Meskipun pada masa Nabi identik dengan peperangan, namun itu bukan karena rasa benci atas perbedaan. Itu adalah bentuk melindungi diri dan kaumnya dari kezaliman para musuh. Bahkan saat menang dalam perang, Nabi mengajarkan untuk tetap berlaku baik kepada musuh hingga tawanan. Nabi tetap memperlakukan tawanan sebagai manusia dan memenuhi haknya sebagaimana mestinya.
Sebelum Islam hadir, tentu Nabi Muhammad hidup berdampingan dengan umat yang berbeda keyakinan. Orang-orang masuk Islam karena perilaku Nabi Muhammad yang lembut dan penuh kasih sayang. Islam begitu terpancar dalam keprbadian Nabi Muhammad.
Artinya, Nabi Muhammad senantiasa berdampingan dengan perbedaan mulai dari lahir, kecil, dewasa hingga berdakwah menyebarkan Islam. Bahkan paman Nabi saja, Abu Thalib adalah orang yang berbeda keyakinan hingga akhir hayatnya. Namun, Nabi Muhammad tetap menghormati dan menyayanginya. Maka tidak heran, jika Nabi mendapat perlindungan dari pamannya.
Ketika Nabi Muhammad dan umat muslim hijrah ke Madinah, apakah semuanya muslim? Ada masyarakat Arab Badui dan umat Yahudi di sana. Bahkan saat awal kedatangan, Islam jumlahnya masih sangat sedikit atau minoritas. Lagi-lagi dengan kasih sayang, Nabi Muhammad dipercaya untuk menjadi pemimpin Madinah yang sangat majemuk atas keberagaman.
Pertama kali tiba di Madinah, Nabi Muhammad membuat kesepakatn bersama untuk saling bekerjasama, melindungi, dan menjaga jiwa, raga, serta harta seluruh warga Madinah. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa Nabi Muhammad sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, dan kasih sayang dalam situasi hidup berdampingan.
Dengan demikian, Nabi Muhammad telah mewariskan nilai-nilai kasih sayang dalam menerima suatu perbedaan. Hanya saja, sebagian orang melupakan itu dan menyalahgunakan peristiwa perang Nabi untuk berlaku sama. Padahal sangat penting bagi kita untuk menelaah lebih dalam alasan perang Nabi dan sikap ramah Nabi yang kemudian masyarakat dapat mengambil hikmah yang terkandung atas masing-masing peristiwa.