Mohon tunggu...
Siti Nuraeni Maulana
Siti Nuraeni Maulana Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Jika kebahagiaan adalah harapan, maka menulislah kebaikan! Menulis bagian dari mengukir peradaban

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Refleksi Awal Tahun: Sudahkah Bersyukur Hari Ini?

5 Januari 2024   12:30 Diperbarui: 5 Januari 2024   12:56 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pangandaran Beach (Dok. pribadi)

Begitu banyak nikmat yang Allah berikan, teknologi secanggih apa pun itu niscaya tidak dapat menghitungnya. Alam semesta yang begitu indahnya, melalui siang yang senantiasa memancarkan cahaya mataharinya dan malam yang senantiasa bersinar dari cahaya rembulan beserta bintang-bintang yang menemaninya.


Semua hal itu sebagai bentuk kekuasaan-Nya sehingga kita senantiasa melihat keindahan ciptaan-Nya dan merasakan nikmat-Nya. Waktu yang masih tersedia sebagai wujud cintanya Allah kepada kita agar senantiasa berbenah diri dan memupuk bekal untuk kehidupan nanti. Hakikatnya dunia adalah rumah singgahnya yang dipenuhi oleh ujian dan berbagai godaannya yang bisa saja membuat kita lalai bahkan lupa, teringat catatan hikmah dari kisah perjuangan Cut Nyak Dhien yang darinya kita belajar bahwasannya,” Kehidupan dunia senantiasa dipenuhi oleh angan-angan sehingga terkadang kita lupa akan api perjuangan.” Banyak dari kita yang mungkin masih melihat ke atas, tanpa pernah memperhatikan ke bawah. Terkadang hal-hal yang kita lihat di atas sesuatu hal yang membuat kita lupa dan terlalu fokus menatapnya tanpa berpikir padahal yang kecil ataupun sederhana. Berbeda dengan melihat ke bawah mengajarkan artinya kesederhanaan, kita itu kecil tidak bisa berkuasa atas segala sesuatu, kita sebagai manusia yang senantiasa berlumuran dosa dan hal sederhana masih saja ada yang menganggapnya sepele.


Jadilah seperti padi yang semakin hari semakin merunduk! Seberapa pintarnya, seberapa besar pangkatnya, seberapa banyak hartanya, tetap senantiasa rendah hati. Hal ini berpengaruh pada mindset seseorang bahwa hal-hal kesenangan dunia ini sifatnya sementara, dia akan fokus terhadap hal-hal kebaikan,”Di dunia memupuk bekal untuk negeri akhirat yang kekal.” Tentu hal tersebut tidak mudah untuk dijalani, kita akan menemukan berbagai rintangan maupun godaannya, akan tetapi semua itu akan terasa mudah, jika kita niatkan karena Allah. Fokus menjalani kehidupan untuk mencari rida Allah, maka setiap helaian napas itu ada terselip makna kehidupan bahwasannya Allah masih memberikan kesempatan kepada kita untuk terus beramal shalih sebanyak-banyaknya. Sejatinya, kita masih diberikan kesempatan hidup sebagai ajang bersyukur. Bersyukur atas segala nikmat-Nya dan kasih sayang-Nya dengan diberikannya kesempatan hidup, maka buktikan lah dengan amalan bukan sekadar lisan.


Oleh karena itu, mari bersyukur!

Ketika kita merasa paling sulit, merasa paling sedih, berapa banyak orang di luaran sana yang jauh lebih berat merasakan kesakitan yang mungkin susah untuk mengobatinya, tidak semudah kita yang masih memiliki jalan yang tidak sukar ditemukan. Tetaplah bersyukur atas kondisi apa pun karena berserah bukan berarti kalah, sebagaimana pesan cinta dalam firman Allah SWT: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya...” (Q.S Al-Baqarah:286)



Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun