Mohon tunggu...
siti nurhalisa
siti nurhalisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta 2023

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Komentar Negatif Sosial Media Menjadi Penyebab Perilaku Remaja Menyimpang

30 Maret 2024   14:57 Diperbarui: 30 Maret 2024   15:05 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.cnnindonesia

Kata remaja sendiri berasal dari kata bahasa latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah ini mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Remaja merupakan  periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Rasa keingintahuan yang besar, menyukai petualangan dan tantangan serta berani mengambil keputusan tanpa pertimbangan yang matang merupakan sifat khas dari remaja.  

Karena pada masa-masa remaja adalah fase dimana peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa.

Adapun ciri-ciri remaja yaitu :

1. Pertumbuhan fisik  

Pertumbuhan fisik mengalami perubahan dengan cepat, lebih cepat dibandingkan dengan masa anak-anak dan masa dewasa.  

2. Perkembangan seksual  

Seksual mengalami perkembangan yang kadang-kadang menimbulkan masalah dan menjadi penyebab timbulnya perkelahian, bunuh diri dan sebagainya.  

3. Cara berfikir  

Cara berpikir kausatif yaitu menyangkut hubungan sebab dan akibat.  

4. Emosi yang meluap-luap  

Keadaan emosi remaja masih labil karena erat hubungannya dengan keadaan hormon. Suatu saat ia bisa sedih sekali, dilain waktu ia bisa marah sekali.  

5. Mulai tertarik pada lawan jenis 

Dalam kehidupan sosial remaja, mereka lebih tertarik pada lawan jenisnya dan mulai pacaran.  

6. Menarik perhatian lingkungan.

Pada masa ini remaja mulai mencari perhatian lingkungannya, berusaha mendapatkan status dan peran seperti melalui kegiatan remaja di kampung-kampung.

Di zaman digitalisasi modern saat ini, media sosial menjadi wadah informasi dari berbagai kalangan di banyak negara. Pengguna dari media sosial tersebut bervariasi, mulai dari anak anak, remaja, dewasa, hingga orang tua. Tak jarang dari pengguna sosial media tersebut, khusus nya remaja yang berkomentar terhadap suatu informasi, konten, atau postingan di sosial media

Kaum remaja saat ini sangat ketergantungan terhadap media sosial. Mereka begitu identik dengan smartphone yang hampir 24 jam berada di tangan dan sangat sibuk berselancar di dunia online yang seakan tidak pernah berhenti. Demikian cepatnya orang bisa mengakses media sosial mengakibatkan terjadinya fenomena besar terhadap arus informasi tidak hanya di negara-negara maju, tetapi juga di Indonesia.  

Karena saat ini teknologi internet dan mobile phone makin maju maka media sosial pun ikut tumbuh dengan pesat. Melihat hal ini, Sekolah Tinggi Sandi Negara (STSN) bersama Yahoo! melakukan riset mengenai penggunaan internet di kalangan remaja. Hasilnya menunjukkan, kalangan remaja usia 15-19 tahun mendominasi pengguna internet di Indonesia sebanyak 64%.

Kalangan remaja yang mempunyai media sosial biasanya memposting tentang kegiatan pribadinya, curhatannya, serta fotofoto bersama teman. Dalam media sosial siapapun dapat dengan bebas berkomentar serta menyalurkan pendapatnya tanpa rasa khawatir. Kalangan remaja yang menjadi hiperaktif di media sosial ini juga sering memposting kegiatan sehari-hari mereka yang seakan menggambarkan gaya hidup mereka yang mencoba mengikuti perkembangan jaman.

Hal ini dikarenakan dalam internet khususnya media sosial sangat mudah memalsukan jati diri atau melakukan kejahatan. Namun saat ini seringkali remaja beranggapan bahwa semakin aktif dirinya di media sosial maka mereka akan semakin dianggap keren dan gaul. Sedangkan remaja yang tidak mempunyai media sosial biasanya dianggap kuno atau ketinggalan jaman dan kurang bergaul. Namun apa yang mereka posting di media sosial tidak selalu menggambarkan keadaan social life mereka yang sebenarnya. Ketika para remaja tersebut memposting sisi hidup nya yang penuh kesenangan, tidak jarang kenyataannya dalam hidupnya mereka merasa kesepian.

Sedangkan di media sosial jangkauannya lebih luas, banyak oknum yang dapat dengan bebas berkomentar terhadap apa yang mereka posting. Baik komentar yang positif dan negatif. Bentuk komentar negatif tersebut bisa diklasifikasikan sebagai  perbuatan  bentuk kekerasan verbal. Kekerasan verbal yang marak dilakukan oleh berbagai kalangan di media sosial ini akan semakin meresahkan masyarakat pengguna aktif media sosial.

Kekerasan verbal yang banyak dilontarkan dalam media sosial yaitu makian yang tidak ada habisnya, mengolok-olok, atau menghina dengan ujuran kebencian yang sangat tidak patut dilontarkan. Kekerasan verbal yang dilakukan melalui istilah kata misalnya seperti : 

  • Membentak
  • Memaki
  • Menghin
  • Menfitnah
  • Menyebarkan informasi yang buruk
  • Melakukan tuduhan
  • Menolak dengan kasar
  • Mempermalukan seseorang menggunakan bahasa yang dilontarkan

Hal itu biasa terjadi dengan menilai ketidakmampuan fisik, maupun mengatai kebodohan, kegemeran, agama, suku, dan fisiknya secara keseluruhan dan lain sebagainya walaupun kekerasan verbal ini tidak menyebabkan kerusakan pada fisik, tetapi hal ini dapat memberikan dampak yang buruk pada sisi psikologis orang yang mendapat perilaku verbal tersebut.

Dampak negatif yang ditimbulkan dari komentar negatif tersebut antara lain :

1. Merasa tidak percaya diri

Komentar negatif dapat menyebabkan pengguna media sosial merasa tidak percaya diri, karena foto dan konten yang diunggah seringkali tidak jelas atau merupakan hasil manipulasi.

2. Memunculkan rasa iri

Komentar negatif  juga dapat menimbulkan rasa iri terhadap pengguna media sosial karena sesuatu yang diunggah dalam suatu postingan seseorang.

3. Depresi dan kecemasan

Penggunaan media sosial yang berlebihan dapat menyebabkan depresi dan kecemasan, karena konten yang disajikan dapat meningkatkan pikiran negatif

4. Kecanduan

Komentar negatif dapat meningkatkan pikiran negatif terhadap citra diri, yang dapat menyebabkan pola makan yang tidak teratur dan masalah lainnya

5. Menimbulkan FOMO

Komentar negatif dapat mengganggu pengguna media sosial, karena menimbulkan rasa tidak percaya diri dan FOMO (fear of missing out)

6. Meningkatkan risiko terkena cyberbullying

Komentar negatif dapat meningkatkan risiko terkena cyberbullying, yang dapat menyebabkan perilaku yang menyimpang

Maka dari itu membangun kesadaran para pengguna sosial media terhadap dampak buruk dari komentar negatif di media sosial tidaklah gampang, tetapi bukan pula hal yang sulit. Dapat diatasi dengan beberapa cara :  

  • Berpikir bijak dengan menghindari pemberian perasaan atau menjadi terlalu serius menganggap komentar orang di akunmu.
  • Menyadari dunia maya bahwa orang yang memberikan kritik juga belum tentu nyata, mungkin mereka menggunakan akun palsu.
  • Menyadari pro dan kontra akan suatu komentar seseorang merupakan suatu hal yang wajar.
  • Meminta bantuan Jika komentar negatif sudah merugikan dan merusak, kita dapat meminta bantuan dari admin atau pengguna lain yang dapat membantu.
  • Memblokir akun pengguna sosial media Jika komentar negatif dari akun tertentu menyakitkan hati, kita dapat memblokir akun tersebut.
  • Memutuskan kontak Jika komentar negatif dari seseorang tidak sesuai kenyataan kita  dapat memutuskan kontak dengan seseorang tersebut  

Hal tersebut dapat kita lakukan untuk mengurangi terjadi nya perilaku menyimpang pada remaja yang diakibatkan oleh komentar negatif atau perilaku verbal di sosial media. Karena saat ini banyak pengguna aktif sosial media yang kurang memiliki kesadaran dalam beretika ketika memabagikan atau menanggapi informasi yang didapatkan di media sosial. Sehingga, menyebabkan para pengguna media sosial berperilaku menyimpang. Oleh karena itu, mengucap kata apapun tidak disalahkan, namun alangka baiknya jika menggunakan kata apapun memerlukan telaah.

Referensi : 

https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-7262731/kata-ahli-ini-9-dampak-negatif-media-sosial-bagi-kesehatan-mental

https://www.alodokter.com/9-dampak-negatif-media-sosial-terhadap-kesehatan-mental-dan-tubuh

Hamzah, N. B., Rahim, R. ., & Iskandar, I. (2022). Kerasan Verbal pada Media Sosial Facebook ditinjau dari Perspektif Penyimpangan Kesantunan Berbahasa. Jurnal Konsepsi, 11(1), 119–131. Retrieved from 

Agustina, L. (2020). Viralitas konten di media sosial. Majalah Semi Ilmiah Populer Komunikasi Massa, 1(2), 149-160. 

Wirmando, W., Anita, F., Hurat, V. S., & Korompis, V. V. N. (2021). Dampak Penggunaan Media Sosial Terhadap Perilaku Bullying Pada Remaja. Nursing Care and Health Technology Journal (NCHAT), 1(3), 117-122.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun