Mohon tunggu...
Siti Neng Anisa
Siti Neng Anisa Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance/Business Woman

Bernyanyi dan Berbisnis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Opini Publik Terhadap Pemilu 2024 Pada Media Sosial X

30 Juni 2024   06:41 Diperbarui: 30 Juni 2024   06:41 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

akun tersebut mengatakan untuk tidak mengadakan pemilu agar tidak ada pelanggaran maupun kecurangan. Seperti yang kita tahu, pemilu sering kali diwarnai dengan berbagai bentuk pelanggaran, seperti kecurangan, manipulasi suara, politik uang dan intimidasi. Hal-hal tersebut tentu saja akan menimbulkan konflik di Indonesia terutama diantara para pendukung capres dan wacapres.

 Opini ini mencerminkan bahwa pelanggaran pemilu begitu merusak sehingga lebih baik meniadakan proses pemilu daripada harus menghadapi konsekuensi dari pelanggaran tersebut. 

Hal ini juga bisa dilihat sebagai kritik terhadap kemampuan sistem demokrasi untuk menjalankan pemilu yang adil dan bersih. Dengan demikian, opini tersebut menunjukan ketidakpercayaan terhadap proses dan institusi yang seharusnya mengawasi jalannya pemilu.

3. Pendapat Netral
Selain pendapat pro-pemilu dan anti-pemilu, terdapat juga postingan dan komentar yang menunjukan pendapat netral. Pendapat ini menekankan pada prinsip-prinsip umum seperti kejujuran, keadlian dan kepentingan masyarakat secara keseluruhan tanpa menunjukan dukungan khusus kepada satu pihak.
 Pada postingan kali ini terdapat 2 pendapat dari akun yang berbeda pertama melalui postingan akun twitter yang bernama @Yurisa Agustina Samosir berpendapat bahwa "Saya sudah bilang siapapun presidennya kami sebagai netizen tetap mengkritik kebijakan jika tidak ada pro rakyat dan menagih janji-janjinya."
Postingan yang kedua yaitu melalui akun twitter yang bernama @mamwot/iwaw mengutip bahwa "siapapun presidennya, persatuan, kesatuan dan kedamaian bangsa tanggung jawab kita bersama."

 opini tersebut menegaskan bahwa siapa pun yang menjabat sebagai presiden, netizen tidak akan menunjukan sikap bias atau loyalitas tanpa syarat. Mereka akan tetap obyektif dan kritis terhadap kebijakan yang diambil oleh presiden dan pemerintahannya. 

Kritik tersebut juga dilakukan bukan ditujukan pada individu presiden, melainkan pada kebijakan yang diambil. Ini menunjukan bahwa fokus utama adalah pada kualitas kebijakan dan dampaknya terhadap rakyat, bukan pada siapa yang mengeluarkannya. Pernyataan ini menunjukan komitmen untuk memperjuangkan kebijakan yang pro-rakyat dan menagih janji-janji kampanye, yang merupakan harapan umum bagi setiap pemerintahan yang baik.

Selain itu, terlepas siapa yang terpilih menjadi presiden, nilai-nilai persatuan, kesatuan, dan kedamaian tetap harus dijaga. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa adalah tanggung jawab semua warga negara. Ini berarti setiap individu, tidak peduli pada afliasi politiknya, semuanya memiliki peran dalam memelihara harmoni nasional. 

Kedamaian bangsa dianggap sebagai prioritas yang harus dijaga bersama. Ini mencangkup menhindari konflik, baik selama pemilu maupun setelahnya, serta bekerja sama untuk mencapai stabilitas dan keharmonisan di masyarakat.

4. Pendapat yang Berfokus Pada Isu Khusus

Hasil analisis menunjukan bahwa beberapa postingan dan komentar terkait dengan Pemilu 2024 pada Media Sosial X berfokus pada isu khusus seperti korupsi, ekonomi dan pendidikan. Mereka yang mendukung pemilu berpendapat bahwa pemilu adalah salah satu cara untuk mengatasi korupsi dan meningkatkan kualitas pemerintahan, sedangkan mereka yang menentang pemilu berpendapat bahwa pemilu tidak akan membantu mengatasi korupsi dan hanya akan memperburuk situasi di Indonesia.

Seperti pada postingan akun twitter yang bernama @LeClerc30998859/dr Thomas Gredio Saputra memposting bahwa "Semua paslon pemilu kemarin sama-sama korup dengan kisahnya masing-masing."

sebuah komentar menyatakan bahwa semua calon terlibat dalam korupsi. Meskipun mungkin dengan cara atau latar belakang yang berbeda. Ini menggambarkan kecurigaan bahwa korupsi adalah masalah yang merata diantara para calon, tanpa membedakan satu dengan yang lain. 

Pernyataan ini mencerminkan pandangan skeptis atau sinis terhadap semua paslon dalam pemilu, menunjukan ketidak percayaan bahwa ada calon yang benar-benar bersih dari praktik korupsi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun