Siti Nur Badriyah
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Ma'arif Nahdlatul Ulama
Kebumen
Abstract
Landasan pendidikan adalah landasan filosofis, historis, sosiologis, psikologis, dan budaya yang menjadi dasar  perancangan dan pelaksanaan sistem pendidikan. Unsur-unsur tersebut saling berhubungan untuk menciptakan pendidikan yang memenuhi kebutuhan individu dan masyarakat. Landasan filosofis memberikan pedoman mengenai nilai dan tujuan pendidikan, sedangkan landasan sejarah memberikan wawasan tentang perkembangan pendidikan  masa lalu. Landasan sosiologis memastikan bahwa pendidikan berkaitan dengan dinamika sosial, dan landasan psikologis membantu memahami bagaimana individu belajar  secara efektif. Terakhir, Yayasan Kebudayaan menekankan pentingnya menjaga keberagaman dan identitas budaya dalam proses pendidikan. Pemahaman yang komprehensif tentang dasar-dasar ini sangat penting dalam merancang sistem pendidikan yang inklusif, adaptif, dan berkelanjutan untuk mengatasi tantangan global.
Kata Kunci: Landasan, Pendidikan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting yang harus dicapai setiap orang. Pendidikan adalah kehidupan, dan tanpanya semua orang akan merasa ada yang kurang. Pendidikan mencakup semua pengalaman belajar yang terjadi di semua lingkungan dan sepanjang kehidupan. Pendidikan mempunyai dampak yang besar terhadap kehidupan. Pendidikan merupakan suatu langkah untuk memperbaiki segala sesuatu yang dianggap buruk, mengubah pengetahuan seseorang dan meningkatkan kemampuannya, sehingga terbuka peluang untuk berpikir rasional tentang adanya pendidikan serta memperbaiki sikap, dan budi pekertinya. Untuk menjadi pribadi yang lebih baik, satu orang bahkan banyak orang. Pendidikan adalah pembelajaran yang berlangsung di sekolah yang merupakan lembaga pendidikan formal. Setiap orang mempunyai hak atas pendidikan, baik yang berbadan sehat maupun yang cacat.
Tujuan  pendidikan  sendiri adalah untuk mewujudkan perubahan yang diinginkan pada diri peserta didik. Penyebab perubahan tersebut antara lain perubahan sikap dan perilaku masyarakat (individu). Bukan saja kehidupan pribadi seorang individu, tetapi juga kehidupan masyarakat dan lingkungan dimana individu tersebut tinggal. Dalam sistem pendidikan, tujuan pendidikan merupakan persoalan mendasar dalam penyelenggaraan pendidikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui arah pendidikan dari tujuan itu sendiri, landasan pendidikan  yang menentukan bentuk dan isi  pendidikan itu sendiri.
Oleh karena itu, pendidikan tidak dapat berdiri sendiri tanpa landasan atau landasan yang kokoh. Sebab, yayasan merupakan landasan, pedoman, dan landasan yang dapat menunjang pendidikan. Pendidikan tidak dapat terselenggara secara efektif dan efisien tanpa landasan yang menunjang, karena untuk mencapai tujuan pendidikan diperlukan landasan dan landasan yang kokoh. Begitu pula ketika membangun rumah, jika tidak ada pondasi, maka pendidikan yang memang membutuhkan pondasi tidak akan mungkin terwujud. Untuk mewujudkan hal tersebut maka harus ada landasan pendidikan, dan tentunya harus ada upaya untuk mewujudkan hal tersebut dalam bidang pendidikan. Hal ini tentu memudahkan tercapainya pendidikan yang berkualitas.
2.1. Rumusan Masalah
- Apa komponen-komponen sistem Pendidikan?
- Bagaimana bentuk Implikasi landasan ilmu pendidikan terhadap praktik pembelajaran?
Â
3.1. Tujuan Masalah
- Untuk mengetahui komponen-komponen sistem Pendidikan.
- Untuk mengetahui bentuk Implikasi landasan ilmu pendidikan terhadap praktik pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Komponen-komponen sistem Pendidikan
1. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan merupakan sasaran yang ingin dicapai oleh lembaga pendidikan melalui berbagai kegiatan pembelajaran. Konsep ini berlandaskan pada sifat pendidikan yang bersifat normatif dan praktis. Sebagai ilmu normatif, pendidikan merumuskan kaidah, norma, dan ukuran perilaku manusia. Sebagai ilmu praktis, pendidikan berfungsi untuk menanamkan sistem norma tingkah laku yang dihargai oleh masyarakat melalui peran para pendidik.
2. Peserta Didik
Perkembangan konsep pendidikan telah memengaruhi cara pandang masyarakat terhadap pengertian peserta didik. Jika sebelumnya hanya anak-anak usia sekolah yang dianggap sebagai peserta didik, saat ini pemahaman tersebut telah meluas dan tidak hanya anak-anak yang dianggap sebagai peserta didik tetapi juga mencakup orang dewasa.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa peserta didik adalah individu yang berusaha mengembangkan kemampuan, potensi, dan bakat yang dimiliki melalui proses pembelajaran yang disediakan oleh lembaga pendidikan, sesuai dengan jalur, jenjang, dan jenis pendidikan yang relevan dengan usia mereka. Peserta didik memiliki kemampuan dan potensi yang dapat dikembangkan, serta memiliki daya eksplorasi yang tinggi untuk memperoleh pengetahuan lebih luas, disertai dorongan untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
3.Pendidik
Salah satu komponen krusial dalam dunia pendidikan adalah peran pendidik. Secara akademis, pendidik dapat diartikan sebagai tenaga kependidikan, yaitu individu yang berkomitmen untuk mengabdikan dirinya pada lembaga pendidikan tertentu yang terkemuka. Mereka mencakup berbagai sebutan, seperti guru, dosen, tutor, fasilitator, instruktur, serta istilah lainnya yang sesuai dengan bidang keahlian masing-masing.
 4. Alat dan Fasilitas Pendidikan
Alat dan fasilitas pendidikan memiliki peranan penting dalam mendukung kelancaran proses belajar mengajar. Dengan adanya fasilitas yang memadai, tujuan pendidikan dapat dicapai dengan lebih optimal. Contoh-contoh fasilitas pendidikan mencakup ruang kelas, lapangan upacara, laboratorium beserta alat-alat percobaannya, akses internet di lingkungan sekolah, lapangan olahraga, tempat ibadah, perpustakaan, toilet sekolah, kantin, ruang kesehatan (UKS), dan berbagai fasilitas lainnya.
 5. Metode Pendidikan
Salah satu tanggung jawab utama seorang guru adalah mengelola suasana kelas agar tercipta pengalaman belajar yang menyenangkan. Untuk mencapai hal ini, guru perlu menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.
Setiap kelas memiliki keunikan tersendiri, sehingga metode yang digunakan dalam satu kelas bisa berbeda dengan kelas lainnya. Oleh karena itu, seorang guru harus memiliki kemampuan untuk menerapkan dan menguasai berbagai metode pembelajaran.
6. Isi Pendidikan
Isi pendidikan berkaitan erat dengan tujuan pendidikan, di mana kurikulum menjadi materi penting yang disampaikan kepada peserta didik. Kurikulum mencakup mata pelajaran dan program pendidikan yang dirancang lembaga, serta rencana pembelajaran selama periode tertentu dalam pendidikan formal.
2.2. Implikasi Landasan Pendidikan
1. Implikasi Religius
Dampak dari pemikiran al-Ghazali, terutama dalam sektor pendidikan Islam, pada akhirnya menyatu dengan prinsip-prinsip religius murni, menjadikannya sebagai pilar utama konservatisme dan taqlidisme. Hal ini terlihat jelas dalam institusi pendidikan pesantren di Indonesia. Pesantren, dalam konteks ini, secara mendalam menanamkan nilai-nilai akidah dan akhlak yang kuat kepada para murid. Santri tidak hanya mendapatkan pengajaran tentang ilmu keislaman secara teoretis, tetapi juga dilatih untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan pesantren, termasuk menjalani pola hidup yang sederhana.
2. Implikasi Filosofi
Filsafat pendidikan merupakan hasil dari pemikiran yang mendalam mengenai pendidikan (Pidarta, 2001). Landasan filosofi pendidikan terdiri dari seperangkat prinsip yang dijadikan acuan dalam proses pendidikan. Sebuah landasan filosofis pendidikan sebetulnya adalah kumpulan gagasan mengenai bagaimana pendidikan seharusnya dilakukan, yang bersumber dari pemikiran filsafat umum dari aliran tertentu. Ada hubungan implikatif antara ide-ide dalam cabang-cabang filsafat secara umum dan gagasan-gagasan pendidikan. Landasan filosofis pendidikan tidak hanya berisi konsep-konsep yang ada mengenai pendidikan, tetapi juga gagasan-gagasan ideal tentang pendidikan yang diharapkan. Berbagai aliran pemikiran juga terdapat dalam landasan filosofis pendidikan. Ini adalah hasil dari beragam pendekatan dalam filsafat. Sehingga, dalam filosofi pendidikan, ada juga landasan filosofis yang mengacu pada Idealisme, Realisme, dan Pragmatisme.
3. Implikasi Sosiologis
Masyarakat yang berkembang sangat cepat menunjukkan tanda-tanda disintegrasi. Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat tentu mempengaruhi pendidikan, baik sebagai bidang ilmu maupun sebagai aktivitas praktis. Oleh karena itu, John Dewey (1859-1952) menekankan pentingnya hubungan antara institusi pendidikan dengan komunitas. Ia berpendapat bahwa pendidikan tumbuh karena adanya masyarakat, dan masyarakat itu sendiri juga berkembang karena pendidikan. Di antara keduanya terjalin hubungan yang bersifat saling menguntungkan, sehingga sangat sulit untuk memisahkan keduanya.
- Konsep-konsep sosiologi mengenai manusia menjadi landasan dalam penyelenggaraan pendidikan.
- Masyarakat berfungsi sebagai ekosistem pendidikan atau sebagai tempat di mana proses pendidikan berlangsung.
- Pendidikan dapat dipahami sebagai sosialisasi atau proses untuk menjadi bagian dari masyarakat yang diinginkan.
- Implikasi sosiologi dalam pengembangan Teori Pendidikan.
- Mengarah pada lahir dan berkembangnya sosiologi Pendidikan.
- Memfasilitasi muncul dan tumbuhnya ilmu pendidikan kependudukan.
- Mempercepat lahir serta pertumbuhan aliran sosiologisme pendidikan.
Fakta menunjukkan bahwa masyarakat terus mengalami perubahan.
4. Aspek Hukum
Dasar hukum pendidikan terdiri dari seperangkat regulasi dan undang-undang yang berfungsi sebagai pedoman utama dalam pelaksanaan sistem pendidikan di Indonesia. Setiap peraturan seharusnya saling melengkapi. Saat ini, terdapat masalah karena undang-undang dan peraturan yang ada belum sepenuhnya diterapkan secara efektif. Dalam UUD 1945 Pasal 31 Ayat 1 dinyatakan: "Setiap warga negara berhak untuk memperoleh pendidikan." Namun, nyatanya masih banyak warga negara, termasuk mereka yang berasal dari kelompok masyarakat kurang mampu dan wilayah yang terbelakang, yang belum mendapatkan pendidikan sesuai dengan ketentuan tersebut. Selain itu, UU No. 20 Tahun 2003 Mengenai Sisdiknas Pasal 4 ayat 2 menyatakan: "Pendidikan diselenggarakan secara adil dan demokratis serta tanpa diskriminasi dengan menghargai hak asasi manusia, nilai-nilai agama, nilai-nilai budaya, dan keberagaman bangsa." Namun, di lapangan, banyak praktik pendidikan tidak memenuhi standar tersebut. Pelaksanaan pendidikan masih bersifat diskriminatif dan tidak menghargai hak asasi manusia. Sebagai contoh, di RSBI, dengan kurikulum yang sangat padat, siswa kehilangan kesempatan untuk bermain, dan hanya siswa yang cerdas dan mampu yang dapat mengakses pendidikan di institusi tersebut.
5. Aspek Budaya
Kurikulum perlu dirancang berdasarkan konteks sosial dan budaya masyarakat. Penyusunan kurikulum tidak hanya harus mengacu pada nilai-nilai, tradisi, dan aspirasi masyarakat, tetapi juga harus mempertimbangkan semua aspek budaya dalam kehidupan, termasuk keluarga, ekonomi, dan politik pendidikan. Kurikulum juga harus bersifat fleksibel dan dinamis agar tetap relevan dengan masyarakat. Oleh karena itu, sangat penting untuk melakukan pembaruan dan revisi kurikulum seiring dengan perkembangan dan perubahan yang terjadi. Materi dalam program kurikulum harus mencakup elemen sosial dan budaya dalam masyarakat, tidak hanya untuk membudayakan peserta didik, tetapi juga untuk melestarikan budaya itu sendiri. Kemajuan teknologi menjadi sumber yang memadai dalam mentransfer teknologi baru kepada siswa, yang sekaligus mempersiapkan mereka agar dapat beradaptasi dengan teknologi. Dengan cara ini, sekolah dapat menjalankan fungsi dan perannya sebagai lembaga modernisasi. Kurikulum di sekolah seharusnya didasarkan pada budaya nasional yang berfondasikan pada Pancasila, di mana perkembangan budaya lokal juga diintegrasikan. Kesatuan budaya nasional akan tercermin dalam konten dan struktur kurikulum, karena sistem pendidikan kita bertujuan untuk membudayakan siswa berdasarkan budaya masyarakat dan bangsa kita.
6. Implikasi Psikologis
Studi tentang psikologi pendidikan berhubungan erat dengan perkembangan kurikulum pendidikan, khususnya dalam memahami aspek perilaku yang terkait dengan proses belajar mengajar. Meski terdapat berbagai pendekatan psikologis yang mempengaruhi pendidikan, inti dari penelitian ini menekankan pentingnya bagaimana input, proses, dan output pendidikan dapat berlangsung tanpa mengabaikan perilaku dan kepribadian siswa. Secara psikologis, setiap manusia adalah individu yang istimewa. Oleh karena itu, penelitian psikologis dalam pengembangan kurikulum seharusnya mempertimbangkan karakteristik unik yang dimiliki oleh masing-masing individu, termasuk kecerdasan, kemampuan, sikap, motivasi, perasaan, serta ciri-ciri khusus lainnya. Kurikulum pendidikan seharusnya dapat memberikan peluang kepada setiap individu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada dirinya. Kajian psikologi pendidikan telah menghasilkan berbagai teori yang menjadi dasar sistem pembelajaran.
7. Implikasi Ilmiah dan Teknologis
Proses pembangunan didorong oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mempercepat pencapaian ketahanan dan keunggulan suatu bangsa. Kontribusi IPTEK dalam pembangunan bertujuan untuk mendorong kemajuan menuju masyarakat yang mandiri, maju, dan sejahtera. Di sisi lain, perkembangan IPTEK berlangsung dengan semakin cepat, bersamaan dengan meningkatnya persaingan antar negara, sehingga diperlukan penguasaan, pemanfaatan, dan pengembangan IPTEK yang pada akhirnya berdampak pada pengembangan sumber daya manusia (SDM), agar dapat memiliki keterampilan dalam menguasai, memanfaatkan, serta mengembangkan bidang IPTEK.
KESIMPULAN
Pendidikan adalah bagian penting dari kehidupan setiap orang dan membantu pertumbuhan dan peningkatan pribadi. Artikel ``Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan'' menjelaskan bahwa pendidikan tidak terbatas pada pengalaman sekolah, tetapi mencakup seluruh aspek pembelajaran sepanjang hayat. Artikel ini menyoroti bahwa ada beberapa landasan yang perlu dipahami untuk merancang sistem pendidikan yang baik, antara lain landasan filosofis, historis, sosiologis, psikologis, dan budaya.
Landasan filosofis memberikan orientasi tentang nilai dan tujuan pendidikan. Landasan Sejarah membantu untuk memahami bagaimana pendidikan berkembang dari waktu ke waktu. Prinsip sosiologi memastikan bahwa pendidikan mempertimbangkan kondisi sosial masyarakat. Prinsip psikologis menjelaskan bagaimana individu belajar dan memungkinkan metode pengajaran disesuaikan secara lebih spesifik untuk meningkatkan efektivitas. Terakhir, Landasan Budaya menekankan pentingnya menghormati keberagaman dan identitas budaya dalam proses pendidikan.
 Memahami semua dasar ini akan membantu kita membangun sistem pendidikan yang komprehensif dan adaptif yang dapat menghadapi tantangan masa depan. Pendidikan yang baik tidak hanya berfokus pada pemberian pengetahuan akademis tetapi juga pada pengembangan karakter dan keterampilan sosial siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Rasid, A. (2018). Implikasi Landasan- Â Â Landasan Pendidikan. AL-FIKRAH: Jurnal Studi Ilmu Pendidikan Dan Keislaman, 1(1), 1-15.
Sutianah, C. (2022). Landasan pendidikan. Penerbit Qiara Media.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H