Mohon tunggu...
Siti Noor Habibah
Siti Noor Habibah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa S1 Ekonomi Pembangunan

Mahasiswi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lambung Mangkurat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Indonesia di Bawah Bayang-Bayang Utang, Keberlanjutan Pembangunan atau Awal Mula Kehancuran?

11 Juni 2024   19:35 Diperbarui: 11 Juni 2024   22:25 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia, salah satu negara ASEAN dengan keberlimpahan sumber daya alam, mereka kaya dengan hasil buminya. Pertambangan batu bara, nikel, minyak, hingga hasil-hasil dari pertanian dan kemaritiman, hal ini yang kemudian menjadikan Indonesia sendiri memiliki potensi yang besar dalam ekonomi. Namun, ada satu masalah krusial yang tengah dihadapi oleh Indonesia yaitu berupa peningkatan utang yang dirasa mengkhawatirkan.

Dalam beberapa dekade terakhir, pemerintah Indonesia terus berambisi untuk mewujudkan pembangunan-pembangunan dalam negeri. Hal ini dilakukan dengan menjadikan utang sebagai salah satu sumber pembiayaan. Jadi, tidak heran jika utang Indonesia terus meningkat signifikan. Dilihat dari statistik utang luar negeri Indonesia tahun 2024 yang telah diterbitkan oleh Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia, per November 2024, utang luar negeri pemerintah Indonesia mencapai US$192,55 miliar (Rp2.999 triliun). Angka ini naik sebesar 55,52% dibandingkan US$123,81 miliar (Rp1.930 triliun) pada 2014. 

Mengutip dari The Conversation, hal ini dianggap menjadi beban APBN oleh Muhaimin Iskandar, calon wakil presiden nomor urut 1 dalam Debat Kedua Pilpres 2024. (Lubis, 2024)

Utang diperkirakan akan terus bertambah seiring berjalannya waktu, melihat dari ketidakseimbangan antara pengeluaran dan penerimaan negara yang terus mengalami defisit, membuat pemerintah mau tidak mau harus terus berhutang untuk menutupi anggaran yang defisit tersebut. Jadi, apakah dengan peningkatan utang ini dapat menciptakan keberlanjutan pembangunan atau justru awal mula dari kehancuran?


Defisit dalam Anggaran: Jurang Kehancuran di Depan Mata?

Peningkatan defisit anggaran terjadi karena adanya indikasi penarikan utang yang dilakukan oleh pemerintah untuk membiayai belanja negara. Meskipun telah banyak investasi-investasi besar yang telah dilakukan untuk memenuhi kesejahteraan masyarakat, dengan utang sebagai pembiayaan, tetap saja dirasa ini menjadi satu momok yang mengkhawatirkan bagi negara. Ketidakseimbangannya pendapatan dan pengeluaran dari Indonesia dapat menunjukan kelemahan fiskal bagi negara yang kemudian juga dapat menjadi ancaman untuk keberlanjutan masa depan negeri ini.

Dengan utang yang terus menumpuk, apakah Indonesia saat ini sedang menuju jurang kehancuran dalam ekonomi?

Saat ini, ada beberapa proyek-proyek besar nan megah yang tengah diusahakan oleh pemerintah. Pembangunannya menghabiskan tidak sedikit biaya tentunya. Selain itu, program-program kerja mengenai kesejahteraan masyarakat dengan memberikan bantuan-bantuan sosial juga tidak luput dari kontribusinya sebagai penyumbang dalam "penyebab bengkaknya anggaran". Program bantuan sosial bagi masyarakat memang sangat penting, namun hal ini seringkali terhambat oleh birokrasi yang lambat dan korupsi yang dilakukan oleh para oknum-oknum yang terlibat didalamnya.

Korupsi disini sudah sangat sering terjadi begitupula dalam pembangunan-pembangunan infrastruktur. Pemerintah perlu mengkaji lebih bijak apakah pembangunan yang dibangun memang benar akan bermanfaat penuh untuk masyarakat dan dapat memastikan penggunaan biaya yang diambil dari utang tersebut  akan menghasilkan kegiatan yang produktif sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Jika tidak, maka tentu akan membahayakan bagi negara. 

Dalam hal ini, diharapkan pemerintah dapat lebih transparan dan terarah dalam mengelola utang dan defisit dalam anggaran agar tidak terjadi hal-hal yang telah dikhawatirkan, misalnya dengan melakukan pengecekan kembali program-program yang mungkin tidak efisien, subsidi yang tidak tepat sasaran, dan mengurangi ketergantungan terhadap sektor-sektor tertentu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun