“Bapakmu sudah ndak haus, Sri.” Kata tetanganya yang terisak-isak.
Asri diam mengamati tubuh bapaknya yang kaku.
“Airnya segar, loh, Pak. Aku sudah minum hampir satu botol, tinggal sedikit. Nanti kalau Bapak sudah bangun, minum ini, ya.”
Asri tetap menyisakan air sumurnya sepertiga botol. Berharap untuk diberikan Marto ketika bangun nanti. Asri merasakan kesegaran di tenggorokannya begitu nikmat. Bahkan hingga malam menjelang, rasa segar itu masih nyaman ditenggorokannya. Ia sudah tak sabar berbagi air sumur itu untuk bapaknya.
Hingga Asri perlahan terlelap di antara para tetangga yang datang membawa bakul besi berisi sembako dan bahan makanan, tanpa sadar ia berbaring nyaman di sisi tubuh pucat Marto. Menggenggam erat botol berisi sisa air sumur yang tidak mungkin bisa ia minum kembali.[]
Catatan kaki
1 panggilan untuk anak perempuan
2 jangan
3 kepercayaan masyarakat Jawa pada sebuah wabah penyakit yang melanda desa atau kawasan secara misterius. Biasanya memakan banyak korban dengan kurun waktu yang hampir bersamaan.
4 menimba
5pertunjukan seni tari dan nyanyian Jawa khas yang biasa di adakan ketika hajatan diselenggarakan untuk mempererat hubungan sosial antar masyarakat.