Mohon tunggu...
Siti Nur Hadiani
Siti Nur Hadiani Mohon Tunggu... -

A teacher and a learner at the same time.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Akses Pendidikan yang Kian 'Terbatas' atau 'Membatasi Diri'?

25 Mei 2011   18:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:14 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tergelitik melihat keadaan pendidikan di negara kita tercinta ini, membuat saya bertanya-tanya akan satu hal; "Apakah pendidikan hanya berlaku bagi mereka yang mampu  saja, di Indonesia ini?". Entahlah, mungkin ini hanya sebuah ungkapan kemirisan atau keprihatinan hati pribadi saat melihat pundi-pundi angka yang harus para orang tua Indonesia keluarkan untuk menyekolahkan anak-anaknya, semata-mata agar anak-anaknya menjadi orang yang berarti kelak. Rasa-rasanya seperti cita-cita yang teramat agung yang seringkali menjadi ironi di bumi pertiwi ini. Sebagai seorang calon pendidik, yang juga sedang mengenyam pendidikan di tingkat perguruan tinggi, saya merasa bahwa tujuan pendidikan yang selama ini dicanangkan pemerintah belum tercapai dengan baik. Kalimat "Mencerdaskan kehidupan bangsa" yang seringkali kita jumpai pada pembukaan UUD '45 alinea 4 pun rasa-rasanya kini mengalami penyempitan makna, dimana hanya mereka yang ber'duit'-lah yang akan tercerdaskan. Sungguh miris rasanya, mengingat keberhasilan serta perkembangan sebuah negara itu sangat-sangatlah dipengaruhi oleh sektor pendidikan di negara itu sendiri. Gambar di atas bukanlah gambar yang asing bagi kita yang memang sehari-harinya berada di negeri ini. Terlebih bagi saya sendiri, yang setiap hari menggunakan kendaraan umum, sudah sangatlah akrab melihat pemandangan seperti itu. Melihat betapa masih banyak generasi-generasi masa depan Indonesia yang tidak mengenal bangku pendidikan. Lantas mau jadi apa negara kita ini nantinya? Siapa yang akan meneruskan negara ini nantinya jika masih banyak penerus-penerus keberlangsungan negara ini yang luntang-lantung hidupnya sejak kecil. Saya yakin, pemerintah bukannya tinggal diam dan pura-pura tidak tahu akan hal ini. Bisa kita lihat saja sejak tahun 2009 lalu, pemerintah telah mengalokasikan anggaran untuk bidang pendidikan sebesar 20% dari APBN. Sebuah persentase anggaran yang cukup fantastis dan menyimpan banyak harapan untuk pendidikan Indonesia ke depannya. Namun, lagi-lagi harus ada yang dipertanyakan disini. Jika memang anggaran untuk pendidikan sudah sedemikian besarnya, dan juga pemerintah menggembar-gemborkan program wajib belajar 9 tahun, lantas mengapa masih banyak dan semakin banyak putra-putri Indonesia yang harus putus sekolah atau bahkan tak mengenal pendidikan formal sama sekali? Padahal, pendidikan merupakan hak mereka dan pula hak setiap orang. Membicarakan permasalahan di negeri ini memang tidak akan habisnya dan bahkan hanya akan menimbulkan babak dan cerita baru dari permasalahan yang baru. Jika saja ada awarding untuk negara "kuat" di dunia, Indonesia bisa jadi menjadi salah satu nominasi yang diunggulkan. Sebuah prestasi bukan? Sayangnya, "kuat" disini bukanlah kuat yang dapat disandingkan dengan negara-negara adi daya seperti Amerika maupun negara-negara raja ekonomi seperti China, namun "kuat" disini adalah negara kuat dengan berjuta permasalahannya. Semoga saja angin sejuk perubahan ke arah lebih baik di negara ini dapat segera kita rasakan bersama dan bukanlah hanya angan semata. Saya yakin, masyarakat Indonesia telah sangat rindu akan Indonesia yang lebih baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun