tidak merata terhadap teknologi informasi dan komunikasi (TIK) menciptakan jurang pemisah antara kelompok masyarakat yang mampu memanfaatkan teknologi dengan optimal dan mereka yang tertinggal. Jurang ini tampak jelas dalam akses internet, perangkat digital, serta literasi teknologi.
Digitalisasi yang berkembang pesat di Indonesia membawa banyak manfaat, tetapi juga memperlebar kesenjangan sosial di beberapa aspek. Akses yangDikutip dari Badan Pusat Statistik Indonesia. (31 Agustus 2023). Statistik Telekomunikasi Indonesia 2022. Diakses pada 8 Oktober 2024, dari https://www.bps.go.id/id/publication/2023/08/31/131385d0253c6aae7c7a59fa/statistik-telekomunikasi-indonesia-2022.html, persentase penduduk Indonesia yang memiliki akses internet sangat bervariasi antar wilayah. Sebagai contoh, pada tahun 2022, 66,48% penduduk perkotaan sudah mengakses internet . Namun, dikutip dari data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) https://www.liputan6.com/tekno/read/4884963/kemkominfo-12548-dari-83218-desa-dan-kelurahan-belum-tersentuh-internet-4g menunjukkan bahwa infrastruktur digital di daerah pedesaan masih jauh tertinggal. Sekitar 12.548 dari 83.218 desa atau kelurahan di Indonesia belum memiliki akses internet 4G .
Tantangan digitalisasi yang utama adalah kesenjangan akses, di mana tidak semua masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk mengakses perangkat maupun infrastruktur digital. Kesenjangan keterampilan juga menjadi masalah besar, karena sebagian masyarakat belum memiliki literasi digital yang memadai untuk berpartisipasi secara efektif dalam dunia digital. Terakhir, kesenjangan ekonomi juga menjadi hambatan, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah yang masih kesulitan mengakses internet dan perangkat digital akibat biaya yang tinggi.
Kesenjangan-kesenjangan ini menciptakan dampak yang signifikan. Mereka yang memiliki akses dan keterampilan digital lebih mudah mendapatkan informasi, pekerjaan, dan peluang bisnis. Di sisi lain, mereka yang tertinggal dalam hal akses dan keterampilan akan semakin sulit untuk bersaing dan berpartisipasi dalam kehidupan sosial maupun ekonomi. Hal ini memperdalam ketimpangan sosial dan ekonomi yang sudah ada sebelumnya.
Digitalisasi adalah keniscayaan yang tidak bisa dihentikan, namun kita harus memastikan bahwa manfaatnya dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat. Pemerintah perlu mengambil langkah konkret untuk mengatasi kesenjangan digital ini, seperti memperluas infrastruktur internet, terutama di daerah terpencil; meningkatkan literasi digital melalui program pendidikan; dan memberikan subsidi atau bantuan kepada masyarakat kurang mampu untuk mengakses perangkat digital dan internet.
Upaya kolektif sangat diperlukan dalam menghadapi tantangan ini. Pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat perlu bekerja sama untuk memastikan tidak ada satu pun warga negara yang tertinggal dalam era digital ini. Dengan demikian, teknologi dapat dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi kesenjangan sosial di Indonesia.
Siti Nur Hayati, mahasiswa kimia Universitas Airlangga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H