Menembus Cakrawala Global Melalui Inovasi Sistem Pembayaran Lintas Negara
Â
Tatkala perekonomian global sedang dalam keadaan yang tidak pasti, di sisi lain perkembangan teknologi justru dalam keadaan sebaliknya. Teknologi kian berganti masa kian memunculkan inovasi dimana hal tersebut menandakan bahwa perubahan era digital semakin masif sehingga dunia digital ditinjau semakin pasti pada perkembangannya.
Disandingkan dengan sektor perekonomian, apabila sepanjang perubahan teknologi digital tidak dimanfaatkan dengan optimal justru akan mengusung sifat korosi. Disrupsi teknologi digital harus difungsikan dengan baik dan optimal agar perekonomian global juga menemukan titik positif di dalam aktivitasnya.
Sebagian besar negara di dunia dewasa ini sangat gencar melakukan tranformasi untuk keberlangsungan negara. Begitu pula negara tropis di sisi timur dunia, perekonomian Indonesia saat ini sedang bertransformasi dengan berpacu pada era digital.
Indonesia merupakan negara emerging markets yang dimana memiliki banyak sekali tantangan perekonomian. Beberapa diantaranya ialah permasalahan pemulihan ekonomi dan stabilitas sistem keuangan dari adanya scarring effect pandemi Covid 19, perubahan yang cepat akan dunia digital terhadap ekonomi keuangan, serta meluasnya kesenjangan perekonomian ditinjau dari antar-negara, antar-wilayah, antar-kelompok masyarakat bahkan antar-individu sekalipun sehingga dalam hal ini inklusi keuangan memiliki peran positif untuk mengurangi perbedaan kesenjangan yang ditimbulkan.
Problematika ekonomi dari segi keuangan sepatutnya di-handle oleh bank sentral. Dalam hal ini Bank Indonesia guna mencapai visinya yaitu menjadi bank sentral yang mampu berkontribusi terhadap perekonomian nasional dimana didukung oleh terlaksananya transformasi Bank Indonesia secara menyeluruh. Berbagai tantangan yang muncul dihadapkan dengan transformasi Bank Indonesia yang mengacu ke arah fundamental sesuai telah ditetapkannya pada pedoman pencapaian tujuan jangka menegah dan jangka panjang.
Bank Indonesia menjadi garda terdepan dalam menanggapi isu – isu keuangan. Pasalnya dalam meningkatkan integrasi keuangan di kancah internasional, Bank Indonesia berusaha keras aktif dalam kegiatan global. Masyarakat Indonesia harus bangga karena negaranya telah dipercaya menyukseskan kegiatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20. Kemudian peranan penting Indonesia yang selanjutnya di kancah global ialah memegang ASEAN Chairmanship atau Ketetuaan ASEAN 2023.
Dari banyaknya rangkaian kegiatan pada KTT G20, salah satunya dalam meningkatkan dan memperkuat koneksi pembayaran di kawasan. Selama ini sistem pembayaran skala nasional dilakukan oleh individu melalui transfer dana elektronik antar bank nasional yang pengaturannya per transaksi secara seketika, tak lain sistem ini merupakan BI-RTGS. BI-RTGS ini memiliki urgensi yang mana dalam setiap aktivitas transaksi pembayaran, terlebih pemrosesan dengan transaksi bernilai besar (High Value Payment System/HVPS) sebesar Rp100 juta dan/atau lebih.
Sistem BI-RTGS mengandung banyak moderat, salah satunya berfungsi guna meningkatkan penyelesaian akhir secara pasti dalam setiap pembayaran yang mana hal tersebut dapat meminimalisir dampak risiko settlement finality. Namun disamping itu, sistem BI-RTGS memiliki kelemahan dari segi waktu. Penyelesaian akhir transaksi menjadi terbatas akibat ketergantungan dengan standar dan keadaan sistem pengiriman dan penerimaan transaksi internal oleh individu.
Dalam menginisiasi jalur ekonomi dan keuangan melalui penguatan konektivitas sistem pembayaran di kawasan, Bank Indonesia melakukan langkah awal dalam men-support dan merealisasikan sistem cross border payment yang lebih cepat, terjangkau, transparan, dan inklusif. Penggunaan gawai disinyalir memudahkan aktivitas dalam bertransaksi. Bank Indonesia (BI) menginisiasi cross border payment menggunakan Quick Response (QR) Payment linkage.