Mohon tunggu...
Siti Rahmawati
Siti Rahmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Memiliki minat dalam bidang teknologi, gaya hidup, desain grafis dan sosial. Senang browsing, dan menjelajahi tren terbaru.

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

14 Poin Deming: Kunci Sukses Manajemen Operasional

3 Januari 2025   07:35 Diperbarui: 3 Januari 2025   07:35 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
W. Edwards Deming (sumber: leansixsigmadefinition.com)

Artikel ini ditulis oleh: Siti Rahmawati & Amelia Zuz Zahra

Di dunia kerja yang semakin kompetitif, perusahaan tidak hanya membutuhkan produk yang berkualitas, tetapi juga manajemen operasional yang efisien. Salah satu tokoh penting dalam bidang ini adalah W. Edwards Deming, seorang ahli manajemen mutu yang dikenal dengan konsep 14 poinnya. Prinsip-prinsip ini dirancang untuk membantu organisasi meningkatkan kualitas kerja sekaligus hasil yang dicapai.

Meskipun dikembangkan beberapa dekade lalu, 14 poin Deming tetap relevan hingga saat ini. Banyak perusahaan besar yang sukses dengan menerapkan prinsip-prinsip ini dalam aktivitas operasional mereka untuk bersaing di pasar global, meningkatkan efisiensi, dan memastikan kepuasan pelanggan.

Artikel ini akan membahas apa itu 14 poin Deming, bagaimana penerapannya dalam manajemen operasional, serta mengapa konsep ini penting untuk dipahami.

  • Biografi Singkat W. Edwards Deming

W. Edwards Deming (sumber: leansixsigmadefinition.com)
W. Edwards Deming (sumber: leansixsigmadefinition.com)

William Edwards Deming (14 Oktober 1900 -- 20 Desember 1993) adalah seorang ahli statistik, profesor, penulis, dan konsultan asal Amerika yang memberikan kontribusi besar dalam perkembangan manajemen kualitas global (Deming dkk., 1900). Mengutip dari laman web (Binus University, 2015), Edwards Deming menempuh pendidikan di Universitas of Wyoming, memperoleh gelar sarjana teknik elektro (1921). Ia kemudian melanjutkan studi masternya di bidang fisika matematika di Universitas of Colorado (1925) dan meraih gelar doktor di bidang yang sama dengan pendidikan magisternya di Yale Universitas (1928). Pada awal karirnya, beliau bekerja di Departemen Agrikultur (Pertanian) di Amerika Serikat (USDA) (1927-1939), kemudian pindah kerja ke Biro Sensus Pemerintah AS hingga tahun 1946. Setelah meninggalkan Biro Sensus, Edward Deming memulai karir baru sebagai konsultan swasta sambil menjabat sebagai profesor di bidanh statistik di New York University.Deming dikenal luas berkat penerapan metode statistik dalam manajemen kualitas.

Kontribusi terbesar Deming adalah membantu Jepang membangun kembali perekonomiannya setelah kekalahannya dalam Perang Dunia II pada tahun 1947. Pada masa itu, Jepang sedang berusaha membangun kembali industrinya yang hancur akibat Perang Dunia Kedua. ia mengajarkan pemimpin perusahaan Jepang cara meningkatkan desain, kualitas produk, pengujian, dan penjualan dengan menggunakan teknik statistic. Untuk mendorong semangat dalam meningkatkan kualitas, Jepang menciptakan penghargaan bernama Deming Prize. Penghargaan ini diberikan kepada para ilmuwan yang mengembangkan teori statistik serta perusahaan yang berhasil menerapkan statistik dan manajemen mutu. Hal ini memicu revolusi besar dalam peningkatan kualitas di Jepang.

Mengutip dari laman web (Shift Indonesia, 2015). Metode yang diterapkannya membantu mengubah industri manufaktur Jepang, yang berperan penting dalam kemajuan Jepang menjadi negara dengan produk inovatif dan berkualitas tinggi. Deming dihormati sebagai salah satu individu asing yang memiliki pengaruh terbesar terhadap perkembangan manufaktur dan dunia bisnis Jepang. Ajaran Deming menjadi dasar dari apa yang disebut sebagai "keajaiban ekonomi Jepang". Ilmu yang dia bagikan dikembangkan lebih lanjut oleh para pelaku industri di Jepang dan dikenal sebagai Total Quality Management (TQM) (Anindya, 2017).

Dalam wawancaranya dengan NBC, Deming menunjukkan kepada publik Amerika bahwa industri Jepang telah berhasil meningkatkan kualitas produknya. Setelahnya Deming diminta oleh beberapa perusahaan besar seperti General Motors, Ford, dan Florida Light & Power untuk membantu meningkatkan performa mereka. Selain itu, ia juga menjadi profesor di berbagai universitas ternama di Amerika Serikat. Hingga kini, pemikirannya tetap menjadi panduan penting di dunia bisnis internasional (Shift Indonesia, 2015).

  • Teori 14 Poin W. Edwards Deming

Deming dikenal luas berkat teorinya tentang 14 poin penting untuk keberhasilan manajemen, yang mencakup prinsip-prinsip berikut. Mengutip dari (Djafri dan Rahmat, 2017) hlm. 27-31. W. Edwards Deming merumuskan 14 poin terkenal yang menjadi filosofi baru tentang kualitas. Poin-poin ini juga merupakan ajakan bagi manajemen untuk mengubah pendekatan mereka dalam menjalankan bisnis, yaitu:

1. Fokus pada Masa Depan dan Kebutuhan Pelanggan

Kembangkan produk dan layanan yang terus berkembang agar tetap kompetitif, bertahan lama, dan menciptakan lapangan kerja. Perencanaan jangka panjang yang didasari inovasi dan visi masa depan sangat penting. Kita harus selalu memenuhi kebutuhan pelanggan.

2. Terima Perubahan untuk Bertahan

Jangan biarkan perusahaan tetap stuck dengan cara kerja lama yang penuh kesalahan, produk cacat, dan hasil buruk. Untuk bersaing, adopsilah metode kerja baru yang lebih efektif dan efisien.

3. Kurangi Ketergantungan pada Inspeksi Akhir

Inspeksi massal tidak menjamin kualitas. Sebaliknya, latihlah tim dengan teknik statistik yang membantu mereka memonitor dan meningkatkan kualitas produk atau layanan sejak awal proses produksi.

4. Jangan Fokus pada Harga Saja

Jangan memilih pemasok atau mitra bisnis hanya berdasarkan harga murah. Perhatikan juga kualitas yang mereka tawarkan. Bangun hubungan jangka panjang dengan mitra yang bisa mendukung standar kualitas tinggi.

5. Perbaikan Berkelanjutan

Manajemen harus terus meningkatkan kualitas produk dan layanan untuk menurunkan biaya jangka panjang. Proses perbaikan yang berkelanjutan adalah kunci sukses jangka panjang.

6. Investasi pada Pelatihan Karyawan

Latih tim dengan cara yang benar dan relevan agar mereka bisa bekerja maksimal sesuai keahlian. Pelatihan yang baik adalah investasi yang penting untuk meningkatkan kualitas kerja.

7. Jadilah Pemimpin, Bukan Sekadar Pengawas

Manajemen bukan hanya soal memonitor hasil kerja, tetapi juga tentang memimpin tim untuk terus memperbaiki proses kerja. Fokus pada cara kerja yang membuat hasil menjadi lebih baik, bukan sekadar memenuhi angka.

8. Ciptakan Lingkungan yang Nyaman

Hilangkan rasa takut di tempat kerja. Ketika karyawan merasa aman dan dihargai, mereka akan lebih termotivasi untuk bekerja dengan baik.

9. Dorong Kolaborasi Tim

Hilangkan penghalang yang membuat tim sulit bekerja sama. Semua bagian organisasi harus bergerak ke arah yang sama, bukan saling bertentangan.

10. Kurangi Slogan yang Membebani Karyawan

Slogan atau target kerja yang berlebihan tidak efektif dan hanya menambah tekanan. Fokuslah pada strategi yang benar-benar mendukung produktivitas tanpa menambah beban kerja secara tidak perlu.

11. Hindari Standar Kerja Berbasis Kuota

Jangan hanya mengukur kualitas dengan angka atau target kuantitatif. Fokuslah pada proses untuk memastikan hasil yang berkualitas.

12. Berikan Ruang untuk Kebanggaan Karyawan

Hilangkan sistem penilaian yang hanya fokus pada angka. Biarkan karyawan merasa bangga dengan keahlian mereka dan dorong mereka untuk terus berkembang.

13. Buka Peluang Pendidikan dan Pengembangan Diri

Berikan kesempatan bagi karyawan untuk belajar hal baru. Semakin mereka tahu, semakin besar semangat mereka untuk bekerja lebih baik.

14. Ajak Semua Orang Berkontribusi pada Transformasi

Perubahan budaya kerja menuju kualitas yang lebih baik adalah tugas semua orang, terutama manajemen. Semua pihak harus bekerja bersama untuk menciptakan organisasi yang lebih baik.

Mengutip dari laman web (Shift Indonesia, 2015), Teori manajemen kualitas total didirikan oleh William Edwards Deming, yang berkontribusi pada gagasan ini. Dia mengembangkan ide ini berdasarkan gagasan bahwa meningkatkan kualitas dan kinerja produksi akan meningkatkan kepuasan pelanggan sekaligus mengurangi biaya.

Deming mengembangkan 14 Poin untuk Manajemen yang menjadi dasar bagi filosofi Total Quality Management (TQM). Poin-poin ini berfokus pada perbaikan kualitas, peningkatan efisiensi, dan budaya organisasi yang mendukung kualitas yang berkelanjutan. Poin-poin ini tidak hanya berfokus pada kualitas produk, tetapi juga pada cara perusahaan mengelola proses dan sumber daya mereka.

Pandangan Deming tentang kualitas berbeda dari tokoh manajemen lainnya. Konsep yang ia usung tidak berfokus pada hal-hal praktis, melainkan pada filosofi mutu secara mendalam. Meski begitu, 14 poin filosofinya tetap relevan hingga kini dan menjadi rujukan utama bagi banyak praktisi. Menariknya, prinsip-prinsip Deming tidak hanya diterapkan di dunia industri tetapi juga efektif di organisasi non-profit (Anindya, 2017).

Teori 14 Points dari W. Edwards Deming sangat berkaitan dengan manajemen operasional karena membantu perusahaan menjadi lebih efisien, produktif, dan menghasilkan produk atau layanan berkualitas tinggi. Prinsip-prinsip seperti perbaikan terus-menerus (continuous improvement), pengurangan pemborosan, pelatihan karyawan, dan kolaborasi antar-departemen sesuai dengan pendekatan modern dalam manajemen operasional seperti Total Quality Management (TQM) dan Lean Manufacturing.

Meskipun 14 Poin W. Edwards Deming telah memberikan kontribusi signifikan dalam manajemen kualitas, beberapa kritik dan pertanyaan mengenai relevansinya dalam konteks modern telah muncul. Mengutip dari laman web Quality and Innovation (Radziwill, 2012) ada beberapa kritik terkait teori 14 points oleh W. Edwards Deming:

1. Relevansi di Era Modern

Beberapa ahli merasa bahwa 14 Poin Deming lebih cocok untuk industri manufaktur pasca-Perang Dunia II. Di zaman sekarang, dengan perubahan teknologi dan pasar yang begitu cepat, perusahaan membutuhkan pendekatan yang lebih fleksibel dan mudah beradaptasi.

2. Tantangan di Perusahaan Besar

Beberapa prinsip Deming, seperti menghilangkan batasan antar-departemen, sulit diterapkan di perusahaan besar dengan struktur organisasi yang rumit. Untuk membuat berbagai divisi bekerja sama, seringkali dibutuhkan perubahan besar dalam budaya kerja, yang tidak mudah dilakukan.

3. Penghapusan Kuota dan Target

Deming mengkritik penggunaan kuota dan target angka, tetapi kenyataannya, banyak perusahaan saat ini masih mengandalkan indikator kinerja utama (KPI) untuk mengukur keberhasilan. Beberapa pemimpin percaya bahwa target yang jelas tetap penting untuk memotivasi karyawan dan menjaga fokus mereka.

4. Perlu Pendekatan yang Lebih Modern

Ada beberapa ahli yang merasa bahwa 14 Poin Deming belum cukup untuk menangani tantangan manajemen di era digital. Saat ini, pendekatan yang lebih terintegrasi, termasuk pemanfaatan teknologi dan analisis data, dianggap penting untuk mencapai keunggulan kompetitif.

Meskipun demikian, banyak prinsip dalam 14 Poin Deming yang tetap relevan dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan organisasi modern. Penting bagi manajer untuk memahami konteks dan menyesuaikan penerapan prinsip-prinsip tersebut sesuai dengan dinamika dan tantangan yang dihadapi organisasi saat ini.

  • Kesimpulan

W. Edwards Deming adalah tokoh penting dalam dunia manajemen kualitas. Konsepnya tentang 14 Poin Manajemen memberikan panduan praktis bagi perusahaan untuk meningkatkan kualitas produk, efisiensi operasional, dan kepuasan pelanggan. Ide-idenya menekankan pentingnya perbaikan berkelanjutan, kolaborasi, dan fokus pada pelanggan.

Meski awalnya dikembangkan untuk membantu Jepang bangkit pasca-Perang Dunia II, prinsip-prinsip Deming tetap relevan di era modern. Banyak perusahaan sukses di dunia menerapkan konsep ini untuk bersaing secara global.

Namun, tantangan seperti perubahan teknologi cepat dan struktur organisasi kompleks memerlukan adaptasi agar prinsip-prinsip ini tetap efektif. Sebagai mahasiswa, memahami filosofi Deming memberikan wawasan berharga tentang bagaimana kualitas dan inovasi dapat mendorong kesuksesan, baik di dunia bisnis maupun karier masa depan.

  • Sumber Referensi

Anindya, G. P. (2017): PENERAPAN FALSAFAH DEMING DI PERPUSTAKAAN, Jurnal Pustaka Budaya, 4.

Deming, W. E., Statistician, F., Shewhart, W. A., dan Deming, W. E. (1900): W. Edwards Deming.

Djafri, N., dan Rahmat, A. (2017): BUKU AJAR MANAJEMEN MUTU TERPADU, Zahir Publishing, Yogyakarta.

DR. WILLIAM EDWARDS DEMING: "SOSOK YANG BERJASA DIBALIK PESATNYA PERTUMBUHAN EKONOMI JEPANG SETELAH PERANG DUNIA II." (28 Juli 2015): , diperoleh 30 Desember 2024, melalui situs internet: https://qmc.binus.ac.id/2015/07/28/dr-william-edwards-deming-sosok-yang-berjasa-dibalik-pesatnya-pertumbuhan-ekonomi-jepang-setelah-perang-dunia-ii/.

Radziwill, N. (12 November 2012): Are Deming's 14 Points Still Valid?, , diperoleh 31 Desember 2024, melalui situs internet: https://qualityandinnovation.com/2012/11/19/are-demings-14-points-still-valid/?

W. Edwards Deming dan 14 Kunci Sukses Transformasi. (16 Juni 2015): , diperoleh 30 Desember 2024, melalui situs internet: https://shiftindonesia.com/w-edwards-deming-dan-14-kunci-sukses-transformasi/.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun