"Labur" (jawa) artinya putih. Mengajarkan kita tentang esensi dari pembaruan diri setelah bulan suci Ramadan. Ini adalah saat di mana kita merenungkan perjalanan spiritual yang telah dilalui, menilai pencapaian dan kesalahan yang telah dilakukan, serta mempersiapkan diri untuk menjadi individu yang lebih baik.Â
Dengan kesadaran akan pentingnya perbaikan diri, setiap individu diharapkan dapat meniti perjalanan menuju kesempurnaan, menjalankan perintah Allah, dan menjauhi larangan-Nya. Dengan begitu, momen Lebaran bukan hanya menjadi akhir dari bulan Ramadan, tetapi juga awal dari perjalanan spiritual yang lebih dalam dan bertambahnya kedekatan dengan Allah serta kesadaran akan pentingnya pengembangan diri untuk kebaikan bersama.
Dalam pandangan Kyai Imam Mahmud, tradisi Halalbihalal bukan hanya sekedar seremonial, namun juga merupakan momen introspeksi diri dan pembenahan moral. Hal ini menjadi panggilan bagi setiap individu untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ke hari.
Dengan demikian, tradisi Halalbihalal bukanlah sekadar ritual tradisional, melainkan sebuah perjalanan spiritual dan kesempatan untuk mengokohkan hubungan baik dengan Allah dan sesama manusia. Mari kita terus menjaga keikhlasan dalam hati dan semangat kedermawanan dalam tindakan, sehingga setiap Halalbihalal menjadi momentum untuk memperbaiki diri dan memperkuat ikatan sosial yang harmonis. Semoga bermanfaat.
Siti Nazarotin
Blitar, 15 Mei 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H