Mohon tunggu...
Siti Nur Vauziyah
Siti Nur Vauziyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia

Dreamer

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

KKN Tematik UPI 2022: Pelestarian Budaya melalui Permainan Tradisional Anak

19 Agustus 2022   10:24 Diperbarui: 19 Agustus 2022   10:31 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan zaman menimbulkan adanya perubahan dalam masyarakat saat ini baik dari segi teknologi maupun budaya yang semakin melesat. Perubahan merupakan pergerakan struktur yang bersangkutan sesuai dengan perubahan waktu.Perubahan yang ada salah satunya pada pola bermain anak anak. Pada saat ini anak anak jarang sekali bermain permainan tradisional dalam kehidupan sehari harinya, bahkan ada yang masih belum mengenal permainan tradisional hal ini terjadi karena berkembangnya permainan modern melalui gadget atau yang biasa dikenal dengan game, dan kurangnya tempat bermain untuk anak anak sebab alih fungsi lahan serta kurangnya edukasi mengenai permainan tradisional di masyarakat.

Sebagai penerus bangsa, Anak-anak Indonesia harus mampu melestarikan permainan tradisional sebab didalamnya terdapat unsur budaya yang melekat kuat dan harus dipertahankan jangan sampai punah. Bukan hanya itu, Permainan tradisional juga mempunyai elemen-elemen yang mampu menumbuhkan semangat kreatifitas dan kecerdasan seorang anak, Menurut Piaget, ada tahapan operasional konkrit yang dialami oleh anak-anak pada usia 7-11 tahun, dimana pada usia itu mereka mulai mengenal permainan dengan teman sebaya, ada tahapan menghilangnya konsep egosentris pada diri anak-anak,sehingga saat mereka memasuki tahapan operasional formal sampai dewasa mereka mampu berkembang dengan lebih baik. Selain itu bermain dapat mengembangkan aspek motorik dari anak sehingga pertumbuhan fisik pun menjadi maksimal.

Anak-anak yang sering bermain gadget atau game online biasanya sudah individualis dan akan lebih menjadi pribadi yang tertutup karena permainan ini kurang adanya interaksi dengan sesama dan lebih banyak game yang individu dibanding kelompok sehingga tidak adanya kerjasama antar tim. Permainan tradisional menawarkan suatu nilai yang amat positif bagi perkembangan karakter anak. sebuah permainan yang baik untuk pembentukan karakter anak adalah mempunyai sisi yang berimbang antara factor psikis sekitar 50 % dan factor fisik sekitar 50 %. Dalam artian bahwa semua permainan yang baik harus mempunyai sisi yang lengkap untuk membantu perkembangan fisik dan psikis anak-anak.

Berdasarkan survei yang telah dilakukan pada anak anak di RW 11 Rusun Petamburan, Kelurahan Petamburan, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat, sebagian besar dari mereka mengatakan jarang memainkan permainan tradisional dalam kehidupan sehari hari, hal ini dikarenakan kurangnya edukasi terkait permainan tradisional. Melihat kondisi tersebut, kami terdorong untuk membuat program kerja dengan sub tema pelestarian budaya yaitu "Perak" atau Hari Permainan Tradisional Anak , sebagai implementasi pelestarian budaya melalui permainan tradisional. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 6 Agustus 2022 di RPTRA Petamburan, dengan diikuti 45 anak anak dengan usia 6-13 tahun. Adapun permainan tradisional yang dimainkan adalah congklak, gobak sodor, kuda bisik,dan rebut kursi. Kegiatan ini juga terdapat beberapa lomba diantaranya lomba balap karung, balap kelereng, estafet sarung serta estafet air.

Dokumentasi Permainan Congklak (Dokpri)
Dokumentasi Permainan Congklak (Dokpri)

Dalam permainan gobak sodor, kuda bisik, estafet sarung dan air membutuhkan kerjasama tim yang baik karena permainan ini dilakukan secara berkelompok. hal ini mampu membentuk anak-anak jauh lebih aktif dalam kehidupan sosialnya di waktu mendatang. Kemudian nilai lain yang didapat yaitu melatih sikap sportif karena permainan ini tidak akan bisa dilakukan dengan baik jika mereka bersifat curang karena adanya sanksi. Permainan ini membentuk anak-anak mampu berfikir secara kritis untuk mengembangkan strategi untuk memenangkan permainan serta lebih tangkas dan jujur.

Dokumentasi Permainan Gobak Sodor (Dokpri)
Dokumentasi Permainan Gobak Sodor (Dokpri)

Dalam Program kerja ini, Anak anak memberikan respon yang positif baik itu sebelum, saat, dan setelah kegiatan ini, dilihat dari jam kedatangan anak anak yang tepat waktu, antusias saat pendaftaran, keaktifan mereka dalam kegiatan, serta kesan yang diberikan setelah kegiatan. Untuk menambah keceriaan kegiatan ini juga diiringi dengan lagu lagu daerah agar anak anak dapat menyanyikan lagunya secara bersama sama serta untuk menambah pengetahuan anak anak.

Dokumentasi Lomba Balap Kelereng (Dokpri)
Dokumentasi Lomba Balap Kelereng (Dokpri)

Kegiatan ini diharapkan dapat terus berlanjut dan berkembang serta diimplementasikan dalam kehidupan sehari hari, hal ini dapat dilakukan jika semua pihak dapat saling berkerja sama memfasilitasi dan terus mengenalkan permainan tradisional pada anak anak, Sehingga eksistensi permainan tradisional tetap bisa terjaga eksistensinya dan menjadikan warisan budaya ini tidak ikut terkikis oleh perubahan zaman dan arus modernisasi yang begitu kuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun