Gak kerasa yaa, tepat satu tahun sudah terlewat
Waktu itu semua terbelenggu; berharap cemas
Sambil memandang layar datar, dan berharapÂ
Covid musnah ditelan waktu
Malam itu angin lempuyangan sangat menusuk
Ditambah bau hujan dan udara dingin memeluk
Duh, pandemi sialan...
Cintaku hampir sampai, kenapa virus ini tak kunjung pulang
Haduh...Â
Pukul sepuluh malam Nol Km Jogja
Kami melangkah tak ingin bergegas pergi
Walau semua prokes dan masker menghalang keriaan
Pandanganku tak ada hentinya menyapu kiri dan kananÂ
Sejenak berhenti sekedar mengamati
Langit dan udara terasa lebih sejuk
Malioboro; menyaksikan murungnya mas dan mbak menutup toko
Sepinya perempuan sarkem
Satgas bercanda tawa di angkringanÂ
Ah, kilasan itu terus saja menggema di kepalaku
Syukurnya sekian purnama didera ke PPKM-anÂ
Sekarang semua itu mulai membaik
Tak lagi terdengar sirene yang memekakkan
Tak lagi terlihat orang sibuk mencari oksigenÂ
Mas dan Mbak penjaga toko pun tak lagi muram
Cahaya sarkem kembali berpendar penuh kerlap kerlipÂ
Seperti kunang-kunang mengedip
Langit dan udara Malioboro kembali ramai
Kini kusadariÂ
Betapa nafas menjadi harta tak ternilaiÂ
Betapa hidup sangat diperjuangkan
Mungkin ini cara Tuhan menyampaikan kasih-Nya
Agar manusia tak lagi merusak
Agar manusia tak lagi menulikan telinga
Agar manusia tak lagi lupa, siapa ia sebenarnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H