberikan kontrol penuh pada anak,memberikan aturan yang terlalu ketat yang harus dipatuhi),Permisif (Cenderung mengutamakan kenyamanan anak), Neglectful (Cenderung enggan terlibat dalam kehidupan anak)
 Toilet training merupakan langkah penting dalam perkembangan anak yang menandai perubahan dari penggunaan diapers ke penggunaan toilet. Toilet training dapat mengurangi frekuensi penggunaan diapers. Sebaliknya, proses toilet training ini memerlukan waktu dan kesabaran. Namun, disisi lain keberhasilan toilet training membawa manfaat penghematan biaya dan dampak lingkungan yang lebih rendah.
 Tahap toilet training diantaranya seperti pengertian mengenai buang air, membuka pakaian, membersihkan bagian tubuh, mengenakan pakaian kembali, menyiram toilet dan mencuci tangan. Berikut beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam melakukan toilet training pada anak :
1.Menunggu waktu yang tepat : anak mulai menunjukkan kesiapannya dalam toilet training pada usia 18 sampai 24 bulan, tetapi setiap anak memiliki waktu yang berbeda untuk siap
2.Memperkenalkan toilet dengan positif : memperkenalkan hal positif mengenai toilet dan menjelaskan fungsi toilet dengan sederhana.
3.Menggunakan perlengkapan yang tepat: Pilih toilet training pot atau kursi toilet yang nyaman untuk anak.
4.Tentukan rutinitas: Ciptakan rutinitas yang konsisten untuk mengajak anak ke toilet, misalnya setelah makan, sebelum tidur, dan setiap beberapa jam. Ini membantu anak memahami kapan saat yang tepat untuk menggunakan toilet.
5.Ajak anak untuk berlatih: Ajak anak untuk duduk di toilet meskipun mereka mungkin tidak perlu buang air. Latihan ini membantu mereka terbiasa dengan prosesnya.
6.Berikan Dorongan Positif: Berikan pujian dan dorongan ketika anak berhasil menggunakan toilet. Tidak membandingkan anak dengan anak yg lain,hindari anak dari trauma psikis dan fisik.
7.Sabar dan Konsisten: Proses ini memerlukan kesabaran. Jangan terburu-buru dan tetaplah konsisten dengan rutinitas.
Toilet training bukan sesuatu yang harus dipaksakan,tetapi semakin besar anak semakin mampu menahan buang air yang dapat mengakibatkan sembelit dan juga infeksi saluran kelamin (ISK) . Proses toilet training dapat membantu meningkatkan kematangan kandung kemih . Maka pola asuh orang tua sangat penting dalam keberhasilan toilet training pada anak,karena membutuhkan pendamping yang insentif. Tapi tentunya harus dengan cara dan langkah yang tepat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H