Mohon tunggu...
Siti Roudah Safiyah
Siti Roudah Safiyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa -

Senang merenung di keramaian

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Pengaruh Pengabaian Orang Tua terhadap Mental dan Perilaku Anak

10 Juni 2024   13:36 Diperbarui: 11 Juni 2024   18:17 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Pengabaian orang tua adalah isu yang signifikan dalam konteks perkembangan anak, di mana kegagalan orang tua untuk memenuhi kebutuhan dasar anak dapat mengakibatkan berbagai masalah jangka panjang. Bentuk-bentuk pengabaian termasuk pengabaian fisik, emosional, pendidikan, dan kesehatan. 

Pengabaian orang tua dapat berdampak serius pada perkembangan anak, menyebabkan masalah kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, dan gangguan stres pasca-trauma (PTSD), serta mempengaruhi perilaku anak, seperti agresivitas, masalah disiplin, dan kesulitan sosial. 

Artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengaruh pengabaian orang tua terhadap kesehatan mental dan perilaku anak, dengan dukungan pendapat ahli di Indonesia. Pengabaian ini tidak hanya mencerminkan kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan dasar, tetapi juga merusak fondasi hubungan antara anak dan orang tua, yang merupakan dasar bagi perkembangan emosional dan sosial anak.

Pembahasan 

Pengertian Pengabaian Orang Tua

Setiap manusia memiliki kebutuhan untuk disayangi, diayomi, didengarkan, dan dirawat oleh orang tua serta orang terdekatnya, namun tidak semua anak memiliki pengalaman masa kanak-kanak yang manis. Pada beberapa orang, masa kanak- kanaknya harus dilalui tanpa rasa sayang, pengayoman, perhatian, dan perawatan dari orang tua. Kebutuhan mereka akan kasih sayang, pengayoman, perhatian, dan perawatan tidak terpenuhi. 

Berdasarkan data ACF (Administrasi Children & Family) pada tahun 2017, sebanyak 3.534.000 juta anak di dunia menjadi subjek penyidikan atau penanganan alternatif dan sebanyak 678.000 anak ditetapkan menjadi korban penganiayaan di tahun 2018 dengan rincian sebanyak 60,8% anak menjadi korban pengabaian, 10,7% anak dianiaya secara fisik, dan 7% anak dilecehkan secara seksual.

Menurut Wade dkk. (2019) dalam Aprilyanti (2023) pengabaian anak (child neglect) adalah situasi atau keadaan dimana anak tidak terpenuhi kebutuhannya baik secara jasmani atau rohani. Terdapat 3 tujuan anak harus terhindar dari pengabaian orang dewasa, pertama menjauhkan anak dari stres dalam kehidupan, kedua memberikan anak perlindungan, stimulasi dan pengasuhan positif, ketiga membimbing anak dapat mandiri.

 Bifulco dan Moral (1998) dalam Ambarini dkk. (2023) menyatakan pengabaian bisa mengarahkan individu pada trauma-trauma lainnya. Pengabaian seolah menjadi magnet yang mendekatkan anak pada paparan trauma-trauma lainnya seperti memiliki peluang mengalami kekerasan, kecelakaan, atau peristiwa-peristiwa buruk lainnya. 

Pengabaian ini dapat berwujud dalam bentuk yang berbeda-beda, namun semua bentuk pengabaian memiliki dampak yang merusak perkembangan anak. Menurut World Health Organization (WHO), pengabaian dapat mengakibatkan risiko tinggi pada kesehatan fisik dan mental anak, serta menghambat perkembangan mereka secara keseluruhan (WHO, 2018). 

UNICEF juga menekankan bahwa pengabaian pada masa kanak-kanak dapat menyebabkan gangguan perkembangan dan kesehatan yang serius, serta meningkatkan kerentanan terhadap berbagai bentuk kekerasan dan eksploitasi (UNICEF, 2016).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun