Mohon tunggu...
Siti Nisrofah
Siti Nisrofah Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan

Saya memilih untuk menjadi perempuan yang bersahaja :')

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Nabi Muhammad Mengatasi Perbedaan dengan Ilmu dan Kasih Sayang

6 November 2023   10:31 Diperbarui: 6 November 2023   11:00 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perbedaan adalah keniscayaan. Bayi yang terlahir kembar siyam saja tetap memiliki perbedaan. Apalagi kita semua. Maka sangat wajar jika sekeliling kita penuh dengan keberagaman. Suku, ras, bahasa, budaya, agama, dan kepercayaan sangat mungkin berbeda antara satu dengan yang lainnya. Tidak perlu resah, karena beda itu niscaya.

Suatu keniscayaan harus diterima. Itu sunnatullah yang senantiasa beriringan dengan kehidupan. Bagaimana jadinya jika kita menolak sesuatu yang memang seharusnya ada? Tentu akan sulit menjalankannya.

Mengatasi Perbedaan dengan Ilmu

Selain menerima, mengatasi perbedaan bisa dengan ilmu. Maka sangat penting untuk kita memiliki llmu melalui belajar pada guru yang tepat. Bahkan salah satu keutamaan orang berilmu yang Allah Swt janjikan adalah terangkatlah derajatnya.

Dengan ilmu, seseorang akan menciptakan keindahan, kedamaian, dan ketenteraman. Sebaliknya, orang yang tidak berilmu akan menciptakan permusuhan, kerusakan, dan perbuatan buruk lainnya di muka bumi ini.

Orang yang tidak mau menggunakan ilmunya akan memandang perbedaan sebagai masalah. Misalnya, mengucapkan selamat atas hari raya umat lain saja menjadi masalah. Bahkan tidak sedikit orang lain memanfaatkan keadaan ini untuk memecah belah umat.

Ilmu itu sangat berharga. Idealnya orang yang berilmu akan memiliki pemahaman yang matang. Sehingga ia tidak akan mudah tersulut emosi hanya karena berbeda pendapat. Paham di sini tidak hanya memahami benar salahnya suatu hal. Melainkan dapat menempatkan diri  pada posisi yang tepat. Karena belum tentu yang benar itu pasti baik, begitupun sebaliknya.

Pentingnya keterampilan menggunakan ilmu dan mengolah rasa agar keduanya dapat menebarkan kebaikan bagi dirinya dan orang lain. Misalnya, kambing itu halal dan umat muslim boleh memakannya. Namun menjadi tidak baik jika yang memakan adalah penderita darah tinggi.

Nabi Muhammad Telah Mengajarkan Kasih Sayang Kepada Sesama Manusia

Selain ilmu, kasih sayang dapat menjadi basis dalam mengatasi perbedaan. Hindari melihat perbedaan dengan pandangan negatif apalagi permusuhan. Nabi Muhammad telah mengajarkan kepada kita semua bahwa solusi dalam perbedaan adalah kasih sayang, bukan peperangan. Nabi adalah manusia sempurna sebagai suri tauladan bagi seluruh umat manusia.

Dengan gelar Al-Amin yang melekat pada Nabi Muhammad, menunjukkan bahwa Nabi adalah manusia yang dapat dipercaya, ramah, penuh kasih sayang, dan jujur. Semua manusia bahkan yang berbeda keyakinan dapat merasakan kebaikan atas perilaku Nabi Muhammad.

Meskipun pada masa Nabi identik dengan peperangan, namun itu bukan karena rasa benci atas perbedaan. Itu adalah bentuk melindungi diri dan kaumnya dari kezaliman para musuh. Bahkan saat menang dalam perang, Nabi mengajarkan untuk tetap berlaku baik kepada musuh hingga tawanan. Nabi tetap memperlakukan tawanan sebagai manusia dan memenuhi haknya sebagaimana mestinya.

Sebelum Islam hadir, tentu Nabi Muhammad hidup berdampingan dengan umat yang berbeda keyakinan. Orang-orang masuk Islam karena perilaku Nabi Muhammad yang lembut dan penuh kasih sayang. Islam begitu terpancar dalam keprbadian Nabi Muhammad.

Artinya, Nabi Muhammad senantiasa berdampingan dengan perbedaan mulai dari lahir, kecil, dewasa hingga berdakwah menyebarkan Islam. Bahkan paman Nabi saja, Abu Thalib adalah orang yang berbeda keyakinan hingga akhir hayatnya. Namun, Nabi Muhammad tetap menghormati dan menyayanginya. Maka tidak heran, jika Nabi mendapat perlindungan dari pamannya.

Ketika Nabi Muhammad dan umat muslim hijrah ke Madinah, apakah semuanya muslim? Ada masyarakat Arab Badui dan umat Yahudi di sana. Bahkan saat awal kedatangan, Islam jumlahnya masih sangat sedikit atau minoritas. Lagi-lagi dengan kasih sayang, Nabi Muhammad dipercaya untuk menjadi pemimpin Madinah yang sangat majemuk atas keberagaman.

Pertama kali tiba di Madinah, Nabi Muhammad membuat kesepakatn bersama untuk saling bekerjasama, melindungi, dan menjaga jiwa, raga, serta harta seluruh warga Madinah. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa Nabi Muhammad sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, dan kasih sayang dalam situasi hidup berdampingan.

Dengan demikian, Nabi Muhammad telah mewariskan nilai-nilai kasih sayang dalam menerima suatu perbedaan. Hanya saja, sebagian orang melupakan itu dan menyalahgunakan peristiwa perang Nabi untuk berlaku sama. Padahal sangat penting bagi kita untuk menelaah lebih dalam alasan perang Nabi dan sikap ramah Nabi yang kemudian masyarakat dapat mengambil hikmah yang terkandung atas masing-masing peristiwa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun