Mohon tunggu...
Siti Nurhayati
Siti Nurhayati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Sebelumnya, saya ini seorang programmer, namun karena tertolak kuliah di jurusan IT, yaa inilah saya sekarang, menjadi mahasiswi jurusan bahasa dan sastra indonesia di UIN Jakarta. Ternyata, bahasa indonesia itu asik banget lhoo, tidak membosankan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

5 Ciri Sastra Indonesia di Era Angkatan 50-an

18 Juni 2022   18:50 Diperbarui: 18 Juni 2022   18:58 4524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sastra Angkatan 50 dipengaruhi oleh keadaan Indonesia yang memasuki masa transisi dari penjajahan yang kelam menuju kemerdekaan yang cemerlang. Angkatan ini dapat dikatakan dipelopori oleh H.B. Jassin yang ditandai dengan terbitnya majalah “Kisah” yang ditanganinya. Sebenarnya, memang agak sulit membedakan sastra Angkatan 50 dengan Angkatan 45, tetapi perbedaan yang mencolok ialah situasi tanah air pada saat itu.

Saat itu, Indonesia menganut sistem politik parlementer, yaitu suatu sistem pemerintahan dimana menteri bertanggung jawab langsung kepada parlemen, kemudian ditambah dengan overwicht (kekuasaan lebih) kepada parlemen. Dengan alasan ini, sistem parlementer berlandaskan bahwa parlemen adalah pemegang kekuasaan tertinggi. Akibatnya, partai-partai politik mulai marak bermunculan dan dapat bergerak bebas pasca kemerdekaan. Keadaan inilah yang memicu munculnya istilah “Krisis Sastra” dan “Sastra Majalah”. Istilah ini kemudian diperkenalkan oleh Nugroho Notosusanto dalam tulisannya “Situasi 1954” yang dimuat dalam majalah Kompas.

Akibat maraknya bermunculan partai-partai politik di era tersebut, banyak juga partai yang mendirikan lembaga kebudayaannya sendiri, misalnya partai PKI yang mendirikan Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat) yang berkonsep sastra realisme-sosialis. Berawal dari Lekra yang memiliki semboyan “seni untuk rakyat” dan ”politik sebagai panglima”, maka awal 1960, dimulailah berbagai perpecahan dan kontroversi yang berkepanjangan antar kalangan sastrawan di Indonesia yang menyebabkan kembali terhentinya laju perkembangan sastra. Pertentangan ini berakhir dengan pecahnya G30S/PKI pada tahun 1965 di Indonesia.

Pada dasarnya, setiap periode sastra memiliki cirinya tersendiri, tidak terkecuali ciri-ciri karya sastra Angkatan 50-an ini, baik dalam bentuk puisi maupun prosa. Berikut ciri-ciri dari sastra angkatan ini.

Ciri-ciri Sastra Angkatan 50

• Gaya epik dengan pembawaan yang sederhana semakin berkembang karena adanya puisi berjenis cerita dan balada.

• Gaya ulangan dan alur yang padat mulai berkembang.

• Penggambaran suasana perang mulai berkurang tetapi tetap menonjolkan hidup yang penuh penderitaan.

• Mulai memunculkan latar kehidupan masyarakat di pedesaan.

• Mengungkapkan masalah-masalah sosial dan pertentangan politik seperti, kemiskinan, pengangguran, perbedaan si kaya dan si miskin yang mengakibatkan ketimpangan sosial yang luar biasa, politik praktis, serta puncaknya pada peristiwa G30S/PKI.

W.S. Rendra, Sastrawan dengan Puisi Baladanya
W.S. Rendra, Sastrawan dengan Puisi Baladanya

Ada Tilgram Tiba Senja

Kapuk randu! Kapuk randu!
Selembut tudung cendawan
kuncup-kuncup di hatiku
pada mengembang bemerkahan
.
Elang yang gugur tergeletak
elang yang gugur terebah
satu harapku pada anak
ingat 'kan pulang 'pabila lelah.

Kecilnya dulu meremasi susuku
kini letih pulang ke ibu
hatiku tersedu
hatiku tersedu.

Bunga randu! Bunga randu!
Anakku lanang kembali kupangku.

Darah, o, darah
ia pun lelah
dan mengerti artinya rumah.
...

Berdasarkan kutipan puisi karya W.S. Rendra yang berjudul “Ada Tilgram Tiba Senja” di atas, puisi ini berbentuk balada, terdapat beberapa gaya ulangan, misalnya bait pertama pada baris pertama kata “Kapuk randu!” diulang, pada bait keempat “Bunga randu!” dan lainnya. Kemudian, puisi ini juga menggambarkan suasana sendu dan penderitaan seorang anak yang berharap memiliki masa kanak-kanak yang bahagia penuh dengan harapan di masa yang akan datang, tetapi nyatanya hidupnya penuh dengan derita. Masalah yang diungkapkan dalam kutipan puisi di atas adalah masalah kesejahteraan seorang anak dalam sebuah keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun