Mohon tunggu...
Siti Salsabila
Siti Salsabila Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Singaperbangsa Karawang

Mahasiswa Hubungan Internasional dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Singaperbangsa Karawang dengan kemampuan dasar di bidang Jurnalistik. Memiliki ketertarikan dalam isu Politik, Perempuan dan Hak Asasi Manusia baik dalam lanskap nasional, regional, maupun internasional. Menguasai pengetahuan dasar mobile journalism, fotografi, dan etika jurnalistik. Pernah aktif sebagai Staff Department Research and Advocacy Amnesty Unsika sehingga mampu mengumpulkan fakta lapangan dan membuat produk jurnalistik.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Health Security: Pendekatan Kemanan Kesehatan melalui Skenario Ancaman Aktual Pandemi Global

3 Agustus 2024   13:15 Diperbarui: 3 Agustus 2024   13:19 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: John Hopkins Center for Humanitarian Health

Keamanan kesehatan adalah suatu keamanan yang hadir saat situasi ancaman dalam bentuk wabah, gizi buruk, dan kurangnya akses terhadap layanan kesehatan. Atau juga dapat diartikan sebagai suatu bentuk keamanan yang mempertimbangkan permasalahan kesehatan sebagai aspek penting yang mempengaruhi keamanan manusia. Lantas, apa pentingnya pendekatan keamanan kesehatan dalam Human Security? Keamanan kesehatan dapat mendukung keberhasilan pembangunan kesehatan yang merupakan bagian integral atau esensial dalam pembangunan nasional dan upaya penguatan sistem kesehatan nasional untuk mencapai ketahanan kesehatan. Pendekatan keamanan kesehatan meliputi sistem kesehatan masyarakat yang kokoh dan tangguh yang bertujuan untuk mendeteksi, mencegah, dan merespons ancaman penyakit yang ada, terutama penyakit menular. Fenomena pandemi Corona Virus pada 2019 di dunia mempunyai dampak yang signifikan dan mengancam ketahanan kesehatan. Dengan menggunakan pendekatan keamanan kesehatan kita akan melihat seberapa efektif ‘Skenario Ancaman Aktual Pandemi Global’ yang digunakan dalam menangani pandemi covid sebagai ancaman masalah kesehatan, khususnya ancaman penyakit menular yang sempat masif terjadi beberapa tahun lalu.

Skenario ancaman aktual pandemi global 2025-2028 diciptakan oleh John Hopkins Bloomberg School of Public Health melalui badan mandiri yang bernama Johns Hopkins Center for Health Security, berlokasi Baltimore, Amerika Serikat. Benang merah skenario ini dapat diurai dalam jangka sekitar 3 tahun untuk menangani pandemi, yaitu:

Skenario tahun 2025, ketika ada kematian pertama akibat virus yang disebut SPARS di Amerika Serikat terjadi pada bulan Oktober. Satu bulan kemudian, virus SPARS telah menyebar ke 26 negara bagian bahkan cepat merambah ke berbagai negara dunia. Lalu, WHO menekankan perlunya perhatian internasional yang serius terhadap pandemi ini. Sehingga ketika memasuki bulan Desember, belum ada pengobatan atau vaksinasi yang cocok untuk melawan SPARS, maka penggunaan carocivir dijadikan sebagai obat alternatif.

Skenario 2026, pada bulan Januari, pemerintah AS menandatangani kontrak dengan CynBio untuk pengembangan dan produksi vaksin berbahan dasar vaksin hewan untuk manusia yang mengidap SPARS. Calocivir, yang digunakan untuk mengobati pasien SARS dan MERS, juga muncul sebagai terapi alternatif untuk mengobati pasien SPARS. Pada bulan April, CynBio berhasil memproduksi vaksin SPARS yang disebut Corovax. Vaksin Corovax didistribusikan ke seluruh dunia pada bulan Agustus meskipun menghadapi penolakan dari berbagai lapisan masyarakat dunia, termasuk dari kelompok anti-vaksin. Jepang mengumumkan pada bulan September bahwa mereka tidak akan lagi menggunakan Corovax dan akan mengembangkan serta memproduksi vaksinnya sendiri. Pada bulan November, terdapat banyak laporan mengenai penyintas SPARS yang menderita pneumonia.

Selanjutnya, pada skenario 2027, jumlah kasus pneumonia meningkat di kalangan penyintas SPARS mendorong pemerintah untuk meningkatkan produksi dan mendistribusikan antibiotik ke berbagai negara bagian. Pada bulan Mei, terdapat banyak laporan mengenai gangguan neurologis, terutama pada anak-anak, yang disebabkan oleh vaksin Corovax.

Skenario 2028, pada bulan Agustus, pandemi SPARS secara resmi dinyatakan berakhir, namun para ahli masih mengkhawatirkan kemungkinan terjadinya wabah baru di masa depan.

Johns Hopkins Center for Health Security menjelaskan bahwa pada tahun 2025, kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi akan membuat dunia semakin terhubung, sekaligus memisahkan mereka yang berinteraksi langsung sebagai makhluk sosial. Akses yang hampir universal terhadap teknologi baru seperti Internet nirkabel dan Teknologi Akses Internet (IAT), misalnya melalui konten streaming telah mempercepat penyebaran berita dan informasi pada tahun tersebut. Skenario ancaman pandemi global aktual yang dikembangkan oleh Johns Hopkins Center for Health Security secara umum menunjukkan pentingnya persiapan menghadapi wabah atau pandemi yang dimulai pada tahun 2025. Garis waktu skenario respons menunjukkan bahwa vaksin SPARS akan siap diproduksi dan didistribusikan dalam waktu singkat, yaitu sekitar 6 bulan sejak kematian pertama. Selain itu, penyintas SPARS masih berisiko terkena pneumonia dan gangguan neurologis. Skenario wabah atau pandemi dari kasus pertama hingga berakhir secara resmi hanya memakan waktu tiga tahun. Perkembangan lebih lanjut di bidang bioteknologi dan rekayasa genetika dapat memberikan dampak positif terhadap penanganan pandemi yang masif menjadi lebih efektif. Sehingga, mendapatkan gambaran langkah apa saja yang dapat dilakukan ketika terjadi suatu pandemi. Skenario ancaman aktual pandemi global juga serupa seperti yang disampaikan oleh ahli epidemiologi Dicky Budiman, beliau memaparkan beberapa kemungkinan skenario masa depan setelah status pandemi COVID-19 berubah menjadi “endemik”. Pertama, COVID-19 akan menjadi penyakit endemik yang paling luas penyebarannya. Bahkan, mayoritas ahli epidemiologi mendukung pernyataan tersebut, dalam rapat konfirmasi di Jakarta, Kamis. Beliau menambahkan, jika COVID-19 menjadi  endemik seperti tuberkulosis atau malaria, maka penyakit tersebut akan tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat, meski jumlahnya berkurang. Beliau melanjutkan, skenario tersebut dibuat berdasarkan data jumlah infeksi virus corona harian saat ini dan asumsi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bahwa kekebalan masyarakat  membaik setelah vaksinasi. Skenario kedua, lanjutnya, muncul varian baru yang bisa menimbulkan dampak lebih berbahaya. Yang nantinya tidak hanya dapat menulari orang lain, tetapi mereka juga dapat mengembangkan resistensi terhadap vaksin yang ada, yang akan menyebabkan COVID-19 menjadi epidemi sesuai penelitian dari Universitas Griffith Australia. Jika skenario kedua terjadi, maka akan terjadi kejadian luar biasa (KLB) dan jumlah infeksi COVID-19 bisa meningkat secara eksplosif di masa depan. Lantas, untuk mencegah hal tersebut, diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai pentingnya tambahan vaksinasi dan penelitian virus corona baru di Indonesia. Sebaliknya, skenario ketiga adalah situasi di mana infeksi COVID-19 tidak kunjung hilang, namun tetap berada pada level yang sangat rendah karena disebabkan oleh efektivitas vaksinasi dan perbaikan respons kesehatan masyarakat.

Sumber: Bappeda Provinsi Kalimantan Selatan
Sumber: Bappeda Provinsi Kalimantan Selatan

Sehingga pendekatan keamanan kesehatan melalui skenario ancaman aktual pandemi global dapat digunakan untuk melihat gambaran perubahan frekuensi dengan langkah-langkah untuk merespons frekuensi pandemi tersebut hingga pandemi berakhir. Langkah-langkah tersebut dapat dipertimbangkan sesuai dengan pandemi apa yang terjadi, misalnya dengan membuat protocol kesehatan dalam rangka menjaga penyebaran COVID-19 seperti social distancing, bekerja dari rumah, sekolah daring, dan PSBB dapat menurunkan kasus positif COVID-19. Termasuk juga dengan mengimbau masyarakat untuk tetap menjaga perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) meski status pandemi COVID-19, mengingat masih banyak kelompok rentan seperti lansia dan anak-anak yang bisa tertular virus corona baru. Karena situasi ini mungkin akan terus bermutasi di masa depan. Jadi, dapat disimpulkan pendekatan keamanan kesehatan melalui skenario aktual pandemi global merupakan cara yang efektif dalam menangani pandemi karena dapat membuat skenario masa depan sekaligus membuat rencana langkah apa yang akan tepat untuk menangani pandemi.

Referensi:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun