Mohon tunggu...
Siti Rahmawati
Siti Rahmawati Mohon Tunggu... Jurnalis - Teknik Kimia-Universitas Diponegoro

Nama Siti Rahmawati,lahir di Magelang 22 Juni 1999,Mahasiswa Universitas Diponegoro Angkatan 2017

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Meraih Kesempatan dari Deraian Keringat dan Doa Orangtua

6 Maret 2020   15:49 Diperbarui: 6 Maret 2020   21:43 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku ingat betul 2017 tepatnya aku  lulus dari bangku SMA,pada kala itu kebimbangan muncul dimana ketika ditanya diri ini kelak akan jadi apa dan tentunya tidak ingin membebani orang tua,dimana orangtua sudah cukup berjasa besar bagiku ,mereka telah mencurahkan segala keringat serta lantunan do'a yang telah membasahi bibir mereka di sepertiga malamnya, pada waktu itu bapak masih menanggung 3 anak yang masih sekolah maupun kuliah saat itu,dari situ aku ingin melanjutkan kuliah namun aku merasa jika pendapatan keluarga hanya bisa mencukupi kebutuhan sehari hari saja, dan untuk biaya kuliah dirasa sangat membebani,namun dorongan orang tua supaya saya bisa kuliah sangatlah besar,dan mereka mengusahakan biaya kuliah untukku,dari situ aku mulai berpikir bagaimana bisa kuliah namun tidak membebani orangtua.Dalam benakku aku harus kuliah di perguruan tinggi negeri bagaimanapun itu usahanya atau kalau bisa kuliah di STIS.

Drama pun dimulai,dari ketika mengikuti ujian STIS,SBMPTN,UM diberbagai universitas negeri yang ada di Yogyakarta,namun salah satupun aku gagal memasukinya ,dari situ semangat yang tadinya membara menjadi hilang begitu saja disaat peluang masuk PTN sudah tidak ada lagi untukku.Sampai pada saatnya aku disuruh untuk memilih kuliah tahun depan atau bekerja, namun dilihat dari kemampuanku yang hanya lulusan SMA masih bingung mencari pekerjaan apa nantinya.Dan pada akhirnya dibalik perjuangan itu Allah telah menyiapkan rencana yang lebih baik dimana saya diterima di Universitas Diponegoro melalui ujian mandiri,kala itu aku benar benar bersyukur dan  tidak menyangka diterima di salah satu universitas negeri favorit itu.

Setelah aku sudah dinyatakan diterima di Universitas Diponegoro,aku masih bimbang karena uang kuliah yang aku peroleh tergolong tinggi ,namun bapak dengan lantangnya berkata mantap untuk mengkuliahkanku, walaupun jelas-jelas bapak dan ibuku tidak memiliki biaya yang besar untuk kuliahku. Bisa dikatakan bahwa bapak dan ibuku hanya modal nekat dan modal dengkul saja. Tiada cara lain yang lebih cepat, bapak nekat berutang di bank agar setidaknya tersedia uang untuk biaya masuk kuliah. Utangnya berpuluh-puluh juta dengan bunga yang cukup besar nominalnya.

Sekali lagi bapak tidak berpikir panjang mengenai bagaimana nantinya bapak  akan membayar cicilan utang. Yang kulihat dari raut wajah bapak  adalah bahwa beliau optimis akan kesuksesan untuk anaknya kelak , bahwa beliau tidak apa-apa akan bekerja lebih keras lagi demi kuliah anaknya. Begitu juga terlihat jelas raut wajah ibuku, terlihat bahwa beliau senang anaknya akan kuliah entah itu bagaimanapun caranya, walaupun di sisi lain ibu juga khawatir dan rasanya tidak sanggup untuk menempatkanku di bangku kampus yang letaknya jauh dari kampung halaman.

Seiring berjalannya waktu, semakin aku tumbuh dewasa, aku mulai menyadari bahwa waktu bersama ibu dan bapak semakin sedikit karena kesibukanku kuliah. Namun Aku selalu meluangkan waktu tiap minggu untuk bisa pulang kampung halaman untuk mengobati rasa rindu mereka.Namun jika aku tidak bisa pulang karena kesibukan dikampus,aku tetap menyempatkan telepon untuk menanyakan kabar bapak dan ibu, begitu juga mereka yang selalu menanyakan bagaimana keadaanku, bagaimana kesehatanku, apakah aku sudah makan, bagaimana kuliahku, apakah uangku sudah habis dan sebagainya, ya begitulah ibu dan bapakku. Aku merasa bapak menjadi lebih bekerja keras sekeras kerasnya demi kuliahku.

Sebagai seorang buruh Tani, pendapatan bapak  tidak seberapa. Kadang bapak mendapat rezeki lebih atau bahkan terkadang saat mengalami gagal panen ,bapak  dan ibuku menjadi lebih sering terlibat dalam lingkaran hutang piutang. Semakin kesini semakin aku sadari bahwa perjuangan ayah dan ibuku untuk pendidikanku sangatlah besar. Bisa dikatakan bahwa mereka tidak punya modal atau tabungan sama sekali untuk menempatkanku hingga di bangku kuliah.Namun dari do'a serta perjuangan orang tua dan juga do'a ku yang selalu aku panjatkan untuk kebaikan mereka ,dari situlah  Allah telah memberikan rezeki yang datangnya secara tiba- iba.

Doa bapak dan  ibu selalu dilantunkan agar kesuksesan anaknya tercapai melalui pendidikan yang lebih tinggi. Harapan mereka adalah agar kelak anaknya bisa mendapatkan pekerjaan yang layak serta mulia, bisa mengangkat derajat orangtua dan bisa mengubah nasib keluarga ke arah yang lebih baik tentunya.

Sekarang aku harus benar-benar harus  berubah menjadi manusia dewasa dan mandiri. Aku tidak boleh  iri dengan teman-teman kuliahku yang berasal dari keluarga berada, aku selalu percaya bahwa setiap orang punya jalan kesuksesan masing-masing entah bagaimanapun latar belakang mereka asal mereka tetap berusaha dan pantang menyerah.Dan seketika aku selalu ingat pesan dari bapakku yang membuatku selalu semangat ,yaitu:

 "Sek penting le sekolah sing pinter ya nduk,ojo lali ngibadahe , iso jaga awak, ora neko-neko, nurut lan hormat karo wong sek luwih tua, Wes, bapak mung jaluk iku .Nek misal pingin  dadi wong pinter karo sukses kudune semangat anggone nggolek ilmu! Dadi bapak ki  le kerja banting tulang orak sia-sia ndadeake anakke wong sek sukses ,berguna kanggo bangsa lan negara.

Begitulah ucap bapak padaku dalam basa jawa. Saat aku sedang tergoda dengan kemalasan, terbebani dengan tugas dan jadwal organisasi yang menumpuk, tetap harus aku ingat perjuangan ayah dan ibu sebagai motivasiku meraih kesuksesan.

Faktor ekonomi tidak menjadikan halangan seseorang untuk meraih mimpinya, dari situ aku  tetap berjuang. Alhamdulillah berkat kerja keras serta doa dan perjuangan kedua orangtuaku, qodarullah Allah memberikan kesempatan untuk ku bisa mendapat beasiswa dari Bank Muamalat  dimana dapat meringankan  beban orangtuaku.Dari sini aku akan berjanji pada diriku untuk mempergunakan amanah dan kesempatan dari orang yang Allah muliakan yaitu bapak dan ibuku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun