TUGAS UAS PEKERJA SOSIAL DENGAN HIV/AIDS
Meskipun terdapat banyak upaya untuk mengekang dan mengendalikan penyebarannya, pandemi HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immunodeficiency Syndrome) masih merupakan salah satu masalah terbesar saat ini dan menyebar dengan cepat. AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan karena infeksi dengan virus yang disebut HIV. Bagian sel T-Helper dari sel darah putih, yang digunakan tubuh untuk memproduksi zat anti, diserang dan dihancurkan oleh virus ini. (Rahakbauw, 2016)
Kasus HIV/AIDS berkembang pesat di Indonesia dan menyebar dari kota ke desa di seluruh wilayah. HIV tidak hanya menyerang pengguna narkoba, pekerja seks, homoseksual, tetapi juga ibu rumah tangga dan anak-anak
Kekhawatiran mengenai orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA) tidak hanya mencakup masalah kesehatan, tetapi juga mencakup masalah sosial yang melibatkan aspek lain, seperti bagaimana memastikan bahwa mereka menjalani hidup sehat setelah mengetahui bahwa mereka mengidap virus mematikan tersebut, serta masalah psikologis yang terutama muncul ketika mereka terinfeksi virus mematikan tersebut yang dimana hasil tes darahnya positif. ODHA akan merasa (kesedihan, kekhawatiran, dan keheranan)
Penolakan diri mereka terhadap gagasan bahwa mereka mengidap HIV positif namun terlihat sehat adalah masalah lain yang mereka hadapi. Karena penyakit mentalnya, ODHA mempunyai perasaan tidak berharga, masa depan yang suram, ketidakmampuan menafkahi keluarga atau dirinya sendiri, kesulitan mendapatkan pekerjaan, dan terbatasnya kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.
Selain mengobati gangguan medis, ODHA juga menangani kondisi medis yang berhubungan dengan stigma sosial yang sangat diskriminatif (Brennan, 1996). Selain itu, ODHA masih memerlukan sejumlah layanan lain selain perawatan medis untuk menjaga kesehatannya, seperti dukungan psikososial untuk membantu mereka menghadapi tantangan hidup sehari-hari.
Stigma sangat merugikan karena dapat menimbulkan emosi bersalah, malu, dan terisolasi terhadap ODHA. Hal ini juga dapat menimbulkan pikiran negatif yang memaksa orang melakukan tindakan yang merugikan orang lain, seperti gagal menegakkan hak atau memberikan layanan. Diskriminasi terkait HIV/AIDS mungkin timbul dari stigma seputar virus tersebut.
Sebagai lingkaran sosial terdekat ODHA, keluarga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap bagaimana ODHA meningkatkan kesehatannya. Dukungan merupakan suatu sikap yang dapat membantu orang dalam menghadapi masa-masa sulit yang berkaitan dengan penyakitnya serta mempunyai arti dan tujuan yang positif bagi kesembuhan kondisi ODHA. Dukungan yang menggembirakan ini dapat meningkatkan rasa percaya diri seseorang terhadap kemampuannya dalam memahami setiap situasi dan mengambil tindakan yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.
Dalam hal ini, keluarga mempunyai pengaruh yang signifikan selain pemerintah dan masyarakat. Keluarga yang digambarkan sebagai ayah, ibu, anak, bibi, paman, keponakan, kakek-nenek, bahkan anak angkat, merupakan unit sosial terkecil. Keluarga adalah lingkungan di mana seseorang menjalani proses sosialisasi yang diperlukan untuk pengembangan pribadinya.
Secara singkat, keluarga dapat didefinisikan sebagai suatu lingkungan yang memenuhi berbagai kebutuhan manusia, termasuk kebutuhan dasar untuk bertahan hidup (makanan, pakaian, dan tempat tinggal), rasa aman, cinta dan penerimaan, harga diri, dan aktualisasi diri. (Abraham H. Maslow dalam Frank G. Goble, 1994, hal. 41).
Keluarga memberikan berbagai dukungan kepada ODHA, termasuk bantuan materi, informasi, emosional, dan sosial, untuk membantu mereka melewati masa-masa penting. Hal ini mempunyai arti penting bagi keluarga, karena bantuan yang tulus dan afirmatif dapat mempercepat proses penyembuhan dan meningkatkan rasa percaya diri ODHA dalam menatap masa depan. Selain itu, lingkungan yang ramah dan menyenangkan bagi ODHA membuat mereka bisa berinteraksi dengan lingkungan sekitar dan melakukan berbagai aktivitas.
Bentuk-bentuk dukungan yang diberikan keluarga:
a. Dukungan Emosional. Upaya untuk mengungkapkan cinta dan kasih sayang kepada seseorang ketika berada dalam situasi genting dikenal dengan istilah dukungan emosional. Jika salah satu anggota keluarga mengidap HIV/AIDS, keluarga tersebut menunjukkan hal tersebut.
b. Dukungan Penghargaan. ODHA didorong untuk menjalani hidupnya dengan dukungan dan penerimaan yang mereka terima dari keluarga. Program pengobatan yang dilakukan ODHA sangat dipengaruhi oleh penerimaan keluarga terhadap mereka.
c. Dukungan Materi. Keluarga membantu anak-anak mereka dalam pengobatan dengan berbagai cara. Mereka bekerja di berbagai pekerjaan untuk mendapatkan uang yang dibutuhkan untuk membeli obat-obatan bagi anggota keluarga mereka yang sakit.
d. Dukungan Informasi. Ketika menerima atau mengetahui adanya infeksi HIV pada anggota keluarga, keluarga besar berupaya untuk mengetahui sebanyak mungkin tentang penyakit yang dialami anak atau anggota keluarga tersebut. Selain itu, mereka juga meminta nasihat dari berbagai pihak yang berkepentingan mengenai kondisi yang dialami. oleh anak-anak atau anggota keluarga tambahan
e. Dukungan Bersosialisasi. Setelah mengumpulkan informasi dan rekomendasi dari berbagai sumber, keluarga tersebut berupaya untuk terlibat dengan organisasi yang menawarkan bantuan kepada individu yang hidup dengan HIV/AIDS, khususnya melalui kelompok dukungan. Orang yang hidup dengan HIV/AIDS dapat memperoleh manfaat dari upaya keluarga dengan tidak merasa terlalu sendirian di lingkungan sosialnya.
REFERENCES
Rahakbauw, N. (2016). Dukungan Keluarga terhadap Kelangsungan Hidup ODHA (Orang dengan HIV/AIDS). Insani, 3(2), 64–82. https://osf.io/7j63d/download
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H