Assalamualaikum waraahmatullahi wabarakatuh...
Saya Siti Nurjanah dari prodi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Prof.Dr.Hamka, kelompok 10 suparman, inilah peta kehidupan yang saya rancang untuk kehidupan dimasa kini dan dimasa yang akan datang....
Berawal dari seorang remaja perempuan yang telah lulus SMA dan ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang tinggi, seorang perempuan yang harus gagal dalam SBMPTN hingga akhirnya memilih masuk ke dalam Universitas Swasta. Sebelumnya yang perlu kita ketahui bahwa universitas bukanlah tempat yang bergengsi untuk diduduki, bukanlah tempat yang bergengsi untuk ketenaran baik swasta maupun negeri, karena yang membangun nama Universitas adalah kita, Mahasiswanya.
Masuk Universitas, ya seperti cerita diatas saya gagal dalam SBMPTN akhirnya saya memilih masuk ke Universitas Swasta, saya memilih-milih Universitas yang akan menjadi identitas saya selama 4 tahun kedepan, Universitas yang akan menjadi rumah kedua bagi saya, terpampanglah Universitas-Universitas Swasta namun bergengsi dengan akreditasi yang unggul, hingga saya mulai menetapkan Universitas mana yang akan saya pilih, lalu Uhamka masuk sebagai Universitas Islami dan Unggul, alasan saya masuk Uhamka adalah karena Uhamka berakreditasi unggul, dan yang paling penting Universitas Islami, sejauh yang saya cari banyak Universitas-universitas yang bergengsi, Universitas dengan akreditasi unggul hingga saya berkeinginan masuk kesana, tapi setelah Uhamka muncul dengan Universitas islamnya, dengan akreditasi unggulnya akhirnya saya mantaap memilih Uhamka, sehingga Universitas-universitas yang tadi saya pilih jadi burem bahkan hilang.
Di Uhamka ini saya ingin aktif berorganisasi, seperti yang kita tahu bahwa ilmu tidak hanya bisa kita dapatkan dari dalam kelas, tapi juga bisa kita dapatkan dari organisasi, apalagi dalam kuliah dan setelah lulus kuliah seperti bekerja pun kita butuh pendekatan sosial, berani berbicara di depan umum, berani mengeluarkan pendapat, pandangan dan kritikan yang sangat bisa di dapat dalam organisasi, di organisasi ini kita bukan hanya mendapatkan ketenaran semata tapi juga mendapatkan bekal bagaimana nanti ketika kita berada didalam orang banyak, bagaimana nanti saat kita terhimpit oleh keadaan sehingga kita berani bersuara. Terlebih saya sangat buruk dalam bersosialisasi, buruk dalam berbicara di depan umum, buruk dalam mengeluarkan pendapat, jadi saya pikir dalam organisasi ini saya bisa berubah dan memantaskan diri untuk kemajuan diri, dan saya pun lemah dalam hal akademik, jadi saya rasa saya bisa ikut berprestasi dengan ikut organisasi-organisasi.
Lalu setelah dunia perkuliahan itu terlaksana dengan baik, saya ingin lulus tanpa ada hambatan, lulus tepat waktu. Mengapa tidak berkeinginan lulus dengan IPK tertinggi?, lulus sebagai mahasiswa lulusan terbaik? Bukannya tidak ingin hanya saja saya sadar diri bahwa kemampuan tidak sebaik teman-teman, tidak secerdas teman-teman bukannya tidak yakin kepada diri sendiri dan bersikap rendah, hanya saja saya mencoba untuk realistis, saya tau dimana dan sampai mana kemampuan saya sehingga saya juga tau bagaimana pencapaian yang kira-kira akan saya dapatkan, karena hidup harus realistis tidak bisa memaksa diri yang malah akan menjadi beban untuk diri sendiri. Saya hanya ingin lulus tepat waktu, bisa mendapatkan ilmu yang luas saat kuliah dan bisa mengembangkannya untuk diri sendiri dan orang lain.
Setelah lulus saya ingin membangun bisnis, setelah ilmu yang didapat dalam perkuliahan saat inilah waktunya saya untuk mempergunakannya, dengan tekat diri dan juga dukungan dari orang tua. Memulai bisnis pasti akan ada lika-likunya tidak mungkin langsung sukses, setidaknya saya sudah mendapatkan bekal dari perkuliahan sehingga saya bisa untuk berbisnis walaupun saya tidak tau akan seperti apa kedepannya, seperti kata buya hamka "jangan takut gagal, karena orang yang tidak pernah gagal hanyalah orang yang tidak pernah melangkah".
Setelah berbisnis dan sukses, keinginan saya adalah membangun rumah untuk diri sendiri dan keluarga terutama orang tua, yang saya persembahkan untuk mereka. Bagi saya orang tua adalah hasil jerih payah dari kesuksesan saya dimasa yang akan datang, saya bisa berkuliah berkat orang tua, saya bisa berbisnis dan sukses juga berkat orang tua, doa-dukungan-privilege dari orang tualah yang membuat saya mampu untuk mencapai kesuksesan. Jadi orang tua adalah faktor terbesar bagi kesuksesan saya.
Setelah semua itu keinginan saya selanjutnya adalah menjalankan rukun islam yang kelima yaitu pergi haji. Pergi haji ketanah suci bersama keluarga tercinta, sebagai umat islam pergi haji menjadi hal paling utama dalam kehidupan sebelum menuju kematian.
Setelah menunaikan ibadah haji hal terbesar selanjutnya adalah membahagiakan orang tua, membahagiakan entah dalam hal materi, sikap diri, akhirat dan lain-lain. Kita semua tau saat kita sukses pun orang tua akan menjadi orang pertama yang bangga dengan kita, bangga bisa melihat kita sukses, bangga dengan pencapaian kita. Mereka lah yang paling berjuang untuk kesuksesan kita, merekalah orang yang benar-benar menemani kita dari nol, jadi membahagiakan orang tua adalah suatu kewajiban.
Setelah bisa membahagian orang tua barulah membahagiakan diri sendiri, memikirkan diri untuk kedepannya, menikah! Ya siapa sih yang tidak ingin menikah? Apalagi memiliki kehidupan yang harmonis dan romantis, menikah dengan seorang pria yang good attitude, good rekening, good looking siapa yang tidak mau coba? Tapi dibalik itu semua adalah diri sendiri, bagaimana diri kita apakah sudah baik? Apakah sudah pantas menerima laki-laki spek good-good itu? Sebelum mendapatkan laki-laki spek good itu yang pasti yang harus dilakukan adalah merubah diri menjadi lebih baik, bukankah jodoh cerminan diri? Jika kita menjadi perempuan maju pasti para laki-laki spek good ngantri, tinggal seleksi deh, muliakanlah diri terlebih dahulu.
Setelah menikah, hal yang ingin dilakukan adalah berjalan-jalan mengelilingi dunia bersama pasangan hidup, keluarga kita, dan keluarga suami, masyaallah pasti seru dan menyentuh banget, menghabiskan waktu bersama dengan menikmati karunia yang Allah kasih untuk dipandang dan dikagumi.
Disamping menikmati dengan bepergian adalah mempunyai anak, mempunyai anak yang berbakti, anak yang membuat bangga agama, nusa dan bangsa, anak yang akan selalu menyebut kita dalam doa-doanya, jika ingin mendapatkan anak yang seperti itu hal utama adalah pada diri sendiri, bagaimana kita mengajarkan hal-hal baik kepada mereka, untuk itu sebelum saya memiliki anak saya berkeinginan untuk menjadi orang tua yang siap, orang tua yang baik untuk anak-anak saya nanti, saya ingin mempelajari cara parenting ke anak dengan baik, sehingga mereka bisa menjadi apa yang saya inginkan, menjadi anak yang orang-orang impikan juga, menjadi anak yang akan membuat saya bangga, karena anak adalah gambaran orang tua.
Setelah semua itu didapat kita bisa menikmati hidup dengan damai, hidup dengan penuh keberhasilan. Menjadi anak yang berbakti, menjadi manusia yang berguna bagi orang lain, menjadi istri dan ibu yang baik, manusia yang baik bukan sempurna, karena kesepurnaan hanya milik Allah.
Happy End...
"kita tau bahwa kenyataan yang kita harapkan bisa saja tidak sesuai dengan harapan, tapi setidaknya kita sudah berusaha, karena manusia hanya menjalankan sedangkan Allahlah yang menentukan".
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H