Mohon tunggu...
Siti Nazarotin
Siti Nazarotin Mohon Tunggu... Guru - Dinas di UPT SD Negeri Kuningan Blitar

Tebarkan manfaat lewat kata-kata. Akun Youtube: https://youtube.com/channel/UCKxiYi5o-gFyq-XmHx3DTbQ

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dinamika Kelompok dalam Kemah Moderasi Beragama Kemenag Kabupaten Blitar

26 September 2024   17:54 Diperbarui: 29 September 2024   18:03 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Game Estafet Bola, keseruan dinamika kelompok dalam acara kemah moderasi beragama | Foto: Siti Nazarotin

Blitar, 26 Sptember 2024. Kemah Moderasi Beragama yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama Kabupaten Blitar dalam rangka memperingati Hari Amal Bhakti (HAB) Kemenag RI ke-79 tahun 2025 menjadi ajang kebersamaan dan penguatan moderasi beragama. Acara ini berlangsung di Taman Wisata Vialor, Desa Tembalang, Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar, dengan partisipasi 250 peserta yang mewakili berbagai komponen masyarakat.

Peserta kegiatan terdiri dari perwakilan berbagai agama dan profesi, seperti Guru Agama Islam, Guru Agama Kristen, Guru Agama Katolik, Guru Agama Buddha, dan Guru Agama Hindu. Selain itu, acara ini juga diikuti oleh Kepala KUA, Penyuluh Agama, Pengurus IGRA (Ikatan Guru Raudhatul Athfal), serta para Kepala Seksi Kemenag beserta istri, Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Blitar beserta istri, serta perwakilan dari Guru Madrasah, Pengawas Madrasah, dan Pengawas Agama di bawah naungan Kantor Kemenag Kabupaten Blitar.

Dinamika Kelompok dengan Permainan "Tangkap Tangan"

Salah satu permainan yang sangat menarik dan diikuti dengan antusias adalah permainan Tangkap Tangan, yang juga disebut dengan nama lokal "Ceng Cerepet" oleh pemandu. Permainan ini membawa peserta ke masa kecil mereka, memberikan nuansa nostalgia, serta tawa yang pecah di setiap arahan yang diberikan.

Pemandu dari personil Pramuka Kwarcab Kabupaten Blitar dengan suara lantang dan energik memimpin jalannya permainan. Pada aba-aba pertama, "Satu!", seluruh peserta menggerakkan tangan kirinya ke samping dengan posisi terbuka sambil meneriakkan "eaaa!". Pada aba-aba kedua, "Dua!", tangan kanan peserta yang terkatup ditepukkan ke arah tangan peserta lain di sebelahnya sambil berkata "cis!". Di aba-aba ketiga, "Tiga!", semua peserta harus menangkap tangan kiri teman di sebelah kirinya sambil menghindarkan tangan kanan mereka agar tidak tertangkap.

Peserta kemah moderasi beragama berfoto bersama dengan pejabat dari kemenag Provinsi dan Kabupaten Blitar | Foto: Siti Nazarotin
Peserta kemah moderasi beragama berfoto bersama dengan pejabat dari kemenag Provinsi dan Kabupaten Blitar | Foto: Siti Nazarotin

Suasana permainan menjadi sangat seru ketika beberapa peserta tertangkap dan harus maju ke depan untuk menerima "hukuman" yang disepakati bersama. Tawa dan sorakan terdengar riuh, menciptakan kebersamaan yang hangat di antara peserta. Dari permainan ini, para peserta diajak untuk fokus, konsentrasi, dan menyusun strategi agar dapat menyelesaikan permainan dengan baik. Tangkap Tangan tidak hanya menghibur, tetapi juga mengajarkan pentingnya konsistensi, kewaspadaan, serta kerja sama tim.

Lebih dari sekadar permainan, Tangkap Tangan juga menjadi media pembelajaran moderasi beragama yang efektif. Dalam permainan ini, setiap peserta harus memperhatikan pergerakan tangan teman di sebelah kiri dan kanan, mengoordinasikan gerakan dengan cermat, serta berupaya untuk tidak terjebak oleh kesalahan kecil. 

Hal ini mengandung makna bahwa dalam kehidupan sehari-hari, kita perlu saling memahami dan menghargai perbedaan yang ada di sekitar kita. Ketika ada kekeliruan atau salah paham, seperti ketika tangan tertangkap, peserta tidak langsung disalahkan atau dihakimi. Sebaliknya, mereka diajak tertawa bersama, lalu maju untuk menerima "hukuman" ringan yang sudah disepakati---yang pada intinya merupakan bentuk penerimaan terhadap kekurangan manusiawi.

Permainan ini mencerminkan bagaimana prinsip moderasi beragama diterapkan: bahwa meskipun ada perbedaan latar belakang keyakinan dan cara pandang, kita bisa tetap berinteraksi dengan gembira, saling menghargai, dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. 

Moderasi beragama mengajarkan bahwa kesalahan atau perbedaan pendapat tidak semestinya menjadi pemicu konflik, tetapi justru menjadi kesempatan untuk saling belajar dan memahami. Dengan begitu, suasana harmoni tetap terjaga, dan persatuan semakin erat, sebagaimana tercermin dalam permainan yang sederhana namun penuh makna ini.

Permainan "Estafet Bola" yang Menguji Kekompakan

Permainan kedua yang tak kalah seru adalah Estafet Bola. Di awal permainan, peserta membentuk lingkaran besar. Saat pemandu menyanyikan lagu "Naik Delman", kelompok-kelompok dibentuk sesuai dengan jenis kendaraan yang disebutkan, misalnya truk tronton yang memiliki delapan roda, maka peserta akan membentuk kelompok beranggotakan delapan orang.

Permainan dimulai dengan menyediakan alat berupa paralon sepanjang 60 cm yang sudah dibelah menjadi dua dan diberikan tali pada empat sisinya. Setiap kelompok terdiri dari empat pasang peserta yang berhadap-hadapan memegang tali paralon. Bola tenis kemudian dimasukkan di paralon pertama dan digelindingkan ke paralon kedua, dan seterusnya hingga mencapai garis finish.

Keseruan terlihat ketika beberapa kelompok berusaha menjaga bola agar tidak jatuh lebih dari tiga kali, sesuai dengan aturan yang ditetapkan. Kerja sama, koordinasi, serta kekompakan tiap anggota kelompok sangat diuji di permainan ini. Menariknya, setiap kelompok terdiri dari peserta dengan latar belakang agama yang berbeda. Di sinilah nilai-nilai moderasi beragama diterapkan. Para peserta diajak untuk melepaskan perbedaan dan mengesampingkan identitas masing-masing demi mencapai tujuan bersama.

Melalui permainan ini, peserta belajar bahwa meskipun berasal dari latar belakang yang berbeda, dengan komitmen dan kerja sama, mereka dapat mencapai keberhasilan bersama. Hal ini merupakan wujud nyata implementasi moderasi beragama, di mana perbedaan diakui dan dihormati, namun tujuan yang sama tetap menjadi prioritas.

Sesi pertama Dinamika Kelompok dengan kegiatan outbond di Kemah Moderasi Beragama ini bukan sekadar permainan, namun menjadi media untuk mempererat persaudaraan, memahami perbedaan, dan meningkatkan toleransi di antara peserta dari berbagai latar belakang agama. Harapan dari kegiatan ini, semangat kebersamaan yang tercipta dapat dibawa ke dalam kehidupan sehari-hari, sehingga moderasi beragama bukan hanya konsep yang diucapkan, tetapi dihayati dan diamalkan dalam tindakan nyata.

Kemah Moderasi Beragama yang diadakan selama 2 hari mulai tanggal 25 -- 26 September 2024 di Taman Wisata Vialor telah membuktikan bahwa melalui permainan sederhana sekalipun, nilai-nilai kebangsaan dan toleransi dapat dibangun dengan kuat, menghadirkan harmoni dan kedamaian dalam bingkai kebhinnekaan. Semoga bermanfaat.


Blitar, 26 September 2024

Siti Nazarotin, S.Ag

Kepala UPT SD Negeri Kuningan Blitar

Ketua Tim Jurnalistik KKG PAI Kab. Blitar

Baca artikel berikutnya: Nongkrong Moderasi Beragama

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun